Pagi itu berbeda dari sebelumnya. Ketika Jean membuka mata, maniknya menangkap surai perak yang tampak indah karena terpaan sinar mentari. Tak pandai menyembunyikan senyumnya. Gadis itu menatap Asher tanpa berkedip dan rasanya enggan untuk membangunkan pria itu. Mengecup singkat dahi pria itu
Perlahan bangkit dari ranjang. Membersihkan diri menjadi pilihannya kali ini. Selang beberapa menit, gadis itu telah berganti pakaian menjadi kaus putih kebesaran dan celana pendeknya.
Mengikat asal rambut panjangnya menjadi messy bun. Membuka lemari kayunya dan mencari - cari bahan untuk membuat pancake. Ia rindu dengan makanan itu.
Asher membuka matanya, mencoba menyesuaikan cahaya yang menerpanya. Tangannya bergerak mencari - cari seseorang. Menggapai kekosongan.
Dimana dia? Apa aku hanya bermimpi semalam? batinnya mencoba mengingat. Tiba - tiba kepalanya berdenyut dan rasa sakit itu kembali hadir
Pria itu menahan sakit yang amat sangat. Kepalanya bagai berputar tanpa arah, dipukul dengan benda keras dan telinganya berdengung kencang. Asher tak sanggup menahan rasa sakitnya kali ini. Ia berteriak kesakitan sambil terus memegang kepalanya. Jean yang tengah sibuk didapur mendengar teriakan pria itu dan segera menghampirinya
"Asher, kau kenapa?!"
Jean mencoba menenangkan pria itu, maniknya menatap khawatir. Asher masih memegang kepalanya dengan napas memburu. Gadis itu berpikir ada yang salah dengan kepala pria itu. Ia mencoba melepaskan tangan pria itu dari kepalanya dan menyentuh dahi Asher dengan telapak tangannya lembut
"Tenanglah! Aku disini." Jean menatap manik violetnya yang terlihat sangat menderita. Hatinya ikut teriris melihat sosok lemah dihadapannya
"Atur napasmu perlahan." Tangan gadis itu masih memegang dahi Asher berharap ada keajaiban dan dapat menyembuhkan pria itu.
Melepas tangan itu dari Asher dan menyentuhnya kembali dengan dahinya, hidung mereka bersentuhan lembut, maniknya menatap Asher dalam. Berharap dari jarak sedekat ini, pria itu bisa menyadari kehadirannya. Jean mengecup singkat hidung pria itu, lalu kedua kelopak matanya bergantian, kedua pipinya. Ia memberi sentuhan - sentuhan itu agar Asher kembali
Asher mencoba tenang, sentuhan gadis itu menyadarkannya. Sakitnya mulai bisa ditahan olehnya, manik violet itu menatap tajam ke arah Jean. Pria itu langsung memeluk gadis itu erat, seperti tak ingin gadisnya pergi. Gadis itu terkejut dengan gerakan tiba - tiba itu. Membalas pelukan pria itu, jemari lentiknya bermain diantara surai perak itu, mulutnya bergumam lembut, bisikkan ditelinga pria itu membuat dirinya semakin tenang
"Tidak apa - apa. Aku bersamamu." Jean mengelus punggung pria itu lembut, Asher mencoba mencari kehangatan di leher Jean, ia menghirup aroma vanilla yang menenangkan dari gadis itu
"Terima kasih." Asher berucap pelan sambil memejamkan matanya, ia kelelahan.
Kerajaan Savoca
"Asher tidak pulang lagi semalam?" Ucap Cedric kepada pria berambut coklat yang sedang menyeruput teh hangatnya
"Sepertinya ia sedang asik dengan dunianya." Balas Sean sekenanya. Pria itu sungguh tidak peduli dengan Asher. Cedric hanya mengangguk paham
"Kau sudah menyuruh seseorang untuk mengambil alih wilayah terbengkalai di bagian utara? Aku mendengar banyak protes dari penduduk disana, tingkat kematian rendah dan angka kelahiran yang tinggi membuat desa itu agak kesulitan dalam ekonomi. Beberapa kerajaan sudah membantu memberi beberapa pangan dan tenaga medis untuk desa itu, sepertinya kerajaan kita akan mendapat bagian pembangunan untuk memperbaiki beberapa struktur bangunan. Apa kau ada saran?" Jelas Cedric
KAMU SEDANG MEMBACA
HEATHER
RomanceJean Maeve Candace, gadis cantik bermata biru laut bersinar kala kelopak matanya terbuka, paparan sinar matahari itu membuatnya terpaksa membuka mata Dimana ini? Mata safir itu bergulir menangkap sesuatu, hiruk pikuk manusia yang berbeda arah dan tu...