Happy reading guys.....
*****
Bel pulang di sekolah SMA Garuda Bangsa terdengar nyaring sekarang. Vasha dan para peserta MPLS serentak menghela napas lega. Para anggota OSIS yang memandu, mulai mengakhiri kegiatan MPLS hari ini.
Terakhir, doa menjadi penutup kegiatan hari itu."Vasha."
Ais menghampiri Vasha dengan Jeje di sampingnya. Mereka berdua baru saja sehabis dari toilet. Vasha yang duduk di bangku halte, mengangkat alisnya.
"Hem, kenapa?" Vasha bertanya ketika mereka berdua berada di hadapannya.
"Kayak biasa, kita udah dijemput. Kamu mau ikut bareng kita enggak?" tanya Ais, sebuah mobil hitam yang menjadi transportasi jemputan kedua saudara kembar itu sudah terlihat di depan gerbang sana.
Vasha menggeleng, dirinya menolak. Dia juga sudah menjelaskan kepada kedua temannya, bahwa dirinya tidak terlalu terbiasa menaiki sebuah mobil pribadi seperti itu. Dibanding mobil tersebut, Vasha tentu lebih memilih mobil bus saja.
"Ck, yaudah deh, hati-hati ya!" seru Ais melambai dengan Jeje yang mengikuti.
"Dah..."
Penglihatan Vasha terus mengiringi laju kendaraan kedua temannya. Setelah tidak terlihat lagi, Vasha melangkah menuju halte bus.
Beberapa menit kemudian, bus datang, tetapi tiba-tiba Vasha teringat dengan buku materi MPLSnya yang tertinggal di kolong meja tempat duduknya tadi.
"Ck, kenapa baru inget sekarang coba." Vasha mendumal, berlari kencang kearah kelas yang menjadi gugusnya.
Para senior maupun peserta MPLS mengernyit bingung melihat Vasha yang berlari kencang.
"Huh huh huh, gila capek banget." napas Vasha terputus-putus, dirinya merasa capek berlari dari halte bus sampai kelas ini.
Vasha melangkah, merogoh kolong mejanya. Dapat, bukunya ada. Setelah itu, Vasha kembali berlari ke arah halte bus. Dirinya takut tertinggal bus.
"Ow, crap!" umpat Vasha melihat bus sudah tidak ada di halte.
Membungkukkan badan, Vasha mengelap keringat yang mengucur di dahinya.Tiin tiin
Suara klakson motor terdengar jelas. Vasha mendongak, mendapati Daka sang pengendara dengan helm hitamnya.
"Huh, kenapa?" tanya Vasha setelah menetralkan napas.
"Naik." Daka menyuruh Vasha naik ke atas motor maticnya dengan kepalanya.
"Hah?" Vasha belum mudeng, dia bertanya dengan muka cengonya.
Daka mendengus geli, terkekeh dalam hati."Naik, gue anterin." jelas Daka.
"Hah, eh, enggak usah." tolak Vasha mengibas-kibaskan tangannya di depan.
"Ck, naik!" kali ini, Daka menyuruh dengan nada tegasnya.
"Oke, kalau lu maksa." Vasha mengangkat kedua bahunya ringan.
Dia mendekat ke arah jok belakang motor matic Daka. Daka memberikan helm berwarna biru tua yang langsung dipakai oleh Vasha."Dah, yuk jalan. Ntar, gue yang arahin jalannya." ucap Vasha menepuk bahu kanan Daka sedikit kencang.
Setelah itu, motorpun melaju dengan kecepatan pelan."Dari sini, lurus aja, nanti ada dua belokan belok ke kiri." ucap Vasha mengarahkan.
Daka hanya mengangguk, tetap melaju dengan pelan."Daka," panggil Vasha dengan suara agak kencang.
![](https://img.wattpad.com/cover/248558017-288-k587878.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Excessive Feelings
Teen FictionJudul awal : Vasha & Daka. *** Excessive feelings : perasaan yang berlebihan. Sesuatu yang berlebihan memang seringkali tidak bagus. Tetapi, jika kita pergunakan sesuatu yang berlebih itu dengan baik, maka hal tersebut mungkin akan menjadi hal yang...