9

424 45 13
                                    

"Mama!"

"Iya sayang?"

"Maaa!! Kesini dulu, Jeno tidak bisa menemukan kaos kaki!"

"Mama dimana sepatu sekolah yang lama?!"

"Mama--

"Owh astaga, bisa mati muda kalau begini terus!" Ten berseru tertahan mendengar teriakan teriakan anaknya dari lantai 2 benar benar rusuh, setiap pagi selalu saja bertriak ini dan itu untuk menemuka barang yang tidak dapat dilihat.

"Ck, kalian ini kenapa heboh sekali astaga! Cari yang benar, cari pakai mata jangan pagi mulut Little Jung's!" Ten menghela nafasnya pelan melihat kedua putranya yang hanya tersenyum tak berdosa menatapnya. Memang dasarnya sifat papa akan lebih dominan pada anak anaknya, ya begini contohnya. Coba saja jika Jaehyun juga bisa berteriak seperti Mark dan Jeno, Ten yakin setiap pagi rumahnya akan menjadi sangat ribut karena teriakan kedua putranya dan satu suaminya.

"Mama menyimpan keperluan kalian di tempat yang seharusnya, kalau kalian tidak bisa melihatnya berarti mata kalian yang bermasalah"

"Ini kaos kaki, dan ini sepatu, sudah jangan berteriak lagi" ujar Ten sambil mengacungkan sepasang kaos kaki dan sepasang sepatu pada Mark dan Jeno.

"Aiai mama!"

Ten menggeleng pelan, prihatin pada dirinya sendiri kalau begini terus setiap pagi. Seksrang dia beranjak menuju ke kamarnya dan sang suami. Dan kembali menghela nafas setelah melihat suaminya mematut diri di depan cermin sambil memegang dasi di lehernya.

"Apa lagi itu?! Kau mau pergi ke kantor dengan dasi aneh seperti itu, srmua karyawan akan menertawakanmu presedir Jung, owh astaga bisa gila aku kalau begini setiap pagi" Ten memekik, naik ke atas kursi lalu menyimpulkan dasi Jaehyun dengan benar. Serius, dia memang harus naik ke kursi dulu agar bisa menggapai dasi Jaehyun, semakin tua Ten semakin mungil beda dengan Jaehyun yang semakin tua semakin gagah dan tinggi. Apa apaan Ten hanya sebatas bahu Jaehyun.

"Sudah tua, sudah mau setengah abad, belum bisa menyimpulkan dasi, kau bekerja di kantor tidak bisa menyimpulkan dasi, sedangkan kerjaanku hanya didapur setiap hari tapi bisa menyimpul dasi, dasar Jung Jaehyun" gerutu Ten, tanganya menepuk pelan dada bidang Jaehyun lalu tersenyum setelahnya.

"Sudah tampan, euhh...ketampananmu memang tidak termakan usia sayang, huh...aku mencintaimu Jaehyun" Ten memberikan kecupan di bibir untuk Jaehyun, karna berkali kalipun dia melihat Jaehyun setiap harinya, dia tidak pernah merasa bosan atau berhenti jatuh cinta. Jaehyun memang bisa membuat Ten jatuh cinta berkali kali bahkan setelah bertahun tahun usia pernikahan mereka.

"Tetaplah sehat, ayo hidup bersama lebih lama, aku benar benar ingin selalu bersamamu selama sisa hidupku" gumam Ten, memeluk leher Jaehyun mesra, Jaehyun tersenyum menanggapi gumaman istrinya dan memeluk Ten balik. Memang dasarnya seorang Ten Lee adalah bucin nomor satu Jung Jaehyun, tidak peduli bagaimana kerutan tipis yang muncul di wajah Jaehyun dan wajahnya, Ten masihlah bersikap seperti seorang remaja yang sedang dimabuk cinta, bahkan setelah kedua anaknya remaja, Ten tidak segan segan meninggalkan keduanya hanya untuk berkencan berdua bersama Jaehyun, katanya ingin seperti anak anak remaja jaman sekarang.

Boleh lah...mereka berdua sama sekali tidak terlihat tua untuk ukuran orang tua yang memiliki anak sudah remaja.

"Pulang kerja nanti bawakan aku donat dan juga minuman caramel, aku tiba tiba menginginkanya" ujar Ten sambil tersenyum lucu menatap Jaehyun.

"Eoh, apa kau mengidam?"

"Aishh, mengidam apanya?! Kita terakhir melakukan sex 5 bulan yang lalu bodoh! Kau tidak mau menyentuhku setelahnya!" Ten menepuk pipi Jaehyun pelan, merasa gemas dengan perkataan suaminya, astagaa ngidam apanya, anak ayam?! Jaehyun terakhir kali menyentuhnya 5 bulan lalu dan itupun menggunakan kondom, mana bisa jadi.

Our Heroes -Papa-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang