10

23 9 1
                                    

jam menunjukkan pukul 22.22, acara bakar-bakaran itu sudah selesai. An dan En sudah berada dimobil, mereka sudah puas menghabiskan waktu bersama, tadi An juga sempa memberi anak-anak panti hiburan

*flashback on

"kak Ira, kak Ira nyanyi buat kita dong" pinta sikecil, namanya Ella

"l-loh? gabisa nyanyi kakak" dijawab gagap oleh An

"kak Ira bohong. kak Ira kan sering nyanyiin kita. itu gitarnya masih ada di dalem kamar ibu" An menyekap mulut Dion, sejujurnya An malu harus bernyanyi didepan En.

En yang memperhatikannya hanya diam sambil tersenyum kecil.

An melihat kearah En, seolah bertanya 'bagaimana?'. dijawab anggukan dan senyuman oleh En. sebenarnya An tidak hanya malu, tapi juga takut kemalaman.

akhirnya perdebatan itu selesai. An yang kalah, dia sudah mengambil gitarnya dikamar ibu Nur, sudah izin saat mengambil tentunya.

An menyanyikan lagu pelangi terbitan HIVI. An sangat suka dengan HIVI, hampir semua lagu terbitan HIVI dia tau.

"kuingin cinta hadir untuk selamanya"
"bukan hanyalah, untuk sementara" setelah gitar dipetik beberapa kali suara An mulai terdengar. suaranya sudah masuk kelagu itu, suara An sangat lembut saat menyanyikannya, lagu yang dinyanyikan seperti benar-benar dari hati. dan hari itu rasanya En menemukan sisi lain An.
An yang biasanya memiliki suara cempreng, marah sana-sini menjadi bersuara lembut dan bisa mengontrol emosi.

"tetaplah engkau disini"
"jangan datang lalu kau pergi"
"jangan anggap hatiku"
"jadi tempat persinggahanmu"
"untuk cinta sesaat"
suara An benar-benar mengambil alih malam ini, nada demi nada sangat nyaman didengar.

begitu pula dengan En, di mendengarkannya dengan sepenuh hati

*flashback off


















•••














"semoga umur ku panjang deh, biar bisa dengerin kamu nyanyi terus" ditengah perjalanan En melontarkan kalimat yang terdengar sangat tidak masuk akal

"heh, maksudnya apa ha?!" An menatap tajam kearah En

"kan umur ga ada yang tau ay" dijawab sambil tersenyum oleh En, tangannya lagi-lagi mendarat di kepala An. dia mengelusnya lagi, mengelus kepala An rasanya menjadi candu.

"tapi ga gitu juga!" An marah. kenapa En berbicara seperti itu? membuat perasaan tidak tenang saja

"ututututu, iya iya engga. takut aku pergi ya?" En mencoba mencairkan suasana dengan menggoda An.

"DIHH, PEDE LO?? DEMEN SAMA LO AJA ENGGA"

"ohh, yaudah" nada bicara En langsung berubah drastis

'anjir apa lagi ini' gumam An dalam hati ketika mendengar nada bicara En yang berubah

"ya maksudnya sekarang belum suka, kan baru pacaran sehari. gatau kalo nanti, besok, lusa, minggu depan, bulan depan, tahun depan" An berusaha membuat En tidak diam dan memasang muka datar lagi

"lima tahun lagi, sepuluh tahun lagi, limabelas tahun lagi, duapuluh tahun lagi. sabar banget ya sosok En ini" dilanjutkan oleh En

"HAHAHAHA. ga selama itu dong, nanti En jadi tua tanpa cinta"















TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang