06

275 67 8
                                    

Minho kini berdiri ditepi jembatan kecil. Melihat matahari yang mulai terbenam. Dirinya ingin pulang, tapi terlalu malas untuk kembali berjalan dan mencari jalan pulang.

Siapa sangka laki-laki bermarga Lee itu senang berjalan-jalan ditempat yang ia sendiri tidak tau? Disaat Minho sedang gabut atau ingin berjalan-jalan, ia akan pergi menaiki taksi dan akan turun ditempat yang ia tidak ketahui.

Dan sama hal nya seperti sekarang, entah di daerah mana dirinya sekarang Minho tak peduli. Baju sekolah masih melekat ditubuhnya, karena memang sebelum pulang ke rumah dia berniat mampir untuk jalan-jalan.

Minho menghela napas panjang. Beberapa hari ini banyak kejadian aneh yang terjadi padanya. Bukan hanya dirinya, tapi juga teman-temannya. Mungkin orang normal akan berpikir dirinya telah gila, namun memang begitu faktanya.

Awalnya pun dirinya mengira itu hanya halusinasi semata, atau Minho mengira bahwa dirinya salah lihat. Pagi sebelum berangkat sekolah, Minho sempat menatap dirinya dihadapan cermin untuk memperbaiki rambutnya yang sedikit berantakan.

Namun, tangan Minho terhenti bergerak saat ia melihat tubuhnya tembus pandang, ah lebih tepatnya seperti menghilang. Ia bersyukur karena tubuhnya kembali seperti semula, dalam waktu kurang dari satu menit.

Dan siang tadi saat istirahat, Ia dan Jisung berniat untuk pergi ke kantin bersama. Tapi malah dikejutkan dengan tubuh Jisung yang juga hampir menghilang. Untung saat itu hanya ada mereka berdua, jadi tidak ada yang melihat.

Terdengar mustahil, bahkan Minho masih berusaha untuk mengelak akan yang ia lihat. Jika sesekali mungkin saja salah lihat, tapi ini sudah terjadi beberapa kali belakangan. Hanya saja dirinya tidak pernah bercerita pada teman-temannya.

Minho semakin larut dalam pikirannya, tanpa memperdulikan keadaan yang mulai semakin gelap. Minho menatap sekelilingnya, ia melihat orang-orang berlalu lalang berjalan pada tempat tujuannya masing-masing.

Terlihat normal, tapi sejenak Minho jadi berpikir.

"Emang dunia lain beneran ada ya?"































Changbin menatap sahabatnys dari kejauhan terlihat tengah melamun. Felix duduk di teras rumahnya. Ibu dan Ayahnya sedang tidak ada di rumah, jadi ia bisa lebih tenang.

"FELIX!!"

Felix yang tersentak kaget bukan main, lantas ia menoleh. "ANYING! SITU PEN NGAJAK KELAHI HAH??!"

"SANTAI NAPA! SIAPA SURUH MELAMUN!"

"LU DULUAN YANG NGEGAS OGEB!"

Changbin cuman nyengir kuda, tanpa niatan minta maaf. Lagian Felix ga punya riwayat penyakit jantung, jadi ga bakal mati kalau kaget. Kecuali emang udah ajalnya. Canda ajal.

Changbin yang tadinya teriak dari jendela rumahnya, kini turun ke bawah menghampiri Felix.

Felix yang ngeliat Changbin jalan kearah rumahnya cuman mutar bola mata sambil dengus kesel. Ya siapa yang ga kesel, orang lagi enak melamun natap jalanan sepi tiba-tiba di kagetin.

"Untung gue ga mati semudah itu," gumam Felix.

"Melamun mulu mas, kesambet mampus lu," ujar Changbin sambil mendudukkan tubuhnya di samping Felix. Felix cuman noleh dan natap Changbin bentar, sebelum balik natap jalanan sepi didepan sana.

Felix menghela napas panjang, "Gini amat idup ya, udah ribet aneh pula."

"Aneh gimana?"

"Ya lu pikir aja, akhir-akhir ini ada yang ga beres amat kita. Bukan kita aja, yang lain juga."

"Apaan?"

Felix yang tersulut emosi menjitak kepala Changbin keras, "Makanya pas pembagian otak jangan kabur!"

"Ya gue ga ngerti lu ngomong apa, gimana sih?!" sahut Changbin kesal sambil sesekali meringis karena kepalanya yang sakit.

Felix menggelengkan tak percaya, "Punya temen ga guna bat dah."

"Apa? Apa? Makanya ngomong jangan setengah-setengah tolol." Kesal, Changbin mendorong kepala Felix pelan.

"YANG HORMAT AMA ORANG TUA!"

"GUE YANG LEBIH TUA YA BANGSAT!"

"Tua kok bangga." Changbin cuman bisa ngelus dada, banyakin sabar aja dah kalau Felix lagi sensi.

"Terserah lo."

"Dih baperan."

"Bangsat," umpat Changbin. "Udah cepet ngomong, mumpung gue masih mau dengerin."

"Lu lupa sama kejadian sama badan kita pada mau ilang itu?"

Changbin ngerutin kening, "Itu yang lo maksud aneh?"

"Yaiyalah aneh, lu pikirin aja masa iya ada badan mau ilang gitu. Kalau setan mah gapapa, lah kita kan manusia," kata Felix.

"Oh iya gue baru inget! Tadi Minho ngechat gue, katanya badan dia juga mau ilang dan tadi pas mau ke kantin, Minho bilang badannya Jisung tiba-tiba kayak mau ilang juga," jelas Changbin panjang kali lebar.

"Serius lo?"

"Ngapain juga gue bo'ong," kata Changbin dengan nada sewot nya. "Sisa Hyunjin, Bangchan, sama Seungmin doang," sambung Changbin.

"Maksud lo?" tanya Felix.

"Cuman mereka bertiga yang ga ngalamin hal yang sama kayak kita."

"Eh? Bener juga ya, kok gue baru sadar sih."

"Gue tau lo bisa denger gue. Gue mohon sama lo, sadar Felix.."

Baru saja Changbin ingin menyahut, tiba-tiba Felix mendengar suara seorang gadis yang menggema. Felix kira hanya ia yang mendengarnya, ternyata—

"Lo denger?" tanya Changbin spontan.

Felix cuman noleh dan ngangguk pelan.

Changbin menatap temannya bingung. "Sebenernya lo siapa sih?"

hi! i'm back~jangan lupa pencet bintangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

hi! i'm back~
jangan lupa pencet bintangnya.. thx!

Good Night | Stray Kids ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang