11 - Warlock

3 0 0
                                    

Penggunaan sihir tiap orang sangatlah berbeda. Mereka yang merasa ingin lebih akan melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Para penyihir itu awalnya diberi sumpah untuk menjaga kedamaian umat manusia, saat itu berjalan sebagaimana mestinya, hidup berdampingan. Ketika para manusia yang serakah ingin berkuasa, penyihir tidak tahan dengan sikap semena - mena itu. Terjadilah perang saudara. Sudah dipastikan banyak korban berjatuhan, kala itu penyihir sangatlah sedikit, banyak yang dengan rela menyerahkan dirinya untuk mencapai kedamaian

Itu semua sia - sia saja. Sampai saat ini, hubungan manusia dan para penyihir tidak akan pernah saling terhubung. Maka dari itu, Ratu Caroline menutup dirinya dari dunia luar. Berbeda dengan sang adik Ratu Eloise Of Dusseth, kepribadian mereka sangat berbanding terbalik. Eloise yang selalu ingin lebih dari Caroline, melakukan berbagai cara untuk menjadi penyihir terkuat. Eloise melanggar sumpahnya, mempelajari ilmu sihir hitam yang seharusnya tidak ia pelajari, wanita itu pembelot. Dirinya semakin kuat kala itu. Mengalahkan para penyihir hitam lainnya untuk mendapat kejayaannya sendiri

Caroline tahu jika adiknya akan menerornya hingga ia mati pun. Eloise tidak akan pernah menyerah jika dirinya belum diakui. Caroline tidak pernah menceritakan apapun tentang Eloise kepada Cedric maupun anak - anaknya. Ia hanya ingin mereka semua aman dari Eloise, warlock bengis. Ya, warlock sebutan untuk penyihir sepertinya

Eloise memimpin kerajaannya sendiri, tanpa seorang raja disampingnya. Ia menjadikan dirinya raja sekaligus ratu di kerajaan itu. Itulah yang ia inginkan, menjadi seorang pemimpin yang kuat dan semakin terdepan. Rajanya sudah lama gugur, perbuatan wanita itu sendiri. Meracuni Raja Felix dengan keji, tidak banyak yang tahu. Ia menyimpannya rapat - rapat. Beberapa pelayan yang melihat itu pun ia bunuh habis

"Ibu, gaun manakah yang paling cantik?" Tanya Esme sambil memperlihatkan dua gaun ditangannya

"Bagaimana jika hijau, itu akan tampak serasi dengan iris matamu." Jawab Eloise yang sedang sibuk dengan kegiatan berendamnya, sambil memperhatikan kuku - kuku panjangnya yang menurutnya harus segera di rapihkan

"PELAYAN!" Teriak Eloise kepada salah satu pelayan pribadinya

"Ya. Yang Mulia?"

"Tolong siapkan gaun yang paling indah untukku. Dan kereta kuda untuk besok."

"Baik, Yang Mulia." Jawab pelayan itu membungkuk singkat dan pamit pergi

"Ibu, apakah pangeran Sean akan menerimaku?" Tanya Esme yang tampak menunduk dan memainkan jari - jarinya yang bertaut

"Kau anakku, ingat? Aku akan melakukan apapun untukmu."

"Sekarang angkat dagumu setinggi - tingginya, kau harus percaya diri, kau adalah Putri Esme dari Kerajaan Dusseth, kau harus membanggakannya." Eloise mengangkat dagu anaknya itu dan membiarkannya mendongak menatap matanya

"Baik, Ibu." Jawab Esme tersenyum manis

"Manjakan dirimu sekarang dan jadilah putri yang sangat cantik esok hari." Ucap Eloise sambil tertawa keras. Esme tahu jika Ibunya akan memberi apapun yang ia inginkan, termasuk dua pangeran tampan itu

Kerajaan Savoca

Para pelayan istana sibuk mempersiapkan hidangan untuk tamunya dari Kerajaan Dusseth. Cedric tampak membantu Caroline untuk mempersiapkan diri pagi itu, ia tidak pernah membiarkan para pelayan itu masuk ke kamar istrinya. Pria tua itu sungguh posesif terhadap istri tercintanya. Cedric sudah cukup banyak kehilangan orang yang ia sayangi, dan ia tidak ingin Caroline meninggalkannya

"Apa aku masih terlihat cantik, Cedric?" Tanya Caroline menatap pria di belakangnya yang sibuk memakaikan korset di tubuh istrinya

"Ketika kau tertidur pun, kau sangat cantik Caroline." Ucapnya sambil tersenyum manis, mengecup singkat pundak istrinya

HEATHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang