Asyiknya Presentasi Kelompok

50 1 0
                                    


Sebagai mahasiswa anyaran, saya mulai dihujami tugas-tugas tanpa ampun dari setiap mata kuliah. Salah satu tugas yang menarik perhatian saya adalah presentasi kelompok. Hampir setiap minggu pasti ada saja mata kuliah yang menuntut saya bergumul bersama kelompok untuk mempersiapkan presentasi di kemudian hari.

Asyiknya Presentasi Kelompok

Saudara-saudari angakatan 2000-an pasti pernah mengalami pembelajaran menggunakan metode presentasi kelompok. Biasanya, para siswa/mahasiswa akan dibagi menjadi beberapa kelompok menurut tema-tema pokok materi yang akan dibahas dalam suatu mata pelajaran.

Dalam mempelajari anatomi misalnya, para siswa akan dibagi menjadi kelompok untuk membahas anatomi otak, anatomi kerangka, anatomi organ-organ tubuh, dan anatomi jantung. Sumbernya darimana? Sak karepmu, dengan syarat diambil dari sumber-sumber ilmiah terpercaya. Bisa dari buku atau internet asalnya jangan mengambil dari blog, wordpress dan sejenisnya.

Tentunya para saudari-saudara pelajar budiman dan budiwoman ini kemudian akan membagi tugasnya masing-masing. Ada yang menjadi koordinator untuk menentukan sub-sub tema yang akan dibahas. Kalau membahas anatomi otak, ya nanti dibagi jadi otak besar, otak kecil, dan batang otak. Ada yang bertugas mencari sumber-sumber terpercaya lewat riset pustaka atau jelajah internet. Ada juga yang bertugas merangkum dan menuangkannya dengan apik pada format Power Point yang seringkali tidak menampilkan poin dan justru menampilkan paragraf-paragraf yang tidak menyentuh intinya sehingga tidak ber-power.

Pada akhirnya kelompok presentasi ini akan sampai pada momentum presentasi di depan kelas di mana mereka akan bertanggung jawab untuk mengutarakan materi kepada rekan sejawat mereka dan pengajar. Sungguh, momen ini membuat bulu kuduk bergidik, tenggorokan kering, dan keringat dingin.

Sebelumnya, para kelompok bisa mempersiapkan diri terlebih dahulu dengan latihan presentasi, berdiskusi, atau membaca-baca bahan yang telah dipersiapkan untuk berjaga-jaga siapa tahu ada yang mengajukan pertanyaan. Sesi pertanyaan inilah si raja terakhir.

Yang saya ceritakan ini idealnya lho ya, karena pengalaman saya ada saja yang kalau tidak mau disebut beban, cuma modal numpang nama di kelompok. Wes jujur wae, saudari-saudara pasti kesal dengan spesies-spesies semacam ini.

Paket Lengkap: Visual, Auditorial, Kinestetik

Dalam jurnal Papilaya dan Huliselan (2016) berjudul Identifikasi Belajar Mahasiswa, dikatakan bahwa pembelajaran dapat efektif bila dapat mengakomodasi kebutuhan mahasiswa. Diungkapkan, "Oleh sebab itu, dosen harus mengetahui dan mengenal gaya belajar setiap mahasiswa sehingga bisa mempermudah proses pembelajaran."

Saudari-saudara tentu mengenal tiga gaya belajar yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. Menurut De Poter & Hernacki (1999) dalam Papilaya dan Huliselan (2016) menerangkan bagaimana kelompok gaya belajar tersebut bekerja.

Gaya belajar visual adalah gaya belajar yang mengandalkan indera penglihatannya. Maka, membaca merupakan metode yang umum dilakukan atau dengan menuliskan kembali. Gaya belajar auditorial menggunakan indera pendengaran sebagai andalannya. Maka diskusi, mengucapkan kembali, dan mendengarkan penjelasan dari pengajar. Sedangkan gaya belajar kinestetik akan cenderung bergerak, praktik, atau menyentuh. Maka, ketika belajar atau memahami materi, gaya kinestetik akan berjalan, memberi kode dengan jari, atau dengan isyarat-isyarat tubuh lain.

Kalau mau sedikit berpikir ndakik-ndakik, model pembelajaran presentasi kelompok mengakomodasi gaya pembelajaran yang ada. Bisa dikatakan, model pembelajaran presentasi kelompok merupakan paket lengkap. Gaya pembelajaran visual, auditorial, dan kinestetik mendapatkan porsinya masing-masing. Mari kita mengothak-athik gathuk!

Gaya visual akan mendapatkan kesempatan saat menyiapkan bahan lewat studi pustaka dan jelajah internet dengan membaca jurnal-jurnal atau artikel-artikel berita. Ilustrasi-ilustrasi yang mendukung dapat membantu pembelajar visual. Gaya auditorial mendapatkan kesempatan saat mencari sumber berbasis audio-visual seperti video yang dapat diperoleh pada kanal Youtube. Selain itu, saat momentum presentasi, para auditorial ini dapat belajar dengan mendengarkan penjelasan dari yang sedang presentasi.

Sedangkan kinestetik dapat memperoleh porsi saat ia mampu menjelaskan materi dengan bahasa tubuh atau dengan berjalan-jalan di kelas sambil mengulangi apa yang telah ia pelajari. Saat forum diskusi tanya-jawab, tentu auditorial dan kinestetik mendapatkan kesempatan untuk belajar dengan memperdalam pemahaman dengan mendengarkan argumen-argumen yang ada atau dapat mengulangi materi sambil mebahasakan kembali dengan gerakan-gerakan tubuh. 

Belum ada penelitian lebih lanjut mengenai seberapa efektifkah model pembelajaran ini pada prestasi siswa/mahasiswa. Saya pribadi hanya ingin mengajak saudari-saudara berpikir. Tentu sulit mengistimewakan satu persatu siswa/mahasiswa menurut gaya belajarnya di dalam kelas tetapi bisa jadi, metode ini menjadi titik temunya.  

IJINKAN SAYA NDAKIK-NDAKIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang