2

1K 70 2
                                    

"Ma, hari ini Mama jemput Jeno dan juga Mark?"

"Baby, your language, Mark is older than you?"

"Just 15 minute older than me ma!"

"But He still your older 15 minute brother"

Remaja tampan itu menghela nafas lalu menganggukan kepalanya pasrah, mau melawan sang Mama juga sangat malas, mama kalau sudah mengomel bukan hanya membuat kuping pengang tapi juga berkepanjangan membuat bosan, belum lagi kesalahanya akan terus diungkit ungkit, padahal hanya kesalahan kecil tapi mengomelnya P×l×t, Jeno ingin melawan tapi takut, tapi kalau tak dilawan kadang Mamanya suka berlebihan, Jeno salah kecil saja diomeli, tapi kesalahan yang dulu dulu malah diungkit lagi sampai kuping rasanya melepuh. Huh, menjadi manusia sangat sulit, kata paman Lucas.

Dasar Mama, untung Jeno sangat sayang dengan Mamanya.

"Manisnya anak mama"

Lelaki manis itu- Ten tersenyum gemas ke arah anaknya, keluarga kecilnya sekarang sedang melaksanakan sarapan pagi seperti biasa yang mereka lakukan setiap pagi pagi sebelumnya.

"Pa, papa bisa bantu Mark untuk belajar bermain music nanti? Di sekolah ada penilaian memainkan alat music" remaja beralis camar berseru, menatap orang dewasa di depanya yang juga sedang makan.

"Tentu, Mark mau bermain alat music apa?"

"Hmm...bagaimana kalau gitar pa? Apa papa bisa ajarkan pada Mark?"

"Tentu papa bisa, apapun untuk Mark"

"Terimakasih papa" seru remaja- Jung Minhyung, yang kerap disapa dengan nama Mark.

"Papamu pintar bermain alat music, dia bisa bermain piano juga" ujar Ten kemudian, menatap sang suami dari samping.

"Really? Bermain piano itu keren sekali Pa, teman Mark, Jaemin juga pintar bermain piano, dia punya suara yang bagus juga, kalau papa bermain piano sambil menyanyi pasti akan sangat--

"Mark Hyung"

Mark melirik ke arah saudara kembarnya. Sadar karena berbicara salah, Mark menatap papanya dengan tatapan bersalah.

"I'am sorry pa, i don't mean itu, just---

"Tidak apa apa Mark, ayo selesaikan sarapan kalian, lalu papa akan antarkan kalian pergi ke sekolah"

Sang ayah- Jaehyun tersenyum pada putranya itu, membuat Mark mengangguk dan segera melanjutkan acara makanya.

Ten tersenyum lembut, menggenggam jemari suaminya di bawah meja, tanpa berkata mencoba untuk menguatkan, Jaehyun tersenyum pada Ten, mengisyaratkan kalau dirinya baik baik saja, toh Mark tidak sengaja, anak kecil itu sedang asik asiknya bercerita jadi dia tidak sadar.

"Jae, nanti sore kita ke rumah sakit ya, sudah jadwalnya pemeriksaan rutin"

"Sayang aku tidak sakit" Jaehyun menggerakan tanganya membuat Ten terkekeh dibuatnya, ekspresi yang ditunjukan Jaehyun lucu, dengan bibir yang dimanyunkan, agaknya dia sudah tua...tapi Ten masih merasa Jaehyun saat ini sama seperti Jaehyun 20 tahun  lalu, selalu terlihat tampan.

"Iya kau tidak sakit, tapi kau sudah semakin tua, kau juga jadi gampang sakit, jadi jangan membantah" ujar Ten.

"Hm, baiklah"

Jaehyun menurut saja pada Ten, dia tau semua yang Ten lakukan untuknya adalah yang terbaik, seorang ibu akan melakukan apapun yang terbaik untuk keluarganya, begitu juga Ten.

Ten tersenyum. Bukan pemeriksaan serius, hanya chek up rutin setiap bulanya, Ten juga melakukan itu, mereka sudah semakin berumur, perlu selalu mengetahui kondisi kesehatan. Walaupun mereka memang sebenarnya baik baik saja sih, hanya Ten saja yang selalu protektif agar selalu menemui dokter sebulan sekali.

Our Heroes -Papa-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang