.xiii

137 15 0
                                    

Brak!

Ruang kerja itu tampak berantakan dengan berkas berkas berceceran di lantai. Para guards tidak berani memasuki ruangan sanggrada. Bahkan untuk sekedar mengecek apa yang membuat keributan itu terjadi didalam sana.

"Apa yang terjadi?"

Wooyanagra datang dan bertanya pada guards yang berdiri di depan pintu. Dia bisa mendengar suara beberapa barang jatuh dari dalam. Sanggrada jarang seperti ini jadi wooyanagra hanya bisa memanggil sang bunda.

"Alpha sanggrada sudah seperti sekitar satu jam tuan besar...kami sempat mengunjungi beberapa desa dan kami menerima sebuah informasi bahwa setiap pemilik kekuatan yang sama seperti tuan gavriel telah hilang dari desa."

Gabriel membanting pintu itu dan menemukan sang putra terduduk dimeja kerjanya. Pakaian berantakan dan wajah frustasi itu membuat gabriel khawatir. Ketakutan sanggrada saat ini hanya satu, kehilangan putra sulungnya.

"Kita tidak bisa menyembunyikan junius sendirian, semakin jauh junius dari kita itu akan semakin berbahaya."

Yusangga mendudukan dirinya sebelah minjiro dan mulai menghela nafas kasar.

"Lagipula apa alasan tua bangka itu bangkit? Dia sangat menyusahkan."

Gabriel hanya memejamkan matanya lalu teringat bahwa wooyanagra sempat mengatakan ada seseorang yang bisa mengaktifkan mantra perlindungan itu untuk junius.

"Soal mantra itu, bukanlah mengaktifkannya membutuhkan setidaknya 4 orang?"

Wooyanagra mengangguk lalu memberikan sebuah foto pada yusangga yang duduk didepannya.

"Itu mereka, jika mantra ini berhasil mungkin melindungi junius akan sedikit lebih mudah. Tapi bagaimanapun ayah gavriel bisa muncul dimana saja dengan tubuh barunya."

Kelima orang disana hanya mengangguk setuju dengan ucapan wooyanagra. Sanggrada sendiri masih beristirahat dikamarnya setelah hampir satu jam menghancurkan ruang kerja.

Iya, keempat orang itu adalah askana, sophiya, sarta dan violix. Keempatnya sudah berdiri diluar kamar junius bersama gabriel.

"Kalian yakin akan melakukan ini? Mantra ini sama saja menyegel kekuatan tuan muda Junius."

Gabriel mengangguk lalu memberikan sebuah kertas pada askana yang berdiri disebelah nya.

"Serap energi yang berwarna biru saja, kami harus menjauhkan bahaya dari junius terlebih dahulu."

Askana nampak berpikir sejenak sebelum menepuk bahu sarta untuk meminta solusi.

"Jika hanya satu komponen yang diserap itu tidak akan bertahan lama. Energi itu harus dipindahkan ke raga yang lain."

Sanggrada yang ada disana melirik askana yang masih mencuri pandang kearah putrinya.

"Jika askana yang menerima energinya...apa kamu keberatan?"

Semuanya menatap kearah sanggrada, namun askana paham maksud kenapa alpha itu meminta kekuatan junius berpindah padanya. Karna hanya askana yang bisa mengendalikan itu untuk melawan sang ayah.

Sanggrada akhirnya berjaga bersama yusangga dan minjiro di dekat ruang tahta, didalam ada gabriel dan anak-anaknya.

"Kuharap ini berjalan dengan baik."

Angin kencang menerpa dan menerbangkan tirai-tirai diperjuru lorong. Sanggrada mulai was-was dan tetap mengawasi kearah dalam ruangan.

Cahaya berwarna biru terang itu memenuhi ruangan. Sebuah bayangan hitam membuat sanggrada mau tak mau harus masuk dan mengarahkan belati kearah sana. Cukup dengan dengan tubuh askana yang sedang berbaring.

"Bunda!"

Gabriel menyadari raut sang putra mulai panik dan membangun dinding perlindungan yang tidak akan bertahan lama. Bayangan" hitam itu terus memukul keras dinding yang gabriel buat.

"CEPAT! DINDING INI TIDAK AKAN BERTAHAN LAMA!"

Semua orang yang ada didalam sana semakin panik saat dinding itu mulai retak.

. serendipity - sanwoo//woosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang