.xv

136 15 0
                                    

Malam ini suasana mencekam kembali menyelimuti pack blue moon, badai tidak kunjung berhenti dan hujan deras terus menerjang rumah-rumah.

Semua anggota keluarga yang ada dikastil memutuskan untuk berkumpul di ruang keluarga. Ada gavriel disana, atas undangan dari sanggrada sendiri.

Sanggrada dan gabriel saling melirik sebelum menatap askana yang berdiri dibelakang gavriel.

Grep

Gavriel tidak melakukan perlawanan apapun membuat sanggrada curiga dengan tubuh baru sang ayah yang seharusnya bereaksi dengan sentuhan askana.

Matanya melihat kearah kaca transparan yang terpasang sebagai pembatasan jam lonceng yang ada dibelakang askana.

"Bunda!"

Sret!

Panah itu menancap keatas meja, membuat semua anggota keluarga terdiam dan menatap seseorang yang berdiri di balkon dengan senyuman.

"Aku pulang."

"Askana lepaskan mayat itu."

Askana mundur dan sanggrada menghancurkan mayat itu sebelum kekuatan dari mayat tersebut kembali.

Sanggrada kembali menatap balkon dan memberikan garis pembatas dengan api, seharusnya gavriel tidak bisa melewati ini.

Iris berwarna biru terang itu menatap tajam kearah sanggrada dibalas oleh yang lebih muda dengan tatapan yang sama. Iris berwarna kuning keemasan itu mengunci pergerakan gavriel.

"Serahkan gadis itu!"

Askana berjalan maju dan menyentuh tangan gavriel. Sanggrada tidak tau apa yang akan gadis itu lakukan. Tapi dia harus tetap berjaga dengan garis pembatas ini.

"Kau ingin ini? Maka ambillah jika kau bisa."

Surai hitam askana berubah menjadi blonde dan sedikit helaian berwarna biru, iris secoklat karamel itu berubah menjadi biru terang. Juliana yang berdiri disana beringsut mundur.

"Berhati-hatilah...askana..."

Tubuh askana ditarik kearah luar oleh gavriel, sedangkan sanggrada mengikuti dan berhenti didekat sana. Seperti yang dikatakan sang bunda. Setiap sentuhan askana akan mengaktifkan kutukan pada tubuh gavriel.

"Seharusnya sulur itu sudah terlihat dari sini..."

Tanpa sanggrada duga sulur itu muncul dibelakangnya dan hampir menusuknya.

Jleb

Sanggrada tersentak menghadap kebelakang dan menemukan istrinya tersenyum.

"Ini...hanya luka kecil."

Sanggrada mengeluarkan belatinya dan memotong sulur itu lalu memeluk istrinya, bagian punggunggnya terluka cukup dalam.

"Bertahanlah sebentar mate..."

Sang bunda datang dan membawa wooyanagra pergi, sanggrada menghela nafas kasar sebelum berdiri dan melepas jubahnya.

"Alpha..."

Wooyanagra bisa melihat sanggrada berjalan mendekati gavriel, ia tau jika seperti ini alpha itu akan lepas kendali. Tapi jika tidak seperti ini, pertarungan itu tidak akan selesai.

Sanggrada menatap tajam kearah sang ayah, sama seperti saat mereka duel waktu itu. Bahkan kilat kemarahan itu terlihat dimata sanggrada.

"Ohh rupanya-"

Sret!

Tetesan darah mulai mengalir dari pipi gavriel. Sanggrada dengan cepat bergerak dan menggoreskan belatinya.

"Aku tidak pernah berpikir memiliki ayah seorang bajingan sepertimu."

Sanggrada menjatuhkan belatinya dan berjalan mundur. Tatapan tajam itu seperti menusuk gavriel, tatapan kebencian dari anak-anaknya untuknya.

. serendipity - sanwoo//woosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang