Sosok Pria 2

0 0 0
                                    

"Kak, aku takut."

Rafgan terus berusaha menenangkan adiknya. Matanya masih tetap fokus melihat kearah balkon saat merasakan sesuatu disana.

Setelah Reta merasa cukup tenang, Rafgan meminta agar ia tetap disini karena Rafgan akan memeriksa ada apa sebenarnya di balkon itu.

"Kakak periksa sebentar ya!"

"Tapi kak, aku masih takut."

"Tidak apa-apa, kakak hanya pergi kebalkon sebentar saja."

Reta hanya mengangguk mengisyaratkan jika Rafgan dapat memeriksa ada apa sebenarnya di balkon tersebut.

Dengan perasaan gugup Rafgan membuka pintu.

"Maafkan kakak Reta, ini demi kamu."

Baru saja ia membuka sedikit pintu balkon tersebut, tiba-tiba ada suara seorang pria berteriak melarangnya mendekati balkon.

"JANGAN MENDEKAT!"

Sontak suara tersebut membuat Rafgan tersungkur memegangi kepalanya yang tiba-tiba saja terasa sangat sakit dan hanya mendengar satu suara yang membuat telinganya berdengung.

"Sial!" Batin Rafgan.

"Kak Rafgan!"

Reta yang melihat Rafgan tersungkur pun segera menghampirinya dan menutup pintu balkon. Dengan tubuhnya ia berusaha menopang Rafgan untuk menuju tempat tidurnya, walau beberapa kali hampir tidak dapat menahan tubuh Rafgan.

Rafgan masih saja merasa sakit dan terus memegangi kepalanya dan itu membuat Reta kebingungan.

Beberapa detik kemudian Rafgan mulai kehilangan kesadarannya. Reta bingung apa yang harus ia lakukan, apa ia harus membangunkan paman dan tantenya atau harus menghubunginya pihak rumah sakit.

Baru saja ia akan menghubungi pihak rumah sakit, tiba-tiba ada suara seseorang yang melarangnya untuk melakukan apa yang akan ia lakukan.

"Jangan hubungi siapapun, ia baik-baik saja."

Suara itu terdengar seperti suara seorang pria pada umumnya yang terdengar dari balik pintu balkon kamarnya.

"Si.. Siapa itu?"

Tidak ada jawaban atas pertanyaan Reta. Ia kembali menghidupkan ponselnya, baru saja ia akan menghubungi pihak rumah sakit, layar ponsel menjadi gelap membuatnya khawatir.

Saat ia akan turun dari tempat tidur, pintu kamarnya tertutup tanpa ada siapapun disana. Hal itupun membuat Reta mengurungkan niatnya dan memilih kembali.

Dengan Rasa takut, Reta memperbaiki posisi Rafgan dan menyelimutinya. Ia dengan bergelut rasa takut memojokkan diri disamping Rafgan yang tidak sadarkan diri hingga tertidur.
.
.
.

"Reta bangun, Reta."

Dengan Rasa kantuk yang masih menahan matanya agar tetap terpejam, Reta memaksa untuk membukanya dan melihat siapa yang baru saja membangunkan dirinya.

"Hey, buka matamu lebih lebar."

"Kak Argan!"

"Akhirnya kamu bangun juga,Apa yang terjadi? Kamu tidak membaca surat yang aku titipkan pada bibi Fifi?"

Reta teringat pada kotak yang diberikan oleh bibi Fifi dan memang ada sebuah amplop kecil berisi selembar kertas didalamnya. Namun karena terlalu lelah ia memilih untuk tidur lebih dulu.

"Tidak kak, aku belum membacanya."

"Sudah ku duga, itulah sebabnya jauh-jauh aku kemari dari luar negeri."

SIAPA ARWAH PRIA INI?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang