* Rafgan Pov *
"Padahal tubuhnya masih cukup hangat, tapi bersikeras untuk mandi."
Rafgan bangkit dan berjalan menuju balkon kamarnya. Langkahnya terhenti saat matanya mendapati seseorang berdiri tepat di balkon membelakangi dirinya.
"Siapa disana?" Ujar Rafgan namun sosok pria itu sama sekali tidak menggubris pertanyaannya.
Rafgan semakin mendekatinya dan memegang pundaknya. Hangat, tubuh pria itu terasa sangat hangat.
"Kau sedang apa disitu?"
Rafgan menolehkan kepalanya melihat Reta, saat ia kembali melihat pria yang ada di depannya. Tidak ada siapapun disana namun tangannya masih terasa hangat.
"A, tidak apa, hanya melihat-lihat saja,"
"Hei Rafgan, apa kau belum mandi?"
"Aku tidak mau mandi, setelah latihan berenang hari ini baru mandi," ujar Rafgan terkekeh kemudian pergi meninggalkan kamar tersebut.
*
Reta hanya bisa menyidik ngeri seakan melihat hantu dihadapannya. Biasanya Rafgan lah yang paling rajin mandi tiga kali sehari seperti asupan rutin. Namun kali ini Rafgan menjadi seperti orang yang berbeda.
Reta merapikan tempat tidurnya, perasaannya terasa aneh. Tidak tahu mengapa ada rasa takut dan penasaran didalam dirinya, ia berusaha menahan hal itu. Namun tetap saja ia sangat penasaran dan bersiap untuk pergi keluar.
*
"Mau pergi kemana Ta?"
"Ayo bersiap, aku ingin menanyakan sesuatu."
"Hanya bertanya kenapa harus bersiap?"
"Ayolah kak."
"Baiklah, baiklah tunggu sebentar."
Rafgan pun pergi untuk bersiap, Reta yang sudah siap duduk diantara pohon hias disamping sebuah kolam ikan. Ia memberikan makanan ikan pada ikan-ikan tersebut.
Sesekali ia menolehkan kepalanya melihat kearah pintu depan rumah, mencari sosok Rafgan yang masih belum siap juga. Ia merasa kesal mengapa saudaranya begitu lama.
Baru saja ia akan melangkahkan kakinya, pintu depan telah terbuka dan memperlihatkan sosok Rafgan disana.
*
Mereka terus berjalan tanpa melakukan percakapan, Rafgan bingung apa yang sebenarnya ingin Reta tanyakan padanya. Mengapa ia ingin pergi keluar rumah saat kondisinya belum benar-benarpulih.
"Ini yang ingin aku tanyakan," ucap Reta menunjuk sebuah rumah dihadapannya.
"Ada apa?" Tanya Rafgan sembari melihat kemana arah Tangan Reta menuju.
Sontak Rafgan terkejut dengan apa yang ia lihat, sosok pria yang sama seperti yang ia temui diatas balkon rumahnya. Walaupun sosok tersebut membelakanginya, ia sangat ingat dengan postur tubuh dan pakaian yang dikenakan sosok tersebut.
Rafgan sangat bingung, walaupun rumah mereka hanya berjarak empat rumah, tapi bagaimana bisa pria itu bisa ada diatas balkon rumahnya dan menghilang dengan cepat. Pasalnya Rafgan merasakan jika sosok tersebut sama seperti manusia pada umumnya dan tidak ada aura arwah yang Rafgan kenali.
"Rafgan, hei Raf?"
"Rafgan, kau mendengarkan aku kan?" Tanya Reta sembari menepuk pundak kanan Rafgan dan itu berhasil membuat Rafgan sadar dari lamunannya.
"A, iya."
"Aku ingin kau melihat ada apa disana, aku tidak tahu sejak aku melawat rumah ini aku merasa takut."
"Kenapa kamu merasa seperti itu, aku tidak melihat ataupun merasakan ada hal ghaib dirumah itu."
"Benarkah, lalu siapa yang memanggilku saat itu?"
Rafgan melihat Reta dengan penuh tanda tanya, ia pun segera menarik Reta dari tempat itu dan kembali pulang.
*
"Beritahu aku apa maksud dari ucapanmu tadi!"
Reta mulai menceritakan semua yang ia alami sejak awal datang kemari hingga hal yang membuatnya merasa sangat ketakutan.
Sebenarnya Reta bukanlah gadis yang begitu penakut, namun tidak tahu mengapa sejak datang kemari ia tidak bisa menahan rasa takutnya walau hanya dengan hal kecil saja.
Rafgan mulai memikirkan apa yang sebenarnya terjadi, ia menyatukan semua kejadian yang terjadi dalam beberapa hari ini.
Namun diantara semua hal yang terjadi, hanya satu yang membuatnya penasaran. Yaitu sosok pria yang sama di balkon rumahnya dan di balkon rumah yang baru saja mereka datangi.
Ia tahu benar, hanya dia sendiri yang dapat melihat mereka yang tak kasat mata.
"Sebaiknya jangan terlalu dipikirkan, sekarang kamu pergi tidur siang saja ya, Biar aku yang urus ini."
Reta hanya mengangguk menjawab ucapan Rafgan. Walaupun seperti itu, ia tetap saja tidak bisa berhenti penasaran, namun tidak tahu mengapa rasa takutnya bisa menjadi lebih besar daripada rasa penasarannya.
*
Reta masuk dan menutup pintu kamarnya, ia berjalan mendekati tempat tidurnya dan membaringkan tubuhnya disana.
"Apa Rafgan menyembunyikan sesuatu dariku?"
Reta mengingat kembali kejadian tadi pagi, dimana Rafgan dengan tampang kagetnya melepaskan pelukannya dan merubah posisinya menjadi duduk sambil menundukkan kepalanya.
Rafgan bukan sifat yang penakut, ia sadar apa yang membuat Rafgan tiba-tiba saja bersikap seperti itu. Reta juga merasakan hawa yang begitu dingin disamping kanannya bersamaan dengan ekspresi Rafgan yang kaget.
Ia sangat ingin bertanya satu hal lagi, apa selama ini Rafgan sebenarnya merasa takut dengan mereka yang tak terlihat. Mengapa ia bisa bertahan selama 22 tahun lamanya dalam kondisi seperti ini.
Rafgan juga sejak kecil selalu home schooling dan tidak pernah meninggalkan rumah tanpa kedua orang tuanya atau paman Yordan untuk menemaninya.
Saat masih kecil, Retalah yang selalu menemaninya bermain dan jalan-jalan sampai akhirnya mereka harus berpisah.
"Nona, apa nona sudah tidur."
Lamunan Reta buyar, saat suara bibi fifi memanggilnya.
"Belum bi, ini baru akan tidur."
"Izinkan saya masuk ya non, saya membawakan sesuatu buat nona."
"Silahkan masuk bi."
Setelah diizinkan masuk, bibi fifi pun membuka pintu dan menghampiri Reta yang sudah siap pada posisinya yang akan tidur.
"Ini non, dari tuan muda Argan," ucap bibi fifi dengan memberi sebuah kotak kecil kepada Reta.
Reta meraih kotak kecil yang berisi sebuah buku dan pena tersebut. Ia membuka buku tersebut namun hanya berisi sebuah coretan coretan random yang sulit diartikan.
Setelah menerima kotak kecil tersebut, bibi fifi izin untuk kembali melakukan perkerjaan di dapur.
Ia bingung apa maksud Argan memberikan benda ini padanya, seluruh lembaran dari buku ini hanyalah sebuah coretan tanpa bentuk yang jelas.
Jika dipikir-pikir, sudah 5 tahun Reta tidak bertemu Argan. Argan adalah kakak dari Rafgan, nama mereka mirip namun tidak kembar. Argan juga sama seperti Rafgan, dimana ia juga dapat melihat hal ghaib, namun ia hidup seperti anak-anak lain pada umumnya yang sekolah disekolah umum dan bisa bermain keluar rumah tampa perlu ditemani orang tuanya.
Argan juga salah satu yang menemani Rafgan saat tidak bersama Reta lagi. Saat ini Argan sedang melanjutkan pendidikannya di Spanyol sebagai seorang Dokter.
*
Reta menutup kembali kotak kecil itu dan meletakkannya didalam laci nakas yang ada disamping kanannya. Ia memperbaiki posisinya dan memejamkan kedua matanya untuk segera tidur.
BANTU VOTE YUK
JIKA SUKA MASUKKAN DALAM FAVORIT
KAMU SEDANG MEMBACA
SIAPA ARWAH PRIA INI?
Mystery / ThrillerHiatus sampai 01/10/2022 Kisah ini menceritakan seorang gadis berusia 20 tahun yang tidak dapat melihat hal mistis. Namun anehnya ada satu sosok arwah yang dapat ia lihat walaupun ia tidak memiliki kemampuan melihat hal ghaib. Arwah tersebut terus s...