09 - Danau Moraine

3 0 0
                                    

Seminggu Kemudian

Hari - harinya berjalan seperti biasanya, bangun tidur, mandi, makan, membersihkan rumah, berlatih, merawat tanaman, belanja kebutuhan dan banyak lagi. Hanya saja ia melalui itu semua seorang diri. Eric kadang mengunjunginya, tepatnya hanya untuk mengganggunya. Berencana mengunjungi Donna hari ini. Ia rindu dengan Diana, mungkin Jean akan mengajaknya jalan - jalan mengelilingi desa dengan kuda miliknya.

Soal Asher, pria itu sepertinya sedang sibuk di istana. Dirinya dan Asher belum sempat bertemu lagi, bahkan hanya untuk sekadar menyapa dan bertanya kabar. Itu tidak penting. Tapi Jean selalu menunggu pria itu, memberi surat berisi kabarnya, misal. Tak kunjung datang, gadis itu hanya terlalu mengkhawatirkan Asher. Ia mencoba percaya, meyakinkan dirinya bahwa pria itu akan baik - baik saja. Asher adalah teman yang penting untuknya.

Ketukan pintu terdengar, sebelum meraih engsel itu, pintunya tiba - tiba terbuka dan menampilkan sosok pria berambut hitam tampak tersenyum memperlihatkan giginya yang rapih. Ia melambaikan tangannya untuk sekadar menyapa Jean.

"Sudah kuduga kau akan terus mengurung dirimu disini." Ucap Eric memincingkan matanya

"Aku baru akan keluar."

"Kemana? kau sudah lama tidak berlatih di camp. prajurit. Kau tidak ingin mengikuti uji kelayakan prajurit itu?" Tanya Eric

"Ah, aku masih mempertimbangkannya."

"Bukankah kau dekat dengan pria seputih salju itu?" Jean mendelik sebal mendengar Eric meledek Asher seperti itu

Mengapa mereka berdua saling menghina seperti ini. Batinnya sambil menggelengkan kepalanya

"Hanya berteman."

"Jadi temanmu seorang bangsawan sekarang?"

"Kau tetap teman yang istimewa untukku, Eric!" Jelas Jean terkekeh geli sambil memiting leher pria itu gemas

"Kau pasti ada maunya." Jawab pria itu sambil menatap Jean dengan curiga

"Sudahlah! lebih baik kau ikut aku mengunjungi Donna."

Tanpa menunggu persetujuan pria itu, Jean telah menarik tangannya. Berjalan beriringan sambil saling menghina satu sama lain sudah menjadi hobi mereka berdua. Jika kalian berpikir pertemanan seorang wanita dan pria itu tidak ada, kalian salah. Tergantung beberapa orang menganggap satu sama lain seperti apa, jika bisa saling membuat batasan, pertemanan itu akan selalu terjaga

"Donna, kau dimana?!" Teriak Eric sambil masuk kedalam rumah Donna

"Tidak usah berteriak Eric!" Jean memukul pria itu kencang. Eric mengaduh dan mencebikkan bibirnya karena pukulan gadis itu sangat luar biasa

"Ah, kalian! Akhirnya ingat padaku ya!" Canda Donna sambil terkekeh menatap kedua orang itu bergantian

"Duduklah! Aku sedang membuat beberapa kue dan roti."

"Apakah kau butuh bantuan?" Tanya Jean menghampiri wanita parah baya itu

"Tidak. Sudahlah duduk saja." Jawab Donna mendorong tubuhnya pelan agar kembali ke ruang tamu

Jean memilih untuk mengelilingi rumah Donna, dirinya berhenti di sebuah kamar usang. Sepertinya ini kamar lamanya saat ia kecil. Maniknya berhenti, menatap pada suatu barang yang telah tertutup dengan debu yang sangat tebal. Tangannya meraih benda itu dan meniup debunya sampai bersih sesekali mengusapnya sampai terlihat bersih. Dirinya tersenyum kala membuka kotak musik itu, di dalamnya terdapat foto Ibu dan Ayahnya yang tampak tersenyum bahagia. Ada seorang bayi perempuan di gendongan Ibunya. Ia sangat yakin jika itu adalah dirinya. Walaupun ini hanyalah dunia buatannya, tetap aja mereka berdua adalah sosok yang penting bagi Jean. Gadis itu membuat orang tuanya di dunia fiksi ini menjadi sangat mirip dengan kedua orang tuanya di dunia asli

HEATHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang