Empatbelas🌻

21 4 25
                                    

Langsung aja yaw, HAPPY READING GUYS .....

*****

Hari ini adalah hari terakhir Vasha dan yang lain MPLS. Vasha sudah siap dengan seragam SMP-nya. Dia beranjak turun menuju kedua temannya yang masih bersiap dengan sepatu mereka masing-masing.

"Ais, Jeje!" panggil Vasha ketika sudah berada di dekat mereka.

"Kamu mau naek apa Sha?" tanya Ais.

"Biasa, gue duluan ya." ucap Vasha lalu bergegas keluar. Dia berlari kecil untuk menuju halte dekat kosannya itu.

Sebenarnya, ini masih cukup pagi untuk berangkat ke sekolah. Tapi, berhubung ini hari terakhir MPLS-nya, Vasha dengan semangat bangun pagi dan langsung bersiap untuk berangkat.

Dirinya sungguh merasa tak sabar untuk lusa nanti. Yaitu, ketika hari Senin datang. Vasha benar-benar merasa tak sabar untuk mengenakan seragam putih-abunya itu.

Setelah menunggu beberapa menit, bus akhirnya datang. Vasha bangun dari duduknya, lalu melangkah masuk ke dalam bus sembari membersihkan rok belakangnya dari pasir yang didudukinya tadi di halte.

Bus masih lengang. Bangku depan pun masih tidak ada yang menempati. Vasha tersenyum senang, dia membuat gerak refleks dari tubuhnya dengan menjinjit senang.

Belum cukup gerak refleks tadi, ketika akan duduk, Vasha dengan tidak sengaja mendudukkan dirinya dengan kencang ke kursi yang ada di sana.

Vasha terperangah sendiri, lalu terkekeh setelah sadar akan kelakuannya. Dia senang hanya karena bangku depan yang ada di bus? Vasha masih tersenyum sendiri, kali ini dibarengi dengan gelengan pelan kepalanya.

Diperjalanan, tidak ada kegiatan khusus yang dilakukan Vasha. Dirinya hanya menyender dengan pandangan yang terus menatap jalan yang ada di luar. Tentu dengan kaca yang ia buka sedikit. Hanya untuk memberikan angin asli dari luar mobil.

Hingga tak terasa, bus berhenti di halte dekat sekolahnya. Bibir Vasha melebar kembali. Entahlah, hari ini, dirinya merasa amat senang. Entah karena apa itu.

Setelah keluar dari bus, Vasha berdiam diri sebentar di halte. Dia ingin melihat kepergian bus itu sampai hilang dari pandangannya.

"Oit." baru saja dirinya hendak melangkah, dari belakang Vasha merasa ada yang memanggilnya.

Vasha menengok ke arah sumber suara. Di sana terlihat, ternyata Nanta yang berteriak tadi. Nanta sempat melambai sebelum ia menyebrang dan menghampiri Vasha yang masih diam menunggu.

"Lo temennya si kembar 'kan?" tanya Nanta memastikan begitu sudah berada di hadapan Vasha.

Vasha mengangguk, "Iya, lo Nanta 'kan?" Vasha balik bertanya.

"Heem. Bareng yok." ajak Nanta untuk masuk bareng ke dalam halaman sekolahnya itu.

"Ayo." balas Vasha mengiyakan.

"Btw, nama lo Pasha 'kan?" tanya Nanta lupa dengan nama Vasha.

"Iya, tapi bukan pake 'P', tapi 'V'. Ok?"
balas Vasha meralat.

"Haha, iya, Pasha."

"Vasha, Nan, Vasha." balas Vasha penuh tekanan di kata terakhirnya.

Nanta mengulum senyum geli, "Gue orang Sunda, nggak kebiasa pake 'V'. Gue panggil lo Pasha, titik." ucap Nanta menahan tawa.

Vasha yang mendengar itu menghela napas, "Terserah lo, lah." balas Vasha pasrah.

"Nah, udah nyampe. Gue duluan Pas." ucap Nanta sambil berlari kecil ke arah kelasnya.

Excessive FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang