6. Kebingunan

2 0 0
                                    

Reta dengan selimutnya yang melekat membuatnya merasa nyaman dan hangat. Sedangkan Rafgan hanya bisa menahan rasa dingin yang terus memeluknya dengan hangat.

Rafgan meraih apapun yang bisa ia raih, sebuah kain tebal yang cukup hangat kini berada ditangannya. Ia menariknya untuk menutupi tubuhnya yang terasa semakin dingin.

Reta yang menyadari jika selimut miliknya ada yang menarik membalas menarik kembali selimut tersebut.

"Kalian sedang apa?"

Rafgan dan Reta yang mendengar suara Arganpun sontak membuka mata mereka. Meraka saling bertatapan sesaat sebelum Reta melempar selimut tersebut kepada Rafgan.

"Eh, sudah pagi ya? Aku mandi dulu deh," ucap Reta bangkit dari tempat tidurnya.

Argan hanya tersenyum melihat tingkah laku kedua adiknya, padahal mereka bukan lagi seorang anak kecil. Tapi tidak tahu, dimata Argan maupun orang tua mereka tetaplah seperti anak kecil yang harus terus mereka jaga.

Sedangkan Rafgan memanyunkan bibirnya sebab kesal karena Reta telah melempar wajahnya dengan selimut sekaligus sebuah bantal.

"Kamu mau kakak tarik itu bibir?"

"Lah, siapa yang mau? Aku sih ngak mau," ucap Rafgan sembari turun dari tempat tidur dan pergi dari kamar tersebut.
.
.
.

Dapur ini terlihat cukup sepi karena hanya ada Argan, Rafgan, dan Reta. Orang tua Argan dan Rafgan baru saja pergi keluar kota untuk beberapa minggu.

Sudah biasa Rafgan hanya tinggal dengan bibi Fifi dan pak Tomo sebagai pembantu dan tukang kebun di rumahnya.

Saat ini bibi Fifi sedang sakit dan harus beristirahat, mungkin juga sakit sebab lelah karena sudah cukup tua untuk bekerja.

Namun pak Tomo dan bibi Fifi tidak memiliki rumah serta anak, itu sebabnya mereka telah tinggal cukup lama dengan mereka, bahkan sejak Rafgan masih berusia 6 bulan dalam kandungan ibunya.

Terlihat Reta sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk kedua pemuda yang telah siap di meja makan.

Seperti seorang ibu yang sedang menyiapkan sarapan untuk suami dan putra mereka.

"Silahkan dicicipi, ini adalah masakan ke 5 Reta loh."

Argan dan Rafgan tercengang melihat lauk pauk yang telah disiapkan oleh Reta kepada mereka. Mereka tahu benar jika Reta sama sekali tidak bisa masak.

Namun beberapa hari ini dia giat belajar memasak dengan bibi Fifi untuk berjaga jaga, bahkan mencatat semua resep yang telah diberi oleh bibi Fifi.

"Lumayan, terlihat bisa dimakan!"

Reta sedikit ragu dan takut apabila masakannya kali ini lagi-lagi tidak berhasil. Semua masakannya sebelumnya telah diberi nilai oleh bibi Fifi dan pak Tomo sebagai juri.

Tapi semua penilaian sama sekali tidak memuaskan, ia berharap jika beberapa masakan ini berhasil setelah banyak percobaan yang ia lakukan hingga menghabiskan banyak bahan makanan.

Rafgan dan Argan menegak saliva mereka sendiri berharap jika semua makanan ini layak untuk dimakan.

Satu suapan mendarat didalam mulut mereka. Beberapa kunyahan hingga suapan kedua kembali di masukkan kedalam mulut mereka masing-masing.

"Wah, ini enak, hanya sedikit asin. Tapi masih layak dimakan."

"Benarkah?"

"Iya, cobalah sendiri."

Reta mengambil piring, sendok, dan garpu. Ia mengambil beberapa jenis lauk pauk dan mulai mencicipi satu persatu.

Benar yang kedua kakaknya katakan, makanan yang ia buat layak untuk dimakan. Walau ada beberapa yang memang cukup asin, namun jika ditambahkan dengan nasi ataupun kecap manis, maka rasa asinnya akan berkurang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 02, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SIAPA ARWAH PRIA INI?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang