.xiv

136 15 0
                                    

Lolongan panjang dari sanggrada menandakan bahwa pemindahan energi itu telah usai. Badai mulai mereda namun hujan deras masih mengguyur kastil.

cklek!

Gabriel datang dengan botol kaca yang sudah kosong, senyuman sanggrada mengembang lalu melirik kearah sang putra yang tertidur lelap diranjangnya. Sedangkan askana berada diruangan lain bersama saudaranya.

"Bunda sudah menanamkan beberapa mantra pada tubuhnya. Kita hanya perlu menunggu askana sadar."

Sanggrada mengangguk dan menatap kearah luar jendela. Semoga saja energi tiruan itu tidak terdeteksi oleh ayahnya.

Flashback

"CEPAT!! INI TIDAK BERTAHAN LAMA!!"

Kepanikan semakin menjadi ketika roh-roh itu mencoba untuk menghancurkan dinding yang dibuat oleh gabriel. Ibu dari sanggrada itu masih mencoba menahannya dengan susah payah.

"Sebentar lagi..."

Cahaya biru mulai menyilaukan dan tubuh askana mulai memancarkan cahaya putih. Beberapa menit menahan akhirnya pemindahan itu selesai dengan mudah.

"Aku yakin gavriel akan kemari, maka dari itu aku membuat ini."

Gabriel mengangkat botol kaca berisi butiran berwarna biru terang dari kantung jubahnya.

"Itu?"

"Tiruan energi untuk menjebak gavriel. Kita akan mengalihkan atensinya dulu selama askana belum bangun."

Sanggrada yang sibuk mengerjakan berkas nya dikejutkan dengan sang putri yang tiba-tiba datang dan menangis cukup kencang.

"Huwaa daddy!!!"

Sanggrada mendongak dan menatap juliana yang masih menangis didepan meja kerjanya. Tetap fokus pada berkasnya dan menutup mulut putrinya menggunakan sebuah mantra.

"Askana, apa yang terjadi?"

Sanggrada melirik kearah pintu dimana askana berdiri dengan tangan menggaruk tengkuk. Kedua gadis ini pasti baru saja bertengkar atau askana sudah menjahili putrinya sehingga anak itu menangis.

"Maafkan aku alpha, aku keterlaluan menjahilinya dengan berkata bahwa junius tidak mengajaknya berburu."

Sanggrada tertawa lalu melepas mantra dari juliana membuat putrinya itu merajuk dan memilih untuk duduk di sofa.

"Dad jadi ragu second gendermu itu alpha..."

Sanggrada kembali fokus pada berkas nya dan membiarkan kedua gadis itu berbincang diruang kerjanya. Saat hendak keluar dari ruangan sanggrada melirik kearah tengkuk putrinya.

Sanggrada menyibak rambut panjang juliana dan menemukan bekas gigitan. Sanggrada menatap datar kearah askana yang menunjukan cengiran khasnya pada sanggrada.

"Jika bukan perempuan aku ingin menendangmu saja."

"Papa tau soal ini kok tapi papa ga marah."

Jawaban juliana membuat sanggrada menghela nafas kasar lalu menjitak kepala putrinya itu.

"Baiklah terserahmu saja, dad akan pergi rapat. Jangan lupa tutup pintu saat kalian keluar."

Sanggrada meninggalkan ruangan dan tersenyum. Setidaknya kekuatan junius bisa membantu askana melindungi putrinya.

. serendipity - sanwoo//woosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang