Written by: laniakean
•─────────•°•♡•°•─────────•
Bintang, salah satu obyek di alam semesta yang merupakan kesukaan dari seorang Ashida Akira. Buktinya, kini sang gadis tengah duduk berhadapan di kereta dengan kedua orang terdekatnya. Dalam perjalanan ke pantai guna melihat fenomena bintang jatuh-yang sebenarnya adalah hujan meteor-lebih jelas dibanding di Tokyo yang padat penduduk.
"Makin hari dunia makin aneh saja. Kudengar, ada penyakit baru yang membuat penderitanya mati karena patah hati."
"Aku juga mendengar kabarnya! Katanya tubuh orang yang mati retak-retak, lalu hancur jadi bintang, 'kan? Dengar-dengar, obatnya adalah dicintai dengan tulus oleh seseorang. Berasa ada di cerita alternate universe, deh!"
Akira terkekeh kecil. Banyak gosip menarik yang bisa didengar dari perjalanan yang tak sebentar memakai kereta. "Bagaimana pun, yang dibicarakan orang itu tidak ilmiah, ya 'kan, Kou-chan?" Menanggapi kemudian, sembari meminta pendapat dari pemuda yang duduk di kursi yang berhadapan dengannya.
Lagipula, selama ini dirinya tidak mati, hancur berkeping-keping, dan menjadi bintang baru di langit.
"Kou-chan? Kamu sedang memikirkan apa?"
Kalimat tanya yang dilontarkan oleh sang gadis membuat iris yang tadinya menghadap ke lantai kereta, kini diarahkan ke arah penanya. Koutarou tersadar dari lamunan seketika.
"Ah, bukan apa-apa." Singkat, padat, dan tidak memberi jawaban yang memuaskan bagi Akira. Namun gadis dengan rambut hitam itu tahu, Koutarou pasti sedang memikirkan seseorang.
"Pasti kamu lagi galau mikir mau nembak doi, 'kan?" Kini giliran sang hawa terdiam mendengar suara laki-laki lain yang menukas. Suara siapa lagi kalau bukan Kuroo Tetsurou. Tiga orang itu memang terkenal di kalangan teman-teman mereka sering jalan bersama di akhir pekan. Perkataan Tetsurou juga bukan sebuah rahasia lagi bagi orang yang mengenal mereka bertiga dengan baik. Pun perasaan perih yang kini menghinggapi dada Akira.
"Ternyata benar, kabar yang dibicarakan mereka hanya gosip belaka," lanjutnya. Sudah sewajarnya kakak bersikap gaada akhlak kepada adiknya, namun menurut satu-satunya perempuan di lingkaran tersebut, agaknya ini sedikit keterlaluan.
Tetsu-nii sialan."Sudah, mending kita tidur dulu. Perjalanan masih lama, ditambah nanti mau begadang juga, kan?" Usulan Tetsurou lalu menyudahi topik pembicaraan di kereta. Mereka bertiga setuju untuk terlelap agar kantuk tidak menganggu agenda malam nanti.
*****
Dua tenda yang sengaja dibeli untuk pengamatan mereka malam ini sudah terpasang sejak beberapa jam yang lalu. Kompor kecil portabel juga sudah tertata rapi di depan tempat bermalam mereka, lengkap dengan tiga bungkus mi yang dicampur ke dalam satu panci. Pemiliknya pun demikian, duduk bersebelahan di antara kompor dan tenda, menunggu tengah malam tiba. Dua di antaranya saling timpal-menimpal obrolan. Satu sisanya hanya diam. Entah mengapa sosok yang biasanya paling heboh, kini malah diam seribu bahasa.
Maka heran lah dua sejoli berstatus kakak-beradik. "Kou-chan kenapa diam terus?" Satu-satunya kaum hawa di tempat itu memberanikan diri bertanya.
"Bro, kalau mood swing bilang alasannya, dong! Biar kita-kita bisa bantu juga." Tetsurou menimpali.
Dan seakan menjawab rasa penasaran dua insan, sebuah fragmen yang jelas berasal dari tubuh Koutarou tiba-tiba bersinar dan terbang begitu saja ke langit. Bersamaan dengan terlihatnya bintang jatuh pertama pada malam itu. Fenomena sekilas, namun mampu membuat Tetsurou dan Akira membelalakkan mata secara spontan. Terkejut dan tidak mengerti apa yang sedang terjadi.
Lantas malam yang seharusnya menyenangkan, terutama bagi Akira, berubah atmosfer menjadi serius akibat satu kalimat yang terucap dari lisan jelmaan burung hantu. "Aku ... mendapat kabar bahwa dia sudah jadian dengan orang lain."
Heart Broken Disease. Apa yang didiskusikan oleh penumpang lain di kereta, adalah benar adanya, bukan hanya sebuah fiksi belaka. Kini ketiganya sadar, bahwa satu-satunya harapan Koutarou untuk tetap hidup adalah menemukan seseorang yang tulus mencintainya dalam kurun waktu maksimal satu bulan.
"Tenang, kan ada Kira. Ya, 'kan?" Tetsurou mencoba membangun suasana kasual kembali. Tak ingin rekreasi mereka sekarang malah berakhir kelam.
"Benar! Sumpah demi bintang di langit, Kou-chan akan baik-baik saja." Batin tidak bisa bohong, setelah kalimat itu terucap dari bibirnya, Akira merasa ada keraguan meski tak banyak jumlahnya. Haruskah gadis itu merasa bahagia karena mendapat kesempatan kedua mengejar sang pujaan hati? Bolehkah situasi seperti ini dia sebut sebagai suatu kesempatan?
*****
Bintang seakan sudah melekat di hidup seorang gadis berjuluk Akira. Bahkan bintang pun yang menyadarkannya, bahwa ada sosok lain yang lebih ia cintai dibandingkan Bokuto Koutarou.
•─────────•fin•─────────•
KAMU SEDANG MEMBACA
HBD [Heart Broken Disease]
FanficKetika seseorang patah hati, tubuh akan retak. Perlahan hingga pecah dan hancur. Kepingan-kepingan dari tubuh manusia akan menjadi bintang baru di angkasa. Sayang, keindahan angkasa tidak seharusnya dari penderitaan orang lain. Satu-satunya yang da...