Sean tampak sibuk dengan beberapa kudanya. Sebagai seseorang yang ahli berkuda, tentu dirinya juga lah yang melatih kuda - kuda kerajaan dibantu oleh pelayan pribadinya. Pria itu tidak butuh seorang ahli kuda untuk melatih kuda - kudanya. Akan lebih baik pekerja di kerajaan tidak terlalu banyak, sebab banyaknya pekerja tidak selalu menghasilkan hasil yang baik. Mengacau. Itulah yang di bencinya jika para pekerja kerajaan tidak becus dalam melakukan suatu hal
"Aku akan melatih kuda putih itu." Tunjuknya pada seekor kuda putih yang besar
"Berhati - hatilah, Yang Mulia." Ucap pelayan pribadinya sambil menatap Sean singkat dan kembali membersihkan kandang kuda
Pria itu menaiki kuda hitam kesayangannya. Memegang tali kendali yang terhubung dengan kuda putih itu menggunakan tangan satunya. Berjalan perlahan agar kedua kuda yang ia bawa tetap terkendali. Ia membawa kudanya berlatih di luar istana mencari wilayah yang agak sepi penduduk.
Sean tidak ingin melatihnya di istana, ia butuh suatu hal baru untuk dirinya. Terlalu bosan menetap di tempat megah itu. Dirinya hanya membutuhkan sedikit hiburan
Menemukan apa yang ia cari, pria itu melewati hutan yang begitu lebat, dari celah - celah pepohonan rimbun itu, manik kelabunya menangkap ladang rumput yang sangat luas, sepertinya itu akan menjadi tempat barunya
Kerajaan Dusseth
"Ibu, jangan menyakiti Pangeran Sean." Ucap Esme memohon kepada Eloise agar tidak melakukan sesuatu pada Sean
"Aku dipermalukan. Kau tidak bisa menahan keinginanku." Eloise tersenyum miring, menatap bola berpijar di tangannya
"Aku mohon..dia sangat penting untukku, bukankah ia akan menjadi suamiku? Bagaimana jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan?"
"Sadarlah Esme! Pria itu membuangmu. Ia tidak pernah mengakuimu, bodoh!" Ucap Eloise menatap Esme dengn tajam, Eloise menggunakan sihirnya pada Esme dan membuat gadis itu terlempar keluar dari kamar Eloise. Badan gadis itu membentur dinding keras. Ia meringis saat dinding itu menghantamnya, Esme menatap nanar bola di tangan Eloise, menitikkan air matanya dan tak sanggup lagi untuk berpijak
Sean aku berharap kau baik - baik saja. Batin Esme sebelum tubuhnya luruh ke lantai dan tak bisa menopangnya lagi, matanya buram dan seketika menggelap
Hutan Daintree
Pria berambut coklat itu menatap lurus kedepan, tiba - tiba fokusnya teralihkan pada sesuatu yang bersembunyi di balik beberapa pepohonan. Ia menghentikan kudanya. Menajamkan penglihatan dan pendengarannya, tangannya bersiap menarik pedang dari wadahnya.
Sesuatu keluar dari balik pepohonan, tidak hanya satu, mereka sangat banyak. Sean sempat terkejut dengan apa yang ia lihat, makhluk itu terbentuk dari akar - akar pohon dan tubuhnya berbentuk seperti manusia, meski dengan wajahnya yang sangat aneh
Makhluk itu mendekatinya dan menyerang Sean bersamaan, serangan ini terlalu tiba - tiba, ia masih sibuk mencerna semuanya. Kuda - kuda yang ia bawa meringkik ketakutan, Sean terlempar dari kudanya. Kuda - kudanya berlari dan meninggalkannya.
Berusaha menangkis dan mengelak dari makhluk - makhluk itu, Sean menyerang dengan membabi buta, memotong makhluk itu dengan pedang ditangannya, satu makhluk hancur tetapi tidak ada habisnya. Berkali - kali pedang itu menghancurkan makhluk di sekelilingnya. Pria itu berusaha mencari jalan keluar, makhluk ini terus bermunculan dan terlalu banyak untuk dilawannya seorang diri
Tidak menemukan sesuatu yang menguntungkannya, tubuhnya terus bergerak melawan makhluk - makhluk aneh itu. Ia tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan selain melindungi dirinya dan terus menyerang
KAMU SEDANG MEMBACA
HEATHER
RomanceJean Maeve Candace, gadis cantik bermata biru laut bersinar kala kelopak matanya terbuka, paparan sinar matahari itu membuatnya terpaksa membuka mata Dimana ini? Mata safir itu bergulir menangkap sesuatu, hiruk pikuk manusia yang berbeda arah dan tu...