Pria berambut perak itu tampak sibuk melihat - lihat seluruh ruangan yang terdapat dirumah sederhana itu. Kedua tangannya ia silangkan kebelakang, sesekali ia tersenyum melihat figura yang berisi foto Jean ketika gadis itu masih kecil
"Apakah dia ibumu?" Tanya Asher penasaran
"Ah, dia sudah kuanggap sebagai ibu kandungku" Jawab Jean sekenanya sambil sibuk mengaduk adonan kue ditangannya dan sesekali mencicipinya
"Jadi yang mana foto ibu kandungmu?"
"Aku yatim piatu sejak lahir. Aku membuatnya seperti itu." Ucapnya santai, ketika sadar ia salah berucap kepada Asher ia reflek memukul pelan mulutnya
"Maksudku, mereka berjuang keras saat melahirkanku. Saat itu terjadi perang di Kerajaan ini, kau tau kan?" Ungkap Jean mencoba mencari alasan yang masuk akal
"Maafkan aku." Balas Asher sambil memandangnya sendu
"Hei, tidak apa - apa. Itu sudah sangat lama." Jawab gadis itu sambil tersenyum menenangkan
Asher menghampiri gadis itu dan menawarkan bantuan. Jean yang tidak ingin ada campur tangan dari siapapun saat memasak hanya menyuruhnya untuk membuat secangkir teh hangat. Itu akan membantu. Jean tahu ia tidak bisa sembarangan menyuruh seorang pangeran.
"Apa kau berlatih pedang sendiri?" Tanya Asher memulai pembicaraan
"Waktu kecil, aku sudah menyukai benda tajam itu dan mencoba menggunakannya. Aku berlatih bersama teman kecilku, Eric. Dan yang mengajari kami adalah ayahnya. Beliau petarung yang hebat. Saat itu lah aku mencoba dan berhasil menguasainya." Ungkap gadis itu panjang lebar dengan manik safir yang berseri - seri saat menceritakannya
"Ah Eric, pria payah berambut hitam yang selalu menempel padamu itu?" Gadis itu tertawa puas saat pertanyaan polos itu keluar dari bibir Asher. Ia merasa Eric harus mendengarnya
"Kau benar dia sangat payah. Dan tau darimana jika dia selalu menempel padaku? Apa kau memperhatikanku?" Ucap Jean santai sambil tersenyum menggoda Asher
"Ya. Aku memperhatikanmu."
Kenapa dia jujur sekali sih?! batin gadis itu mendelik sebal. Sejujurnya ia pun senang karena diperhatikan oleh Asher, sungguh.
Jean hanya tersenyum singkat menanggapi ucapan pria itu. Ia kembali sibuk dengan kue keringnya yang telah matang. Meletakannya dipiring dan memberinya sedikit krim manis di atasnya.
"Silahkan dinikmati, yang mulia!" Ucap jahil gadis itu sambil memperagakan seorang koki handal yang sedang menyajikan makanannya.
"Terimakasih." Balas Asher tersenyum geli dan mulai mencoba kue kering buatan Jean.
Pria itu tersenyum senang saat kue kering itu menyatu dengan mulutnya. Manik violetnya berbinar dan mengangguk kepada Jean tanda gadis itu berhasil membuat kue kering yang sangat lezat
Terlalu sibuk dengan makanannya, Asher tidak sadar jika ia makan dengan sangat lahap dan tidak memperhatikan kerapihannya
"Pangeran Asher, makanlah dengan rapih." Jari lentik itu menghapus sisa krim yang tertinggal di dagu Asher, lalu membersihkan jarinya dengan mulutnya
"Kau benar, krimnya pun sangat manis!" Ucap Jean tersenyum senang
Asher terpaku karena perlakuan tiba - tiba gadis itu. Pipinya memerah, jantungnya berdetak cepat, manik violet itu menatap Jean sangat lama. Jean yang tersadar akan itu langsung menatap balik Asher dengan jarak yang sangat dekat
"Apa ada sesuatu di wajahku?" Tanya Jean penasaran. Karena Asher melihatnya tanpa berkedip
"Boleh aku membersihkannya?" Izin Asher dengan wajah polosnya
KAMU SEDANG MEMBACA
HEATHER
RomanceJean Maeve Candace, gadis cantik bermata biru laut bersinar kala kelopak matanya terbuka, paparan sinar matahari itu membuatnya terpaksa membuka mata Dimana ini? Mata safir itu bergulir menangkap sesuatu, hiruk pikuk manusia yang berbeda arah dan tu...