10.

464 56 14
                                    

"Sekarang tidak mengaku menjadi anak papa?"

Jeno menatap saudaranya dengan tatapan marah, menatap Mark yang hanya terdiam sedari tadi tanpa sepatah katapun.

"Mark, sadar Mark, kau sudah begitu keterlaluan" serkah Jeno.

"Lalu?"

"Lalu? Dasar brengsek!! apa yang kau pikirkan di otakmu dengan berkata seperti itu?!" Teriak Jeno sembari menarik keras kerah kameja saudara kembarnya.

"Jangan berbicara, jika kau tidak tau apa apa--

"Apa yang aku tidak tau sialan! Kau bertumbuh di rahim yang sama denganku selama 9 bulan lamanya, kita berbagi satu tempat bersama di tubuh Mama, semua kita lakukan bersama selama ini, jadi apa yang aku tidak tau?! Bahkan aku bisa tau pikiranmu Mark Jung!!" Teriak Jeno, menunjuk tepat di depan wajah saudaranya. Dia tidak suka jika Mark sudah mulai menyinggung masalah ketidak tahuan satu sama lain. Padahal Jeno yakin, mereka berdua lebih dari tau apa yang mereka berdua alami.

"Kau! Kenapa harus begitu dengan papa Mark?! Sudah berapa kali aku bilang, dia bisu bukan atas kehendaknya, dia bisu bukan kesalahanya, kau harusnya bangga memiliki papa yang--

"Bangga memiliki papa yang bisu?! Darimananya aku harus bangga Jung Jeno! Dia membuat kita dipermalukan, dia membuat kita menjadi anak yang dikucilkan oleh teman teman kita!" Teriak Mark marah, sudah sangat muak mendengar adiknya yang sedari tadi meneriakinya.

"Aku tidak peduli dengan teman temanku yang hanya mendekatiku karna status sosial! Mereka tidak tau apapun tentang keluarga kita, aku tidak perduli dijauhi mereka atau dikucilkan mereka, tapi aku tidak sampai hati jika harus tidak mengakui papaku sendiri, sepertimu" geram Jeno.

Jeno dan Mark saling menatap tajam satu sama lain, mereka memiliki karakter yang sama, jika marah sangat meletup letup dan penuh dengan emosi, berbeda dengan Mark dan Jeno yang biasanya tenang dan manis.

"Ingat Mark, jika bukan karna papa kita tidak akan bisa lahir kedunia ini, jika dulu papa memilih menyelamatkan hidup mama saja, kau dan aku tidak akan berdiri berhadapan di sini, dan Mark...dulu kau juga lahir tidak normal Mark, disaat aku menangis dengan keras kau hanya diam tanpa suara, dokter menyatakan dirimu mengalami kebisuan, tapi papa dengan keras mengatakan tidak, dia membawamu ke Singapore, ke New York, ke America, hanya untuk berobat dan menjalani terapi agar kau bisa mendapatkan suaramu, karna dia tidak mau nasib anaknya sama seperti dirinya, karna dia ingin kedua putranya bisa normal, jika bukan karna papa...kau juga akan menjadi bisu Mark"

"Kau sudah terlalu kurang ajar pada papa Mark"

Setelahnya Jeno pergi begitu saja meninggalkan Mark dengan keterdiamanya.

Bisu? Dia tidak pernah tau itu sebelumnya, baik Mama maupun Papa tidak pernah mengatakan apapun padanya. Mama bilang Mark dan Jeno lahir dengan selamat dan sehat, Papa pernah bilang padanya jika Mark dan Jeno saat lahir menangis dengan keras sampai membuat papa menangis mendengarnya.

Lalu...lalu dimana Jeno tau kalau...kalau dulu Mark adalah bayi yang bisu.

Mark hanya tau satu hal, disaat Jeno dulu sudah pandai mengucapkan kata dengan benar, Mark masihlah belajar mengatakan beberapa kata, dengan kata lain, Jeno lebih dulu bisa berbicara daripada dirinya. Apa itu berarti...jika dirinya dulu benar benar dilahirkan bisu? Seperti papa.

*

Jeno menatap meja belajar Mark yang tepat di samping meja belajarnya. Di atas meja itu ada paper bag dengan merk brand ternama yang diletakan dengan rapi.

Jeno menghela nafas, ini pasti perbuatan papanya, Jeno jelas tau isi dari paper bag dengan logo kuda itu adalah sebuah parfum yang belakangan ini diinginkan oleh Mark.

Our Heroes -Papa-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang