.xii

142 14 0
                                    

Setelah sarapan, sanggrada kembali mendudukan dirinya di kursi ruang kerjanya, terlalu malas berada diruang tahta yang luas dan terasa sangat hampa jika mengerjakan tugas disana.

"Alpha, tuan besar gabriel dan Lucifer meminta anda untuk datang keruang tahta."

Sanggrada hanya mengangguk dan mengangkat tangannya meminta sang pelayan untuk pergi dari ruang kerjanya.

"Ingin menemui bunda? Boleh aku ikut?"

Sanggrada tersenyum lalu mengecup kening sang omega yang berdiri didepannya.

"Jawabannya adalah tidak mate, beristirahat lah dengan cukup aku akan menyusul setelah berbicara dengan bunda."

Sang omega hanya mengangguk lalu merapihkan pakaian sanggrada sebelum meninggalkan ruang itu menuju kamar kedua.

Kriet

"Ada yang ingin bunda bicarakan denganku? Senang bertemu denganmu lagi kakek."

Sanggrada membungkuk hormat pada lucifer yang berdiri disebelah sang bunda. Kakeknya itu hanya tersenyum tipis menatap sanggrada.

"Ini tentang junius, kamu ingat junius memiliki kekuatan yang sama seperti ayahmu?"

Sanggrada mengangguk menanggapi pertanyaan sang bunda.

"Itulah alasan kenapa kemarin ayahmu menyerang junius terlebih dulu daripada bunda. Dia ingin mengambil sisa kekuatan yang bisa menyempurnakan kembali kekuatannya yang hilang saat ia mati."

"Ada solusi untuk ini kakek?"

Lucifer memberikan sebuah kalung pada sanggrada, liontin kalung itu bersinar berwarna biru terang yang cukup menyilaukan mata.

"Liontin ini sudah ditetesi darah junius. Jika junius dalam bahaya liontin ini akan mengeluarkan cahaya berwarna merah."

Sanggrada mengangguk lalu menggunakan kalung itu pada lehernya. Gabriel menepuk bahu sang putra tengah pelan. Berharap putra tengahnya itu sedikit tenang.

"Junius akan baik-baik saja, maaf merepotkanmu."

"Aku tidak merasa keberatan jika harus melindungi junius. Dia putraku, dan aku juga harus melindungi bunda."

Lucifer tersenyum lalu mengusap bahu cucunya sebelum menghilang dibalik kabut hitam. Gabriel sendiri memilih kembali ke ruangannya dan meninggalkan sanggrada sendiri di ruang tahta.

"Gavriel..."

Sanggrada meremat pelan kalung itu lalu berjalan keluar dari ruang tahta menuju kamar nya.

Cklek

"Sayang aku sudah kemba...li."

Saat sanggrada membuka pintu dia bisa melihat wooyanagra sedang memberantaki lemari nya. Entah apa yang dicari oleh istrinya itu sampai kamar mereka seperti kapal pecah.

"Apa yang kamu cari mate?"

Wooyanagra menunjukan cengiran khasnya sebelum memeluk sanggrada yang masih berdiri didepan pintu.

"Emmm ini! Itu adalah salah satu mantra pelindung yang sempat ayahku tinggalkan sebelum dia meninggal, tapi aku tidak bisa mengaktifkannya."

Sanggrada menatap kertas itu seksama sebelum sebuah ide melintas dipikirannya, dia tau siapa yang bisa mengaktifkan mantra itu untuknya.

. serendipity - sanwoo//woosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang