Written by: nezyen
•─────────•°•♡•°•─────────•
Perasaan yang telah lama tersimpan masih terkunci, tidak ada niat sedikitpun bagi pemuda tersebut untuk membalas. Tatapan tak peduli selalu ia tunjukkan tanpa henti, memberi perih terlewat tidak berbelas kasih. Alasan mengapa sakit menyebar ke seluruh tubuh karena adanya dingin dari pintu hati yang ingin dimasuki. Deru kendaraan tengah menemani, pemandangan memuakkan dari sebuah polusi menciptakan rasa sakit pada mata. Hidung merasakan amarah berteman lelah, kendati begitu tak terlihat sama sekali niat untuk beranjak dari sana. Sesak dalam hati masih tak pergi, layaknya hati tidak ingin berganti nama dari seorang Ran Arashi. Semangat hidup kini mulai luntur ketika tahu tubuh tak lagi utuh menghias diri, berpikir bahwa perjuangan yang ia lakukan selama satu tahun terakhir akan terbuang sia-sia. Bertanya pada diri sendiri apa gadis itu harus maju atau berbalik mundur? Saat lampu hijau pejalan kaki menyala, ia mulai melangkahkan kaki guna menyeberang kendati gontai begitu jelas tidak menghilang dari diri. Mata yang begitu sayu tersebut menoleh ke arah kiri ketika netra biru laut mendapati sebuah jendela kaca dari sebuah toko pakaian, memperhatikan setiap lekuk wajah yang tak lagi utuh. Retak masih belum hilang, bahkan mungkin tidak akan pernah menghilang. Mengulas sebuah senyum, walaupun tahu mimik tersebut tidak semanis dulu lagi.
Sebagaimana awan mendung tengah memandang, hati Riely atau yang kerap disapa Riri tersebut juga tengah gundah. Langit mulai meneriaki bumi dengan air mata, anugrah sekaligus malapetaka menghampiri kala kilatan petir memperlihatkan diri, tak kenal ampun kendati para hamba harus berhenti beraktivitas lantaran takut. Memori penuh lika-liku memberhentikan perjalanan guna memberi tahu pemilik tubuh akan sebuah kenangan pahit yang pernah ia lalui, meskipun orang tersebut tidak berniat untuk mengingat. Seragam sekolah itu kini mulai basah kuyup, iris biru laut terlihat begitu kosong layaknya tak berniat melawan gelapnya cuaca. Walaupun kilatan petir terlihat akan menyambar kapan saja tubuh gadis itu tetap tak beranjak guna mencari tempat aman, ataupun berhenti menciptakan reaksi menggigil tubuh yang kedinginan dengan berteduh. Gigi yang bergemeretak tanpa henti seakan sedang meminta belas kasih, kaki kurus milik sang gadis mulai melangkah lebih gontai dibanding sebelumnya. Berjalan terseyok-seyok dalam derasnya hujan.
Masih terbesit dalam kepala perihal ingatan menyenangkan, tentang bagaimana hati rapuh tersebut mulai tergoyah oleh sebuah hangat. Jatuh cinta ketika sang pujaan hati terlihat begitu semangat saat melakukan sesuatu, perasaan yang terus ingin mendukung sikap ambisius Ran itu semakin hari menjadi tambah dalam. Perlahan rasa ingin menjadi sandaran dikala gagal datang pada diri, tak sadar menerima baik-baik tanpa niat ingin menolak. Sikap egois manusia mulai muncul dalam lubuk hati, rasa ingin memiliki tumbuh tanpa permisi kala sebuah senyum lembut terukir pada wajah Ran kendati bukan untuk gadis tersebut. Ia tetap tak goyah untuk terus mengejar, walaupun ratusan penolakan langsung terlontar dari mulut sang pujaan hati. Tidak teringat tentang peraturan aneh yang sudah lama tercipta di dunia ini, sebuah penyakit untuk seseorang yang tengah patah hati. Hanya cinta begitu tulus yang bisa menyembuhkan penyakit ini. Tetapi, apa akan ada orang yang jatuh cinta padanya?
Bukti telah terpampang dengan jelas, tak ada satupun orang yang datang mendekat untuk mengambil hati rapuh milik gadis tersebut. Riely menengadah, memandang mendung layaknya suasana hatinya sekarang. Bertanya pada diri sendiri, apa dia akan baik-baik saja setelah ini?
=
You are strong, let's move on!
=
Pagi telah menghampiri, derap langkah para siswa yang menuju sekolah ikut menemani. Tidak banyak awan yang terlihat, hanya hamparan biru langit sebagai penyegar mata saat pagi hari. Kendati mata melihat begitu silau saat menengadah ke arah sana. Sapaan ia lontarkan kepada siapapun yang dia lewati—hanya orang-orang yang Riely kenal. Terlihat begitu ceria walau tatapan kasihan terlihat jelas dari orang sekitar, bahkan dokter pun berkata bahwa penyakit ini tak dapat disembuhkan selain cinta tulus sebuah perasaan. Mengulas sebuah senyum ketika kaki sudah menginjak tanah gerbang sekolah, berusaha bersikap seperti biasa kendati semangat hidup telah mati. Tidak ada pengecualian untuk berhenti membuat orang sekitar menatap khawatir kendati kasihan masih tak luput dari netra. Semerbak bunga pertanda perasaan manis melayu, hati mulai mati ketika netra memandang ke arah pemuda. Lirikan dari sang pujaan hati memberi refleks gerakan gigitan bibir, saat pandang berganti tujuan gadis itu kembali merasa sesak pada dada. Namun, mimik berhasil netral kembali saat sahabat menyapa kemudian ia jadikan semangat untuk jalani hari ini. Risih yang dirasa terlempar jauh ketika memasuki ruang pembelajaran, setidaknya biarkan gadis itu merasakan ketenangan hari ini. Dalam hati yang telah rapuh, ia jelas tahu alasan penolakan selalu menjadi jawaban. Jika dia telah memiliki orang lain dalam hati, memang apa yang bisa menjadi balasan untuk gadis tersebut selain penolakan?
KAMU SEDANG MEMBACA
HBD [Heart Broken Disease]
FanfictionKetika seseorang patah hati, tubuh akan retak. Perlahan hingga pecah dan hancur. Kepingan-kepingan dari tubuh manusia akan menjadi bintang baru di angkasa. Sayang, keindahan angkasa tidak seharusnya dari penderitaan orang lain. Satu-satunya yang da...