chapter 9

14.4K 1.2K 130
                                    

9. Camping  2

Perjalan masih panjang, banyak yang mengeluh karna jalan yang licin dan dedaunan yang lebat menjuntai kebawah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Perjalan masih panjang, banyak yang mengeluh karna jalan yang licin dan dedaunan yang lebat menjuntai kebawah

Cukup ngeri dihutan ini, dedaunan yang menjuntai kebawah menambah kesan angker dihutan siang bolong ini ditambah langit yang menggelap karna mendung

Karna Medan yang tidak mendukung Camping ini tidak sampai puncak sekali, mungkin hanya setengah dari perjalanan ke puncak gunung.

"Masih lama ga sihh..... biru cape tau! apalagi ini tasnya berat" rengutnya

"Masih ada lima belas menit lagi" sahut Aileen

"Masih lama njem, kaki gue loyo banget apalagi jalanya licin" ucap mara mendumel

"Iya tadi juga banyak yang kepleset" sahut biru

"Diem anj jangan ngomel mulu" luna menegur mereka yang ckup berisik

"tumben Luna diem, biasanya pecicilan"

"Bukanya lu yang pecicilan ru"

Biru hanya cengengesan melihatkan gigi putihnya, pandangan biru menelisik keseluruhan hutan ini, matanya menangkap sesuatu

"Kukira ular, ternyta kayu" celetuk biru

Sahabatnya memandang biru menunggu kelanjutan pantun biru, merasa diperhatikan biru menoleh kearah belakang posisinya biru berjalan terlebih dahulu daripda sahabatnya

Biru memandang mereka polos, "kalian kenapa?"

"Lu lagi pantun kan ru"

"Apaan sih mara, orang biru ga pantun ko tadi biru lihat kaya ular eh ternyta kayu" ucap biru dengan wajah yang polos itu matanya berkedip memandang mereka

"Anj" mereka bertiga mengumpat atas kelakuan biru ini

biru tersenyum pongah, ia melanjutkan jalannya tak mempedulikan sahabatnya yang mendumel itu, dia benarkan? dia tak bohong dia melihat benda seperti ular ternyata setelah diperjelas itu kayu

                                 •••••

Ya sudah tiga puluh menit perjalanan kini mereka semua sudah sampai ke tempat yang dituju

Mereka mulai membangun tenda, kelompok satu tenda terdiri empat atau lima anak. biru terdiam ia tak mengerti cara membangun tenda

Jadi yang membangun hanya sahabatnya dan satu perempuan dikelompoknya yang biru tidak tau namanya

namun melihat wajahnya saja biru sudah jengkel, entahlah rasanya biru ingin mencakar wajah penuh make up gadis itu

"Itu temen kalian ga bantuin apa" celetuk gadis bermake up itu

"dia ga bisa" aileen menyaut

"Kemayu banget jadi cewe, pasti anak mamih"

"Lah birukan emang anak mamih" ucap biru ngegas, ia sedari tdi memang memperhatikan gadis ber make up itu

"Emang kamu anak dugong" lanjutan biru itu membuat wanita itu menggeram

"kamu diam berarti bener kamu anak dugong, emm atau kamu ga pernah rasain dimanja sama mamihnya?" ucap biru memandang gadis bermake up itu dengan wajah tanpa dosa nya

Gadis itu mengepalkan tangannya, biru memandang gadis bermake up itu dengan dagu terangkat. masih ingatkan prinsip biru? senggol bacok

"Apa mau marah?!"

Sahabatnya memandang ngeri kearah biru, bukan hanya beberapa kali saja mereka menyaksikan biru seperti ini, namun sering

"Lo-" perempuan itu menunjuk jarinya kerah wajah biru

biru menurunkan perlahan jari dengan kuku panjang yang berkutek biru muda itu, "jangan nunjuk dong"

"Ko jadi kamu yang marah sih, harusnya aku dong, kamu kan yang ngejelek jelekin aku ngehina aku!" cerocos biru dengan intonasi yang lumayan tinggi

kini mereka sudah menjadi tontonan, "biru ga akan ngusik kalo kamu ga usik dulu"

"jadi" biru mengambil pistol mainan yang berisi air didalam tasnya

Srutt srutt

Biru menembak gadis itu dnegan pistolnya yang ia bawa dari rumah dan ia isi dari rumah

"Hiyaa, mampus kamu basah!"

"anj baju gue...."

"Rasain, makanya jangan usik biru" biru mengusap hidungnya dengan jempolnya

biru menghentikan aksi tembakannya itu dan memandng gadis itu dengan wajah sombongnya

Mereka yang memperhatikan biru terbahak, ada ada aja biru ini

"Udah kamu gausah tidur ditenda biru, kamu biru tendang!" biru mengucapkan final ia menendang udara

Gadis itu merengut, ia berjalan menuju tenda temanya dengan memeluk tubuhnya yang kedinginan

Biru memandang puas hasilnya, ia mengangkat pistolnya kearah mereka semua "ada yang berani sama biru? sini biar rasain tembakan maut biru"

Mereka mengulum bibirnya menahan gemas, lalu menggeleng kompak

biru tersenyum puas ia lalu meniup ujung pistolnya dan memasukan kembali ke tasnya

                                  •••

"Tadi lu keren banget ru" luna menatap biru dengan kagum, ia kira biru yang lupa ingatan menjadi gadis polos akan menjadi lemah

namun hukuman mereka yang menghina biru atau menjelek-jelekkan biru bukan lagi dibuly dengan kekerasan

malah terkesan lucu

"Iya dong biru" ucapnya dengan nada sombong lagi biru mengusap hidungnya dengan jempolnya

Mara memutar bola matanya malas, "lu bawa dari mana tuh pistol"

"bawa dari rumah lahh, ternyta berguna juga hahaha!" biru tertawa jahat, namun bukanya seram ini malah bertambah imut

"Terus apa aja yang lu bawa"

"Tenang aja ai, biru bawa banyak senjata"

lalu biru mengambil tas berwarna biru muda ukuran sedang dan menumpahkan isinya

Mereka dibuat terkejut, bagaimana tak terkejut didalam tas itu ternyta isinya hanya mainan anak anak

Ada pistol tadi, pedang mainan, panahan mainan, ketapel, dan masih banyak lagi

Biru kayanya harus membuka toko mainan untuk saat ini, atau biru akan berperang disini karna membawa banyak senjata perang mainan

"Ini" biru mengangkat pedang mainan berwarna silver

"Ini senjata andalan kedua setelah pistol air"

Lalu ia menaruh kembali, dan mengambil ketapel berwarna merah "ini buat kalo ada yang ngintip biru"

Setelah nya ia mengambil sebuah topi perang berwarna hitam lebih tepatnya helm perang

"Ini tuh buat lindungin kepala dari lawan" semua orang juga tau fungsi helm itu biruu

Mereka berempat hanya diam mendengar biru menjelaskan mainan yang ia bawa itu

                                   •••

kalo mau double up, kalian komen sebanyak banyaknya, sama vote ya

Oh iya, jangan panggil aku thor atau author, panggil el atau elya aja oke!

 ALBIRU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang