16

421 40 2
                                    

HAPPY READING

Hari ini Airin sedang berada dikamar nya bersama Aldo dan Lo Jingmi. Mereka membahas tentang pembelian tanah untuk membangun ruko dan membahas sihir hitam milik Rong Wei. Sungguh, Airin merasa seperti sedang beradu saing dengan dukun santet.

"Jadi nanti gue sama Jingmi pergi buat nyari lahan yang cocok," Kata Aldo "Nah terus lo, Rin. Mending lo di rumah aja sekalian lo tingkatkan lagi kekuatan lo." Lanjutnya.

Lo Jingmi mengangguk membenarkan "Gue juga udah pasang perisai buat nanti jaga jaga misalkan lo nembus ke Tingkat yang lebih tinggi lagi"

"Lah ngapa dah?" Tanya Airin.

"Ya, lo pikir aja sendiri. Semakin kekuatan Lo tinggi, semakin besar juga pertanda nya. Nanti kalau sampai Dia tahu bisa gawat." Jelasnya.

Airin hanya mengangguk-anggukan kepalanya mengerti.

"Yasudah sono pergi. Jangan lupa nanti pulang bawa kue yang manis manis!"

Aldo dan Lo Jingmi hanya mengangguk lalu mereka pergi dengan Lo Jingmi yang melakukan teleportasi.

"Gabut banget gue. Keliling istana kali ya biar nggak gabut. Siapa tahu gitu ye kan ketemu sama prajurit yang ganteng." Airin mode maniak cogan kembali. Sepertinya ia sudah lama sekali tidak bertemu dengan para cogan.

•,•

Di Paviliun Bintang, milik Pangeran kedua Wenhua. Ia terlihat sangat frustasi, bagaimana tidak? Salah satu daerah kekuasaannya di bagian selatan, lebih tepatnya di Desa Vistan yang terkenal dengan Desa yang memiliki tanah yang subur kini mendadak menjadi desa mati. Semua tanaman yang ditanam mendadak mati, hingga para petani dan pedagang dilanda rugi yang sangat besar. Tangan kanannya sudah mengatasinya tapi tidak ada yang berhasil hingga harus Pangeran Wenhua yang turun tangan untuk mengatasi nya.

Tok tok tok

Ketukan pintu membuat fokus Wenhua teralihkan "Masuklah!"

Lalu masuk tangan kanannya, Ceng Ze. Menundukkan kepalanya dengan hormat dan tak lupa dengan salam.

Wenhua mengibaskan tangannya "Cepatlah katakan." Ucapnya datar.

"Maaf, Pangeran. Yang Mulia Kaisar ingin bertemu dengan anda di aula utama sekarang." Ucapnya.

Pangeran Wenhua menghembuskan nafas panjang nya lalu bangkit dari tempat duduknya berjalan menemui sang Ayah.

Sampainya ia di aula utama dengan raut wajah yang terlihat lesu. Sang Kaisar tahu, pasti sangat menguras pikiran untuk menemukan cara agar desa Vistan bisa subur kembali.

Kaisar Huang tersenyum kepada putra keduanya itu "Apakah kamu baik baik saja Putraku?" Tanyanya perhatian.

Pangeran Wenhua mengangguk walaupun Kaisar tahu bahwa putranya itu sedang tidak baik-baik saja.

"Kalau kamu masih belum bisa menemukan caranya, lebih baik minta bantuan ke Putra Mahkota Huanran." Usul Kaisar.

Pangeran Wenhua hanya diam tak menjawab. Ia merasa buruk menjadi pemimpin, karena ia membiarkan daerah kekuasaannya menderita. Bahkan untuk menemukan cara yang lebih baik pun ia tak bisa. Ia merasa tak berguna untuk menyuburkan kembali desa Vistan.

Transmigrasi : LI FEN MEI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang