08

24 11 0
                                    


setelah 10 menit perjalanan akhirnya mobil An berhenti disebuah blok perumahan, mobilnya sudah terparkir rapi di depan rumah An.

"AN PULAAANGG" teriak An saat dia selesai melepas sepatu, En yang mendengarnya hanya bisa geleng-geleng. dia harus terbiasa.

"Assala—" En hendak mengucapkan salam tapi mulutnya langsung ditutup dengan tangan An

"keluarga aku kristen!" bentak An kecil

"oiya lupa" setelah mendengar ucapan An, En langsung tertawa kaku

"eh An udah pulang. bawa anak siapa kamu An" sambut bunda An

"heh bunda! emm.. ini En bun" An memperkenalkan En kepada bundannya

"pacarmu ya?" sebuah pertanyaan dari mulut Bunda Dian yang mampu membuat An merasa tubuhnya kaku, sebab An ini tidak pernah berpacaran secara terang-terangan ke orang rumah

"iya tante" dijawab mantap oleh En

An menepuk pundak En kecil, An malu karena ini pertama kalinya dia membawa orang dengan status 'pacar' kerumahnya, belum lagi langsung dihadapan sang ibunda.

"akhir An kamu bawa pacar kamu kerumah. ayo sini nak En duduk" ajak ibu An ramah, suaranya juga halus. En jadi heran kenapa suara An bisa cempreng.

"hehe iya tante" En tersenyum manis kearah bunda An

"apaan tonta tante, bunda aja" An yang sedang minum kaget mendengar perkataan bundanya yang menyuruh En memanggil bundanya dengan sebutan bunda juga.

"i-iya bunda" En menurut, tapi dia merasa kaku memanggil ibu An dengan sebutan bunda

"aku ganti baju dulu ya bun" An menyela, dia berpamitan karena hendak mengganti baju. An takut kesorean.

"lohhh sekk, mau kemana kok ganti baju?" tanya bunda An, menghentikan An yang handak berjalan kearah tangga

"itu bun, En mau ngajak keluar" jawab An

"loh iya ta? mau keluar kalian?" tanya ibunda An sambil bolak balik memandangi An dan En

"iya bunda, tadi En udah sepakat mau jalan sama An" halahhh, padahal En yang maksa

"oooohhh yasudah kalo gitu, sekalian kamu ambilin baju aja An. biar kalian langsung berangkat" perintah bunda An

"iyaa bunn" An menurut, dengan cepat dia berlari ke lantai 2, tempat kamarnya berada.

En bingung sambil berpikir 'An punya baju cowo?' 'emang bisa baju An gue pake?'




kurang lebih 15 menit An baru selesai ganti baju, sekalian make up maksudnya.

An ini walau kasar dan tidak terlihat sisi feminim dia tetap perempuan yang perlu mempercantik muka, dan tentunya An bukan perempuan 'pick me' yang membanggakan dirinya dengan berkata 'gue kalo bedakan pake bedak bayi, gabisa yang tebel-tebel' 'ga pernah perawatan muka ini itu, buang duit' 'wajah gue apa adanya'
An akan berpikir 'alami atau miskin?' saat menghadapi perempuan modelan 'pick me' seperti itu.

"nih" An memberikan kaos putih polos, hoodie mint dan celana training adidas ke En

"kaos, hoodie sama celana siapa nih?" tanya En setelah menerima 3 barang itu

"kaos sama hoodie punya aku, oversize kok itu jadi pasti muat. kalo celana punya bang Rendi"

"kirain celananya punya kamu juga" goda En sambil berlari menghindari tabokkan dari tangan An

"kamar mandi mana ay?" En main lari-lari saja, dia lupa ini bukan rumahnya. jadi gatau kan kamar mandi dimana.

"ituu, kan ada kamar 1 tuh. nah nanti terus aja, terus kalo nemu dapur nengok kanan deh" An memberi tau letak kamar mandi seperti memberi tau arah jalan

TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang