; 四

504 101 33
                                    


"Dan gue pikir, kita bersepuluh dipilih buat ngurus itu kasus bukan cuma-cuma. Yang intinya, kita ditunjuk nyai tuh karena punya kemampuan lebih."

Yoonbin yang ingin bicara kembali terdiam saat ucapan Soobin hadir dalam pikirannya secara tiba-tiba.

Kemampuan lebih.

Apa yang Soobin maksud dengan kemampuan lebih? Pikirnya.

Apakah salah satu diantara mereka ada yang memiliki kemampuan untuk melihat makhluk itu?

Apakah ada yang memiliki kemampuan otak yang di atas rata-rata?

Apakah... ada seseorang yang memang benar-benar memiliki kemampuan seperti itu? Kemampuan untu-

"Kenapa, Bin?" Lamunan Yoonbin tersingkir begitu saja karena Jaemin bertanya barusan.

Yoonbin lantas menggeleng, "gak," jawabnya singkat.

Yang lain hanya ber-oh ria saja. Mungkin apa yang ingin ia sampaikan lupa? Pikir Haechan.

"Oh, ya udah. Gue lanjutin nih," kata Soobin menggantung, atensi banyak yang mengarah kepadanya.

Soobin menarik nafas sebentar dan menghembuskannya pelan.

"Gue pikir... tiga kasus yang dimulai dari Heejin ini, pelakunya bukan tukang bully. Pelakunya punya dendam, atau emang mereka punya masalah, sampe si pelaku bikin celaka mereka, sebagai peringatan. Dan, gue mikirnya-"

"Satu pelaku yang sama dengan beberapa orang sebagai suruhannya. Jadi kalo di tangkep, yang kena suruhannya. Bukan pelaku. Dan pelaku bisa lanjuntin aksinya lagi." Sela Jinyoung yang langsung mengundang perhatian dari Soobin.

Soobin langsung menjentikkan jari. "Nah, iya! Pelakunya sama. Yang bikin beda itu cuma orang suruhannya yang banyak. Dia kayak ada niat buat bikin kita keliru buat nyari tau siapa pelakunya." Lanjut Soobin lagi.

Delapan orang lainnya diam dengan pikiran masing-masing.

"Tapi mungkin gak sih, kalo mereka itu ada di satu kelompok? Eh, geng maksudnya."

Hyunjin mengangguk. "Bisa jadi. Di dalam geng itu, ada yang jadi pelaku, ada orang suruhan, dan ada orang yang di ancem disuruh diem." Ucap Hyunjin.

"Kita kumpulin aja bukti yang sekarang. Di simpen, jangan sampe hilang." Ujar Jaemin.

"Kita lanjut besok lagi aja, deh. Udah mau maghrib," sambung Haechan yang langsung dituruti sembilan lainnya.

"Ngoghey."
























































Cklek.

Gadis yang tengah berbaring di brankar menoleh. Ia membeku ketika melihat siapa yang datang ke ruangannya.

"Hai, Tzuyu! Gimana?" Sapa orang tersebut. Tzuyu hanya diam tidak merespon dan malah memalingkan tatapannya, seperti orang ketakutan.

Orang itu mengerukan kening. "Lo kenapa heh? Ini gue bawa buah. Mau gak?" Tanyanya sekali lagi.

Tzuyu tidak memberi aba-aba untuk merespon temannya itu. Membuat temannya semakin kebingungan.

"Kenapa sih?" Gumam temannya.

"Gue gak apa-apa, Yuqi..." lirih Tzuyu tiba-tiba dangan suara pelan. Yuqi, temannya, melirik wajah cantik Tzuyu.

Yuqi berdehem pelan. "Coba sekarang gue tanya, lo kenapa bisa kayak gini? Siapa?" Tanya Yuqi dengan pelan. Tidak ingin membuat temannya itu kembali sakit.

Tzuyu menghela nafas, "bantuin duduk dulu." Katanya meminta tolong. Yuqi langsung membantunya duduk di detik selanjutnya.

"Jadi?"

"Waktu pulsek hari kamis, gue kan lagi nunggu Minju keluar di depan gerbang... gue awalnya santai, chat Minju, gue suruh cepetan gitu. Si Minju bales, dia lagi ada piket. Ya udah daripada pegel nunggu, gue niat mau masuk lagi ke dalem. Nyusul Minju.

Tapi pas gue baru mau balik badan, ada orang ngebekep mulut gue. Dan gue yakin itu ada biusnya. Untungnya gue reflek nonjok itu orang, jadi gak kena bius, eh orangnya malah nusuk tangan gue pake pisau lipet." Jelas Tzuyu panjang lebar, yang untungnya dipahami Yuqi dengan sangat baik.

Yuqi mengangguk paham, "kalo boleh tau, orangnya cewek apa cowok?" Tanyanya, lagi.

"Cewek, pake item semua. Tinggi lah, terus keknya itu murid sini deh... dia mirip Y-"

Cklek.

"Kak, gimana? Udah mendingan?" Kalimat Tzuyu terpotong karena Minju memasuki ruangan.



























































Korban :
1. Tzuyu
2. Somi
3. Heejin

Saudara korban :
1. Tzuyu - Minju, kelas 10 IPA-2
2. Somi - belum ada info
3. Heejin - Jaemin, kelas 11 IPA-1

Saksi kejadian :
1. Tzuyu - belum ada info
2. Somi - belum ada info
3. Heejin - beberapa kelas 12 IPS-1 yang piket, belum pasti.

Waktu aksi :
Sepulang sekolah.

Soobin membaca buku catatan kecilnya yang tidak pernah ia perlihatkan ke publik untuk kesekian kali.

Ia bingung.

Sepulang sekolah, belakangan ini dirinya sedang disibukkan dengan tugas OSIS dan sering pulang terlambat.

Tapi kok Soobin sama sekali tidak sadar, ya? Ah, apa mungkin karena

"Ck. Udah pusing banyak tugas, ditambah kasus beginian. Gak mikir emang kepsek," gerutunya seraya mempercepat langkah yang sebelumnya lebih lambat.

Ia berhenti di kantin. Kalimat yang dapat ia deskripsikan, "sumpek banget anjir. Ini gak ada tempat lain apa?" Kesalnya.

Soobin berjalan menuju meja paling pojok, tempat favorit ia dan kawan-kawan. Di pojok sepi, jadi bisa membahas hal yang penting seperti ini tanpa harus diketahui orang lain.

"Wih, tumben ngeluarin note?"

Soobin mendudukkan dirinya di samping Junkyu. "Ada informasi apa lagi wahai ketua OSIS kita yang terhormat?" Tanya Hyunjin mendrama.

"Coba kalian baca dulu itu. Gue keburu pusing."

Who? | 00 Line ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang