13 - Rasa yang timbul

4 0 0
                                    

"Diana, aku tak bisa bertemu Donna. Jika dia bertanya, jawablah bahwa sehabis mengantarmu aku langsung pulang, ada beberapa urusan, mengerti?" Jelas Jean sambil mengelus puncak kepala gadis kecil itu dan tersenyum manis, Diana hanya menganggukkan kepalanya mengerti

"Dan..rahasiakan tentang hari ini, ya?" Jean memohon kepada Diana

"Mengapa itu dirahasiakan Jean?"

"Biarkan ini menjadi rahasia antara kita, mengerti?" Diana mengangguk dan tersenyum senang. Gadis kecil itu merasa diberi misi kecil oleh Jean dan ia berjanji akan merahasiakan kejadian hari ini

Diana berlari kecil ke arah rumahnya. Jean tersenyum sambil melambaikan tangannya dari kejauhan. Gadis itu menoleh kebelakang, Sean tampak menahan sakit di beberapa lukanya, kuda putih yang ia tunggangi tampak agak tenang kali ini

"Lukamu harus kuobati, Yang Mulia." Jean menatapnya khawatir

"Dimana kau melakukan itu?"

"Rumahku, tentu saja. Kau tidak keberatan?"

"Apa tidak masalah dengan keadaanku yang seperti, ini?"

"Aku tinggal sendiri, Yang Mulia." Jean menjawab sambil terkekeh geli, Sean tampak salah tingkah sekarang

"Baiklah, ide yang bagus. Aku tidak bisa kembali ke istana dalam keadaan seperti ini."

"Tidakkah ada yang curiga jika kau tidak kembali, Yang Mulia?"

"Ah, ya kuda hitamku meninggalkanku saat dihutan. Pasti ia sudah berada di istana sekarang."

"Kau harus membuat beberapa alasan." Ucap Jean prihatin sambil terkekeh pelan

"Ya. Kau benar." Sean tampak menggaruk tengkuknya singkat

Jean tidak menghiraukannya, ia segera menaiki kudanya dan memberi isyarat kepada Sean untuk mengikutinya. Sean menatap punggung gadis yang memimpin didepannya, sulit dijelaskan kali ini. Perasaan lega bercampur kekhawatiran, lega karena ia masih hidup hari ini, ia belum siap untuk meninggalkan dunia ini, tugas kerajaannya cukup banyak dan Asher tidak bisa diandalkan. Bagian khawatir, tentu karena makhluk - makhluk yang ia lihat beberapa jam lalu, sungguh ia harus melakukan beberapa penyelidikan setelah ini, tugasnya bertambah sekarang

"Perhatikan langkahmu, Yang Mulia." Ucap gadis itu menoleh kearahnya sambil tersenyum singkat. Sean tersadar dan mengangguk setelahnya

"Apa rumahmu masih jauh?" Tanya Sean penasaran

"Sebentar lagi kita akan sampai."

Sean hanya mengangguk menanggapinya. Manik kelabu itu menatap sekitarnya, langit sudah menggelap menunjukkan lingkaran terang di tengahnya dan beberapa taburan cahaya bintang. Ternyata yang ia butuhkan sangat sederhana, berkuda dimalam hari sambil menikmati sejuknya udara malam dan menatap langit yang bertaburkan cahaya itu. Sangat Indah.

"Yang Mulia, kita sampai." Jean menatapnya singkat dan turun dari kudanya. Sean menatap rumah sederhana yang sangat terlihat hangat di depannya, dengan halaman yang dipenuhi beberapa tanaman yang terlihat sangat terawat dan semakin memberinya kesan, gadis di hadapannya ini adalah gadis yang sangat terampil

"Maaf, jika rumahku agak kurang nyaman." Jean tersenyum singkat, sambil sibuk mengikat kudanya di penyangga kayu di dekat rumahnya

"Rumahmu tidak buruk." Jean terkejut dengan komentar Sean terhadap rumahnya, ia lega karena Sean bukan pria bangsawan yang sombong, sama seperti Asher.

"Mari masuk, Yang Mulia." Sean baru saja selesai mengikat kudanya disamping kuda milik gadis itu dan mengangguk mengikuti Jean kedalam rumahnya

Ketika membuka pintunya, bayangan seseorang di sofa ruang tamunya tampak terlihat sedang melahap sesuatu di mulutnya sambil berbaring santai dan bersenandung ria

HEATHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang