13

36 9 3
                                    

"En, lo yakin milih si An?" itu sebuah pertanyaan yang keluar dari mulut Noel

"yakin lah, kenapa emang?" En bingung dengan pertanyaan saudaranya itu, pagi-pagi begini bertanya yang tidak jelas

"masalahnya kalian beda agama, An juga ga suka kan sama lo"

"soal beda agama gue kurang tau solusinya, mau ikut alur aja. kalo soal dia ga suka sama gue, bakal gue buat dia suka" jelas En santai

"jangan saling nyakitin ya. gue sama An udah temenan dari kecil, gue gamau dia sedih. lo pun begitu, lo sodara gue, gue gamau lo sedih"

"kalo itu mah ga ada yang tau bro, ga ada yang tau kedepannya bakal kayak gimana" En bukannya tidak mau berjanji membahagiakan An, tapi dia tidak yakin hubungan mereka akan mulus.

"hari ini An ibadah. lo gimana?" Noel mencoba merubah topik pembicaraan dengan bercandaan yang terkesan dark

"sialan lo! nanti gue ibadah jam 12!" setelah mengatakan itu En pergi, ntah mau kemana.











•••










"An padahal bunda pengen banget ibadah sama nak En loh" lagi-lagi bunda An berkata seperti itu, An bingung harus bagaimana

"ngga sekarang bun. kapan-kapan, kan sekarang En sakit" alasan An hanya kapan-kapan dan kapan-kapan

"sakit apa sih dia?" banyak sekali pertanyaan yang keluar dari mulut bundanya ini, An jadi harus mikir terus buat jawabnya

"kemaren kecelakaan, sekarang lagi dirumah terus" bohong An memang sedikit keterlaluan, tapi dia bohong seperti ini agar terdengar masuk akal. karena jika An bilang En sakit panas akan terdengar lebay, panas doang ga ibadah

"looohhh iya ta??? kapan itu???"

"k-kemaren bun, En bilang ke An" dijawab gagap dengan An, dia tidak ingin bohong berlebihan, sumpah.

"nanti kita tengok kalo gitu, tau kan kamu rumahnya?" pinta bunda An

"gausah ah bun, An juga gatau rumahnya"

"kamu ini gimana sih, pacar sendiri gatau rumahnya" celetuk bunda

"udah udah, berantem teros kalian berdua" akhirnya Rendi angkat bicara, An sedikit lega.

lelah rasanya harus berpikir untuk menjawab pertanyaan yang muncul dari mulut sang bunda. apa lagi berbohong seperti itu, An sangat takut omongannya akan menjadi sebuah doa.











•••












En sedang mengendarai motornya dengan kecepatan yang cukup tinggi, bahkan melebihi angka 40. untung saja jalanan yang di lewati En ini terlihat cukup sepi, En bisa kebut-kebutan sepuasnya.

"An.. kenapa kita dipertemukan ya?" gumam En dibalik helmnya, berbicara sendiri jelasnya. mana mungkin ada yang sedang mendengarkan En, jalanan ini benar-benar sepi.


*brraakk



tidak, suara itu bukan dari En. tapi tepat didepan En, terlihat beberapa lelaki yang sedang merundung seorang...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang