Written by: DIXXNIES
•─────────•°•♡•°•─────────•
"Kamu kenapa?"
"Gak papa. Chie-sama tidak pernah dan tidak akan menangis!"
"Yaudah."
Chie si tukang bohong, itu sih satu dari sekian sebutan dari Daisho untuk perempuan bersurai coklat. Kebohongannya gak pandang bulu pula, dari kebohongan kecil seperti diam-diam memakan jatah pudingnya sampai bohong kalau dia hanya kepleset saat mematahkan kakinya. Random betul.
Krak
"... Oke aku nangis udah puas? Micha tadi sore mati tau!!" Chie menggebrak meja, tak lama wajahnya basah karena menangis.
"Ya ga gitu juga, masa anjing tetangga kamu tangisin."
Daisho menghela napas, mengingat Chie suka memberi anjing itu tulang membuat Daisho tak terkejut melihat kekasihnya nangisin peliharaan tetangganya. Mereka dekat jadi pantas saja. Tangannya meraih pipi sembab perempuan bernetra biru, jemari bergerak menghapus jejak tangis sedikit meringis pula ia melihat retakan di pipi kiri Chie. Ngeri pikirnya memikirkan efek dari penyakit patah hati itu.
Heart broken dease, penyakit tanpa penjelasan yang jelas sedang ramai menjadi buah bibir masyarakat. Asal usulnya juga tak jelas, hanya bermodal informasi penyebab dan cara mengobatinya yang tentu saja hanya sementara.
Penderita akan mengalami pengikisan area tubuh secara acak diikuti pendarahan dan hanya bisa disembuhkan oleh perasaan cinta.
"Nangis mulu, nanti kalau matamu bengkak gimana?"
"Ya kamu obati lah." Ketus Chie, netra birunya membulat lantaran sang adam mengecup pipinya yang retak. Perlahan retakan tersebut pulih hanya meninggalkan semburat merah yang kini menghiasi wajah sang empu. "OH SETAN BIKIN KAGET!"
Daishou—si pelaku—tertawa puas, tangan masih berteduh di pipi kekasih. "Tau gak?"
"Apa?"
Daishou berhasil menarik atensi perempuan di hadapannya, sang lelaki mempersiapkan mental untuk mengutarakan kebenaran yang sudah terlalu lama dipendam. "Bentar lagi aku—"
"Oh. Tau. Kemarin Tetsu bilang ke aku."
Daishou si brengsek. Satu dari sekian sebutan dari Chie untuk Daishou, ya memang gak salah karena kekasihnya memang lelaki brengsek. Dari awal mereka menjalin hubungan ini, si pecinta musik sadar pemuda itu hanya menjadikannya sebagai pengganti rasa sakit saja. Dia patah hati itu sudah jelas namun, anehnya adalah Daishou juga menjadi obat patah hatinya.
Atmosfer diantara mereka mulai pekat, terlalu berat bagi orang di luar masalah mereka. Perginya perasaan hangat di hati terlalu cepat, kini berubah dingin membiru.
"Maaf."
"I was prepared. But it's really hurt you know. Aku tuh ...." Chie kehilangan suara, begitu banyak deretan kata yang sudah mengetuk mulut untuk keluar namun begitu sulit untuk dikeluarkan. Matanya berkaca-kaca bersamaan dengan suara-suara retak di tubuhnya. "kayak bukan alasan buat kamu untuk tinggal, untuk berubah, untuk move on. Kan anjing namanya."
"Mau pukul aku gak?" Tetiba sang lelaki mengusulkan ide.
"Hah? Aneh kamu. Emang kamu pikir mukul kamu sampai bonyok bikin aku lega?"
"Ya siapa tau." Jawab Daishou seraya mengangkat bahu. "Kalau kamu tanya aku merasa nyesel atau enggak ya nyesel. Aku bukan membela diri, dari awal kita pacaran aku udah salah. Harusnya aku gak jadiin kamu pelampiasan, harusnya aku nerima kamu saat aku udah nerima diri aku sendiri, harusnya sih. Tapi manusia bodoh kayak aku mana paham waktu itu."
Hening. Chie belum membalas ucapan Daishou, luapan emosi belum turun mendingin mempertanyakan isi hati kecil miliknya.
"Ya kamu intinya brengsek sih. Udah aku maafkan karena aku juga manfaatin kamu buat mengisi sepi aja. Impas 'kan."
"Iya sih. Putus nih?"
Chie mengangkat kaki mendapat reaksi takut dari Daishou, lelah juga hayati Chie menghadapi si ular.
"Kalau sudah menerima diri sendiri, sudah sehat sanubarinya, pacaran lagi." Chie mengulas senyum sambil tertawa kecil.
"Bayar."
"Matamu bayar."
•─────────•fin•─────────•
KAMU SEDANG MEMBACA
HBD [Heart Broken Disease]
FanfictionKetika seseorang patah hati, tubuh akan retak. Perlahan hingga pecah dan hancur. Kepingan-kepingan dari tubuh manusia akan menjadi bintang baru di angkasa. Sayang, keindahan angkasa tidak seharusnya dari penderitaan orang lain. Satu-satunya yang da...