Jujur, saya sudah mulai jenuh dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara daring. Sebagai mahasiswa yang baru menginjak semester dua, jiwa saya meraung-raung ingin kawan-kawan baru. Setiap pembelajaran yang saya temui hanya layer Google Meet atau Zoom Meet. Saya ingin bertemu manusia, hei! Ditambah pula, kawan-kawan saya di kelas jarang mau yang menyalakan kameranya.
Saya juga sering malas untuk menyalakan kamera sih. Ada rasa malas yang timbul ketika menyalakan kamera. Alasan paling besar dalam diri saya karena muka saya yang gembel dan kawan-kawan saya tidak ada yang melakukanya. Setelah saya tanya alasannya, ada yang mengatakan malas karena belum mandi atau perangkatnya yang tidak mendukung.
Kata Pak Ariffin Nugroho, Guru SMA Kolese De Britto Yogyakarta dalam penelitian google form kecil-kecilan mengatakan alasan utama mengapa siswa-siswanya tidak menyalakan kamera dalam kelas tatap maya karena teknis, pembiasaan, dan kepercayaan, Fakta ini dilansir dair artikel berjudul Di Balik Pertemuan Tatap Layar, Kedaulatan Rakyat (25/6)
Sebagai mahasiswa jujur ketika kawan-kawan saya menyalakan kamera, muncul semangat dalam diri saya untuk bertahan dalam posisi siap memperhatikan ceramah dari dosen. Apalagi ketika kawan-kawan perempuan saya yang cantik-cantik ikut menyalakan kamera. Manusiawi kan.
Sesekali pun saya melawan kemalasan saya untuk menyalakan kamera saat kelas berlangsung untuk menghargai dosen yang sedang mengajar dan menjadi symbol kehadiran saya dalam kelas. Bukan mau tidak terlihat baik. Saya selalu membayangkan ketika kelas berjalan seperti biasa dengan tatap muka. Ketidakhadiran satu kawan saja karena sakit terasa ada yang kurang. Mangan ora mangan sinau ra sinau, seng penting kumpul.
Dosen memang perlu sih mengingatkan untuk kami para mahasiswa tetap menyalakan kamera supaya fokus belajar. Pak Arifin saja bilang bahwa pengajar perlu membantuk pelajar membangun habituasi. Caranya memang seringkali dengan paksaan: pengurangan nilai atau tidak dihitung absen.
Namun bukankah lebih bila dari mahasiswannya sendiri sadar akan akan besarnya manfaat ketika menyalakan kamera dalam kelas daring sebagai simbol kehadiran. Jangankan tidak menyalakan kamera, ketika kamera anda menyala saja tetap tidak dapat menggantikan rasa menyenangkannya ketika saya dan kawan-kawan saya bisa bertatap muka secara langsung. Masakan kalian tidak rindu bertemu manusia?
Kalau kawan-kawan takut ditunjuk dosen untuk menjawab pertanyaan tiba-tiba, tanya saja ke kawan-kawan lain atau saya. Nanti saya berusaha jawab sebisanya. Kalau nanti kawan-kawan salah jawab atau jawabannya malah lucu, tidak apa-apa. Anggap saja sebagai keseruan tersendiri.
Mari kita sepakati, tidak usah nyinyir wujud kawan-kawan semua seperti apa jikalau itu membuat kawan-kawan tidak percaya diri. Mungkin bentuk kawan-kawan ada yang lonjong, kotak, gepeng, trapesium, atau jajargenjang, tetap harus percaya diri.
Kalau kawan-kawan masih bau iler dan belekan di mana-mana ya tidak apa-apa. Cuci muka sedikit udah cantik dan tampan dari sananya, kok. Natural lebih baik. Ayo, ini disepakati kalau ini membuat kawan-kawan tidak percaya diri.
Sungguh, saya ingin mengenal kawan-kawan saya yang baru. Jangan sampai, ketakutan semua orang akan learning loss karena pembelajaran daring diikuti pula dengan social loss. Social loss ini terjadi karena saya dan kawan-kawan semakin terbiasa untuk jarang berinteraksi di kelas sehingga muncul social anxiety disorder (fobia sosial). Apalagi ditambah dengan chat Line dan Whatsapp yang dibalasnya lama dan di-call juga malu-malu. Saya tidak ganas dan baik hati. Percayalah.
Maukah kawan-kawan saya semua kehilangan momen-momen setahun lebih ini di mana seharusnya kita bisa membangun kenangan yang indah di kelas dengan melihat wajah-wajah mengantuk, serius, dan ketawa-ketiwi kawan-kawan anda ketika di kelas. Walaupun semuanya terjadi hanya di depan layar. Momen-momen itu kalau mau dipikirkan dapat saya dan kawan-kawan buat sendiri lho.
Dijamin rasa jenuh saya dan kawan-kawan dengan tugas-tugas yang begitu membabi buta dan menyapi bisu dapat sedikit terobati dengan membuat momen yang seru di kelas daring. Caranya paling tidak dengan mau menyalakan kamera. Ya tidak memaksa sih. Saya pun juga sering merasa malas dan bertahan dalam zona nyaman di kamar.
Nah, baiknya bagaimana?
KAMU SEDANG MEMBACA
IJINKAN SAYA NDAKIK-NDAKIK
Non-FictionKumpulan wacana ndakik-ndakik ini saya tulis selain karena memang refleksi saya tas pengamatan zaman akhir-akhir ini juga sebagai ajang mengikuti tantangan 30 hari konsisten menulis. Semoga bisa menjadi jejalan ide yang mungkin sulit dilaksanakan ba...