Waktu menunjukkan pukul tengah malam, Jean bergerak dalam tidurnya, ia sangat haus sekarang. Maniknya terbuka perlahan, mencoba menyesuaikan penglihatannya dan.. kamarnya begitu gelap, hanya cahaya dari celah - celah kamar itu yang meneranginyaAsher tertidur dengan posisi duduknya, terlihat tidak nyaman. Jean menarik selimutnya untuk menutupi tubuh bagian atasnya, ia tersenyum menatap Asher yang tampak menggemaskan saat tertidur. Jean mencoba mengubah posisi Asher agar berbaring di ranjangnya, ketika tangan Jean mengangkat kepala Asher, pria itu perlahan membuka kelopaknya
Asher merasa pegal dibagian lehernya, dan tentu pinggangnya. Ia merenggangkan tubuhnya yang pegal dan menatap Jean sambil tersenyum manis
"Kau bangun?" Tanya Asher, menatap Jean yang juga balik menatapnya
"Maaf aku membangunkanmu, mengapa kau tertidur seperti itu, Asher?"
"Entahlah, aku tidak sadar jika tertidur." Asher memijat tengkuknya yang sedikit pegal
"Tidurlah kembali, aku hanya ingin minum." Jean mengusap pipi Asher pelan dan bangkit dari ranjangnya sambil memegang selimut yang menutupi tubuhnya
Jean sudah merasa lebih baik sekarang, lukanya mungkin sudah mengering. Perban di lengannya akan ia buka nanti agar lukanya cepat kering. Ia menuju dapur dan mengambil segelas air, lalu menegaknya hingga tandas
Kembali ke kamarnya, dilihatnya Asher berbaring sambil menatap langit - langit kamarnya, Jean menaikkan sebelah alisnya
Apa yang sedang dia pikirkan? batin Jean
"Mengapa kau melamun?"
Jean menaiki ranjangnya, mengambil salah satu lengan Asher untuk dijadikannya bantalan, Asher menoleh dan tersenyum sambil memberikan posisi nyaman pada gadis itu
Pria itu merengkuh Jean, mencoba memberi kehangatan untuk gadis itu. Asher melirik punggung Jean, lukanya sudah mengering rupanya
"Pakailah sesuatu, lukamu sudah membaik." Ucap Asher sambil mengelus surai brunette itu dengan penuh afeksi
"Aku sudah memakai selimut ini." Jean terkekeh pelan, Asher menjawil hidung gadis cantik itu gemas
"Baiklah. Kau ingin tidur lagi?" Tanya Asher
"Tidak. Aku ingin mengatakan sesuatu."
Mendengar nada serius gadis itu, Asher memberikan perhatian sepenuhnya pada Jean. Gadis itu memulai pembicaraannya, menceritakan semua yang terjadi dari awal hingga akhir, saat ia mendengar perkelahian di hutan, bertemu Sean, keajaiban yang tiba - tiba muncul dari jemarinya dan bagaimana ia bisa terluka dan berakhir bersama Sean tadi. Asher sangat terkejut saat Jean memberi tahunya soal api yang keluar dari tangan gadis itu
"Aku masih tidak mengerti apa yang terjadi, Asher" Jean menghelas nafas lelah
"Jean, apa kau percaya sihir?"
"Sihir? Tentu. Hanya saja kebanyakan itu adalah fiksi belaka, bukan?"
"Tidak. Percayalah di dunia ini pun penyihir itu ada." Asher menatap Jean serius, gadis itu tampak menautkan kedua alisnya saat mendengar perkataan Asher
Sebenarnya aku tak pernah memasukkan sihir - sihir ke dalam cerita fiksiku, jika memang ceritaku diubah seperti ini maka sudah pasti aku percaya penyihir itu ada, karena apa yang mereka coba masukkan kedalam ceritaku sekarang tampak sangat nyata. batin Jean
"Apa jika aku bilang kau seorang sorcerer, kau akan percaya?" Tanya Asher
"Sorcerer? Kau bisa membaca seseorang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HEATHER
RomanceJean Maeve Candace, gadis cantik bermata biru laut bersinar kala kelopak matanya terbuka, paparan sinar matahari itu membuatnya terpaksa membuka mata Dimana ini? Mata safir itu bergulir menangkap sesuatu, hiruk pikuk manusia yang berbeda arah dan tu...