.xvi

138 16 0
                                    

Gavriel masih berdiri menatap putra tengahnya sedangkan sanggrada masih menatap tajam gavriel yang berdiri di depannya. Naluri membunuh sudah menguasai sanggrada. Gabriel tidak bisa menahan sanggrada sekarang.

"Kita harus menjauh..."

Gabriel membawa anggota keluarga yang lain masuk kedalam kastil meninggalkan sanggrada, askana dan gavriel disana.

"Harusnya kau tidak pernah bangkit lagi...harusnya kau tidur dengan tenang...kenapa? Kenapa kau harus bangkit untuk melakukan dendam. Pada istrimu sendiri?"

Hujan masih mengguyur hutan. Suara petir bersahutan membuat anak-anak sanggrada mulai meringkuk ketakutan di dalam pelukan yusangga.

Wooyanagra melirik kearah langit sebelum tersenyum tipis.

"Ayah...kumohon, bantu suamiku satu kali saja..."

Sedangkan diluar.

"Jika kau menyerahkan liam dengan mudah aku tidak akan melakukan ini."

"Kau bilang hanya bunda yang kau inginkan? Tapi kau hampir mencelakai putraku."

Grrrrr

Geraman jenggala membuat gabriel mulai beringsut mundur, wujud serigala putranya itu lebih ganas dari yang ia kira. Namun lelaki tua itu menyeringai menarik askana dan mengarahkan belati itu ke leher askana.

"Hahahaha! Kau tidak bisa mendekat sialan!"

Juliana yang berada didalam sana mulai panik, junius memeluk adiknya yang mulai terisak mengkhawatirkan matenya itu.

"Askana akan baik baik saja...daddy pasti bisa melakukan sesuatu."

Sanggrada tersenyum dalam hati saat melihat gavriel menyentuh askana. Gadis itu cukup cekatan untuk mengaktifkan kutukan pada tubuh gavriel.

"Apa yang akan kau lakukan?"

"Hanya menunggu sulur sulur itu menahannya."

Jenggala tetap mendekat perlahan dan melirik kearah kaki gavriel, dimana sulur tipis itu telah menjerat kakinya.

"Harusnya kau tidak melawan perempuan, gavriel."

Bruk!

Jenggala menerjang tangan gavriel membuat belati itu terlempar jauh dan askana sudah terduduk cukup jauh dari sana.

"Pergi! Kubilang pergi ketempat yang lebih aman!"

Askana berlari kedalam kastil membuat gavriel yang ingin mengejarnya terjatuh karna kakinya tertahan.

"Arlan..."

Flashback

"Ayah...boleh aku meminta bantuan?"

Bayangan itu hanya tersenyum lalu mengangguk. Wooyanagra tersenyum lalu memeluk ayahnya.

"Aku rasa akan ada masalah beberapa hari kedepan. Tolong lindungi keluargaku untuk satu kali ini saja?"

Arlan tertawa lalu mengusap rambut sang putra sulung.

"Ayah akan membantumu kali ini. Lagipula hitung-hitung berterimakasih pada liam yang sudah menjaga putraku sebagai menantunya."

Omega manis itu mendongak, menatap heran kearah sang ayah.

"Ayah kenal bunda Gabriel?"

Lagi lagi arlan tertawa lalu mendudukan dirinya di pembatas balkon.

"Tentu, kami berteman saat masih pelatihan."

Kembali kemasa sekarang, tubuh jenggala sudah dikuasai arlan. Yang berhadapan dengan gavriel sekarang adalah arlan.

"Aku tidak tau tubuh suami wooyanagra sangat luas nyaman kugunakan, tapi sayangnya dalam wujud hewan."

gerutuan arlan membuat sanggrada yang berada dibawah alam sadarnya mendengus kesal, jika mertuanya se menyebalkan ini ia tidak heran jika istrinya juga menyebalkan.

"Lama tidak bertemu gavriel."

"Kau tidak seharusnya ikut campur urusanku arlan."

Kedua serigala itu saring menyerang, menggigit, dan menginjak. Hujan semakin deras dan pandangan arlan semakin buram.

Gabriel berlari dari dalam ruangan menuju kearah luar dan menghentikan arlan.

"Aku yang akan menyelesaikan ini..."

Arlan mengangguk lalu membawa tubuh sanggrada untuk duduk di dekat kastil dan keluar dari raga sang menantu. Karna tubuh sanggrada penuh luka maka serigala itu mendadak lemas dan memejamkan matanya.

. serendipity - sanwoo//woosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang