"Sebentar deh, kayaknya rekaman kemaren masih ada lanjutan..." gumam Junkyu.
Ia mengambil ponsel apa-nya yang disimpan di kolong meja. Junkyu lebih dulu memasang earphone agar teman kelasnya yang lain tidak dapat mendengar.
"Eng– kalo boleh tau, orangnya siapa?"
"Wang Yiren. Namanya Wang Yiren. Belakangan ini, dia lebih sering kontakan sama gue, itu bisa mempermudah pergerakan kalian."
"Nanti gue kirim nomer Yiren. Kalo belom dikirim juga, chat gue aja. Gue lupaan orangnya."
"Oke kak. Makasih banyak ya,"
Junkyu lebarkan matanya.
Wang Yiren
Ah, sayang sekali hal sepenting ini terlewatkan. Jemari Junkyu bergerak lincah di atas layar.
Remaja bermarga Kim itu berniat mengirimkan rekamannya ke grup yang berisikan 10 orang pilihan kepala sekolah.
Junkyu tahu, pasti ada orang yang akan menghilangkan data tersebut. Maka dari itu, ia akan bergerak lebih cepat mulai sekarang.
Kenapa Junkyu bisa tau? Karena itu adalah hal dasar yang selalu dilakukan setiap orang ketika menjadi peran antagonis di dalam cerita. Bukan antagonis doang, deh.
Iya, kan? Iya dong.
Back to topic— Junkyu kembali menaruh ponselnya setelah selesai mengirim rekaman kemarin.
Tak lama, bel masuk berbunyi bertepatan dengan guru bahasa Sunda yang datang untuk mengisi mata pelajaran pertama.
Hyunjin pisung. Eh salah. Pusing maksudnya.
Harapannya yang ingin makan roti bakar coklat keju susu yang hangat dengan nikmat, sirna begitu saja ketika teman-teman laknatnya mengganggu.
"Argh! Udah kek anjir? Gue mau napas dulu huweee..." gerutunya kesal.
Sejak ia datang ke kantin, teman-temannya tidak ada berhenti untuk membiarkannya untuk bernafas bebas.
Haechan ketika dikelas tadi tidak mengganggu.
Tapi kok sekarang malah jadi mengganggunya terus-terusan? Batinnya berteriak.
"Selama ini lo gak napas, dong?" Tanya Junkyu memasang wajah sok polos serta nada mengejeknya.
"Anjing. Ga gitu,"
Kadang ia heran, kapan sih, tingkah Haechan bisa berubah menjadi seperti Yoonbin dan Jinyoung yang memiliki sifat pendiam?
Ia pernah bertanya sekali dengan orangnya langsung. Tapi dijawab seperti ini ;
"Kapan? Ya kapan-kapan aja lah. Gue Haechan ini, bukan Jinyoung ato Yoonbin."
Kesal, jelas. Tertohok, iya. Sabar? Tapi maaf, sudah tidak ada kata sabar di dalam kamus kehidupan seorang Hwang Hyunjin.
Selain itu, Hyunjin sedang pusing-pusingnya memikirkan cara untuk berbicara dengan Yeji— sepupunya —tanpa menyeret kata 'mencurigakan'.
Belakangan ini juga Yeji menjadi lebih diam dan sulit ditemui.
Haechan yang kemarin tidak sengaja berpas-pasan dengan Yeji pun heran, karena sikapnya yang aneh.
Jika ada Hyunjin dan Haechan yang akan mengurus Yeji, maka ada Eric dan Sunwoo yang akan mengurus Yiren, Junkyu dan Hwall yang mengurus orang suruhan Yiren yang memiliki inisial K, dan Yoonbin, Soobin, Jaemin, dan Jinyoung yang akan berpetualang di hutan mencari Somi yang masih diculik.
"Yiren gak bisa dihubungi, anjing!" Umpat Sunwoo yang kesal setengah mati karena sudah berkali-kali mencoba untuk menghubungi nomor Yiren, yang sayangnya tidak bisa dihubungi.
"Kayaknya dia ganti nomer deh," celetuk Eric. "Coba nanti gue yang tanya Nakyung, mau minta nomernya Yiren." Lanjutnya santai tanpa beban.
Sunwoo diam saja seraya menormalkan emosi yang sempat hadir tadi.
"Betewe, lo mau es teh gak? Biar sekalian gue mau beli." Tanya Eric kemudian. Sunwoo melirik Eric yang mulai berdiri dari duduknya, lalu mengangguk.
"Sekalian sama keripik yang pedes-pedes ya, nitip." Katanya.
"Gue juga dong! Yupi ya." Sahut Junkyu.
Eric mengangguk mengiyakan, "oke. Jangan kemana-mana, tunggu sini aja." Titahnya sebelum benar-benar pergi meninggalkan Sunwoo yang sedang memainkan ponsel.
"Gue bukan bocah ya njing," gumamnya melirih saat Eric sudah jauh.
"Yhaa! Ada bocah gaes, HAHA." Ledek Hyunjin dengan wajah tampolablenya. Sunwoo diam saja tidak merespon, malas sekali, lagipula ia sedang tidak ada mood untuk berbacot hari ini.
Jinyoung yang sedari tadi diam pun berdehem pelan— entah maksudnya apa —mengundang atensi Junkyu, Sunwoo dan Hyunjin yang sedang sibuk dengan dunianya masing-masing.
"Kenapa, Young?" Junkyu bertanya yang langsung dihadiahi lirikan oleh Sang empunya.
"Gue sama yang laen jalan pas pulsek? Apa ijin aja langsung gitu ke nyai?" Tanyanya balik pada tiga orang lainnya.
Sunwoo mengedikkan bahunya tanda tidak tahu, "baiknya gimana aja kata gue." Sahutnya.
Jinyoung mengangguk paham. "Ah, sekarang aja deh."
Bentar, aku baru sadar. Scene ini tuh kek mau ngurus orang yang diculik kan, tapi aku kok kesannya kek memperlambat gitu😭 bersoda banget aku😭🙏 kalo kata temenku mah, "blegug sia" bisa-bisanya...
"Seterah lo aja sih, kata gue juga mending sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Who? | 00 Line ✔
Fanfiction❝ Pertanyaannya, siapa yang bikin mereka celaka? Dan kenapa harus kita bersebelas yang ngurus? ❞