06. Terapi

292 73 18
                                    

Ting...Tong... (Bunyi bel apartemen)

Alina bangun dari tempat tidurnya melihat siapa yang datang melalui monitor, lalu membuka pintunya untuk orang tersebut.

"Ada apaan? Lo ga lihat ini udah malam? Waktu orang untuk istirahat." Ucap Alina.

"Gue mau terapi sama lo, lo sendiri yang bilang kan mau bantu gue." Ucap Alvaro.

"Tapi ga jam segini juga Varo. Jam 10 mau terapi. Bener-bener lo." Ucap Alina.

"Lo sendiri yang ngomong. Kalau mau terapi sama lo di waktu pulang kerja dan emang lagi sama-sama free." Balas Alvaro.

"Yaudah lah, ayo masuk." Ucap Alina mempersilahkan Alvaro untuk masuk.

"Makasih." Ucap Alvaro.

"Mau minum apa?" tanya Alina.

"Air putih aja." Jawab Alvaro.

"Oke. Duduk dulu aja." Ucap Alina.

Alvaro duduk dan Alina mengambil air putih di dapur untuk Alvaro. Alina kembali dari dapur membawa air putih dan memberikannya pada Alvaro. Alina ke meja kerjanya untuk mengambil buku dan pena untuk mencatat saat terapi Alvaro. Alina mengambil dua bean bag dari kamarnya untuk duduk Alvaro dan dirinya agar lebih nyaman.

"Nih duduk sini aja." Ucap Alina.

Alvaro pun duduk juga Alina di depannya.

"Mau formal atau?" tanya Alina menggantung.

"Biasa aja, kaya lo dan gue ngobrol." Jawab Alvaro.

"Oke. Gue mau terapi perilaku kognitif atau CBT dulu ke lo yang merupakan suatu bentuk intervensi dalam membantu individu untuk mengatasi masalah dengan menyadari adanya hubungan antara pikiran, emosi, gejala fisiologis, dan perilaku. Tujuannya membuka pikiran lo, mengubah kerangka pandang lo, dan berdiskusi untuk membawa pikiran dan perilaku yang positif di diri lo." Ucap Alina.

"Oke paham gue." Balas Alvaro.

"Nama lo Alvaro Gabriel." Ucap Alina sambil menuliskan nama Alvaro di catatannya.

"Hmm." Alvaro berdeham.

"Gimana perasaan lo hari ini?" tanya Alina.

"Gatau. Lo kan tahu kalau gue ga bisa definisikan itu." Jawab Alvaro.

"Iya tahu, ada sensasi apa di diri lo? Apakah sebelumnya ada dorongan lain sampai lo malam-malam gini ke apart gue mau terapi." Ucap Alina.

"Gue ngerasa kalau detak jantung gue lebih cepat aja tadi sampai pikiran gue kepengen selfharm biar lega, gue juga kaya rasanya ga nyaman aja tadi, pikiran gue selalu mikirin ibu gue, kalau ingat ibu gue tuh jadi ke ingat kejadian masa lalu yang diceritain ibu. Emang gue ga ngerasain kejadian itu secara langsung tapi gue yang kena dampaknya. Gue selalu menyalahi diri gue sendiri kenapa gue dilahirkan kaya gini, kenapa waktu itu ibu gue ga bunuh gue aja? Setiap orang yang kenal sama gue pasti menilai gue buruk." Ucap Alvaro.

"Oke gue mencoba memahami diri gue jika ada di posisi lo ya. Apa yang lo lakuin ketika lo lagi dalam kondisi seperti itu biasanya? Apa yang lo lakuin saat lo ingat ibu lo yang mengingatkan kejadian masa lalu?" tanya Alina.

"Pikiran gue kosong. Lalu, ya tanpa sadar gue nyakitin diri gue sendiri untuk lampiasin itu. Gue ga bisa ungkapin, ga bisa mengutarakan perasaan gue pada diri gue sendiri biar lega." Jawab Alvaro.

"Nyakitin diri sendiri contohnya?" tanya Alina.

"Gue gores kulit gue, entah di mana pun itu yang penting pikiran dan hati gue kembali nyaman. Setelah, darah itu ngalir gue ambil minyak angin dan gue olesin ke daerah yang gue gores. Perih Al, tapi nyaman. Tiba-tiba ya gue tidur biasanya dan ke bangun besoknya gue baru sadar apa yang gue lakuin semalam. Pernah di saat di titik terendah, gue hampir mati lompat jendela di lantai dua di zamannya masih kuliah." Ucap Alvaro.

ALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang