.iv

249 32 1
                                    

Wooyanagra sedang duduk dipinggir lapangan latihan bersama deepshika, anak gadisnya ini tidak akan turun sebagai petarung seperti juliana maka dari itu dia hanya diam duduk bersama sang papa yang sedang merapihkan rambutnya.

"Papa, boleh shika bertanya?" "Tentu, apa yang ingin kamu tanyakan?"

Gadis kecil itu berbalik lalu menatap sang papa dengan raut berpikir yang menggemaskan.

"Bukankah werewolf hanya bisa memakan daging dan beberapa makanan manusia? Tapi kenapa daddy bisa minum darah?"

Wooyanagra terkekeh lalu mengusap surai putrinya lembut sebelum membenarkan letak hiasan kepala sang putri.

"Kamu ingin tau alasannya? Baiklah papa akan menjelaskan sesingkat mungkin."

"Kakek adalah seorang werewolf murni, tapi matenya adalah seorang vamp demon."

"Nenek?"

Wooyanagra mengangguk lalu kembali mengusap surai putrinya.

"Pernikahan keduanya berhasil dan lahirlah paman yusangga, daddymu, dan paman minjiro. Paman yusangga lahir sebagai wolf demon, begitu juga dengan daddymu. Yang berbeda hanya paman minjiro, dia satu satunya yang mendapatkan darah vampir nenek."

Gadis kecil itu mengangguk paham lalu kembali fokus pada latihan sang kakak dan daddynya ditengah lapangan. Wooyanagra tersenyum lalu ikut menatap kearah dimana sanggrada berdiri.

"Padahal ini musim dingin, bisa-bisanya dia melepas atasan..."

Latihan selesai beberapa menit kemudian, deepshika memilih untuk ikut kakak-kakaknya keruang makan sedangkan wooyanagra masih menunggu suaminya yang sedang merapihkan pakaian.

"Sudah kubilang berhentilah melepas atasanmu saat latihan. Ini musim dingin kalau kamu sakit bagaimana?"

Sanggrada terkekeh lalu memeluk bahu istrinya, sepertinya akan merajuk seperti ini terus jika tidak disogok menggunakan makanan manis.

"Aku sudah biasa latihan tanpa menggunakan atasan, ingat terakhir kali aku menggunakan atasan? Bajuku dirobek bunda."

Omega itu memilih berjalan terlebih dahulu meninggalkan sanggrada yang sedang merapihkan kancing kemejanya.

"Bilang saja mau pamer badan."

"Astaga sayang..."

Diruang makan

"Kudengar arwah nenek berkeliaran di kastil hiiii"

"Junius, berhenti menakuti adik-adikmu."

Junius mencebikan bibirnya dan ingin mencari pembelaan tapi saat melihat wajah daddy-nya dia mengurungkan niat.

"Psst kayaknya daddy diambekin lagi."

Juliana yang duduk disebelah junius tertawa pelan sebelum ada potongan daging yang disuapkan secara paksa masuk kedalam mulut keduanya.

"Papwa kwasar swekalwi"

"Telan dulu makananmu junius."

Sanggrada sendiri sudah tertawa namun mendapatkan nasib yang sama ketika wooyanagra menyuapinya dengan paksa.

Sanggrada menatap kearah pintu ruang makan, entah hanya dia atau ada orang lain yang bisa melihatnya. Sang bunda sedang berdiri disana dan tertawa.

. serendipity - sanwoo//woosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang