"Kau mengambil kesempatan yang bagus, Jean." Sindir Eric sambil terkekeh geli"Diamlah!" Balas Jean dengan menatap sinis pria berambut hitam itu
Jean duduk ditumpukkan jerami yang ada di dalam kadang kuda, ia mengeluarkan belatinya dan melemparnya kuat hingga menancap pada papan kayu di pojok kandang
"Tepat sasaran." Gumamnya sambil tersenyum dan menatap kembali belati itu tanpa ekspresi
"Kau tidak ingin berlatih?" Tanya Eric, pria itu berdiri dan mengambil pedangnya
"Ah, ide bagus. Tunggu aku di depan, aku akan menyusul."
Gadis itu menatap punggung Eric yang kian menjauh. Ia bangkit dan meregangkan tubuhnya yang sedikit pegal. Sebenarnya ia agak malas untuk berlatih saat ini, hanya saja mungkin dengan berlatih bisa mengembalikan moodnya
Berjalan keluar kandang kuda itu, maniknya menangkap pria bermata kelabu dengan lihainya memainkan pedang ditangannya itu. Sangat memukau tentu saja. Dengan tubuh tinggi tegap, rambut coklat, rahang tegas, semua yang ada pada tubuhnya itu sempurna. Jean mengakuinya.
"Jean! Kemarilah!" Eric memanggilnya dengan lantang, pria itu melempar salah satu pedang kearah Jean, dan ia menangkapnya dengan sempurna, memutar singkat pedang itu ditangannya
Bersiap dengan pedangnya masing - masing. Mengambil awalan dan mulai menyerang. Jean menggerakkan pedang itu dengan sangat mudah, mencoba mencari kesempatan untuk melemahkan lawannya, Eric. Pria itu tampak agak kesulitan dengan permainan pedang ini. Jean memimpin pertarungan itu, Eric sudah berkali - kali terpojok karena serangan Jean yang sangat cepat dan tak terbaca
"Hanya itu kemampuanmu Eric?" Jean tersenyum miring sambil mengangkat sebelah alisnya meremehkan lawannya
"Aku mengaku kalah sekarang!" Balas Eric dengan napas memburu, ia mengambil napas sebanyak - banyaknya. Terlalu lelah berkelit dan menahan serangan dari gadis itu. Dirinya benar - benar terlihat lemah jika melawan Jean.
Tanpa disadari, kedua pria dengan warna rambut yang berbeda memperhatikan Jean dengan pandangan yang sulit diartikan. Asher yang kala itu sedang berlatih juga, sempat terdistraksi karena manik violetnya tidak bisa lepas dari gadis berambut brunette itu. Asher mengaguminya, sungguh.
Pria berambut coklat menghampiri Jean dengan pedang di tangannya, ia menatap gadis itu penuh afeksi. Jean mendongak dan menahan napasnya ketika wajah tampan Sean berada di dekatnya
Melihatnya sedekat ini.. sangat tidak baik untuk jantungku. Batinnya dengan masih terus menatap Sean tanpa berkedip
"Jika kau bersedia, maukah kau bermain pedang bersamaku?" Tanya pria itu menyadarkan Jean dari lamunannya
"Suatu kehormatan bisa melawan anda, Pangeran Sean." Balas Jean sedikit membungkukkan badannya memberi hormat
Sean mengeluarkan pedang dari wadahnya. Ia menyerang gadis itu cepat tanpa menunggu Jean bersiap diposisinya. Jean yang berhasil membaca gerakan itu mencoba menghindar dan membalas serangan, tetapi tanpa di duga tangannya di pukul keras oleh Sean dan pedang di tangan Jean terlepas dari pegangannya.
Jean sempat tersenyum singkat. Ini menarik. Gadis itu memutar tubuhnya untuk menghindari serangan pedang Sean. Pria itu tidak memberinya kesempatan untuk menyerang balik kali ini. Bergerakan dengan lincah, mencari celah untuk menyerang, Jean mengambil belatinya dan menahan pedang Sean dengan itu, suara belati dan pedang beradu dengan indah
Mengambil kesempatan ketika Sean lengah, Jean meluruskan kakinya kedepan untuk mengganggu gerakan Sean. Sean dapat menghindarinya dengan mudah. Ia menarik kaki jenjang gadis itu, sebelum memojokkan Jean. Gadis itu sudah lebih dulu melepaskan kakinya dari cekalan pria itu dengan menendang perut Sean kencang
KAMU SEDANG MEMBACA
HEATHER
RomansaJean Maeve Candace, gadis cantik bermata biru laut bersinar kala kelopak matanya terbuka, paparan sinar matahari itu membuatnya terpaksa membuka mata Dimana ini? Mata safir itu bergulir menangkap sesuatu, hiruk pikuk manusia yang berbeda arah dan tu...