01.| Kalau, nanti kita bertemu lagi...

704 67 6
                                    

Sebenarnya Yeonjun tidak berharap ia akan menerima tepuk tangan yang meriah saat itu. Persiapan sebelum ia naik ke atas panggung hari ini bukanlah sesuatu yang bisa dikatakan matang, sehingga daripada mendapat tepuk tangan dan sorak puas dari penonton, ia lebih mempersiapkan diri untuk menerima apa saja hasil akhir yang mungkin tidak akan membuatnya pulang dengan piala keemasan yang terpajang di ujung panggung itu.

Dan sebenarnya jika menang, apakah orang tuanya akan bangga atau malah menghancurkan piala yang ia bawa bahkan juga bersama dengan mentalnya, Yeonjun sudah tau yang mana yang akan terjadi.

Jadi sebelum itu, ia pikir tak ada salahnya untuk bersenang-senang dulu.

"Tarianmu sangat keren, bung." Ada senyum ramah yang terpatri di bibir tipisnya, yang sejak Yeonjun lihat untuk pertama kali pagi ini di toilet ketika ia sedang memasang lensa kontak, diam-diam ia sebut mirip mulut kelinci yang lucu, itu mengingatkannya pada kelinci putih dengan bibir pink yang mengunyah wortel dengan lahap. Lalu kemudian seharian selama ia duduk di bangku menunggu giliran tampil, manik mata Yeonjun bergerak membuntuti secara diam-diam ke mana saja pemuda bernama Soobin itu pergi.

Diam-diam ia membentuk senyum tanpa sadar, diam-diam menyimpan jutaan puji ketika melihat Soobin mulai melipat lengan pakaian, lalu belah bibir itu bergerak memberi instruksi pada anggota panitia yang patuh padanya. Diam-diam Yeonjun menyembunyikan detak jantung yang kadang melambat, kadang berdentum, kadang denyutnya bahkan sampai ke pipi, dan Yeonjun kemudian menyadari bahwa hatinya yang lemah ini telah dijatuhkan, berguling-guling seiring bertambahnya durasi mata mencuri pandang pada ketua panitia itu.

Ia jatuh cinta tapi tidak akan pernah berani bersungguh-sungguh mengungkapkan perasaan itu bagaimanapun caranya, baik lewat kata maupun sekadar afeksi dari tatapan mata. Biar Yeonjun menyimpannya sendiri dulu sebab ia sadar dirinya berada jauh dari kata layak. Jauh. Dan semakin jauh ketika disandingkan dengan pemuda tinggi yang tampan itu.

"Terima kasih." Yeonjun tak bisa banyak berbuat, hanya mampu mengembalikan senyum yang sama. Di tengah hiruk pikuk keramaian, telinga Yeonjun semerah darah tetapi beruntung orang-orang tak cukup peduli.

Lalu begitu saja, tidak ada lagi percakapan. Soobin kembali sibuk, dan Yeonjun duduk sambil menenangkan deru napasnya yang sesak, entah karena tariannya, entah karena gugup pada hasil, entah pada senyum Soobin yang tak ia sangka.

Ada sesuatu yang menggelitik dada Yeonjun kala itu, dan ia tak banyak menghiraukannya.

Ketika pengumuman pemenang tiba, Yeonjun naik ke atas panggung sebagai pemenang ke dua dengan wajah berseri-seri, walau bukan posisi pertama, lagipula persiapannya benar-benar tidak matang, Yeonjun juga tidak mengincar apapun di kompetisi ini, hanya ingin mencari pengalaman.

Dan daripada memenangkan kompetisi, mengenal Soobin dalam hidupnya adalah yang lebih membahagiakan untuk Yeonjun.

"Bro, tidak diragukan lagi, kau memang layak untuk menang." Tutur Soobin, sempat menepuk bahu Yeonjun ketika ikut naik ke atas panggung untuk menyerahkan hadiah.

"Ya, terima kasih."

Percakapan itu kembali berhenti setelah ucapan terima kasih. Hanya sebatas itu, tidak lebih.

Di tengah tepuk tangan yang meriah, juara pertama dalam kompetisi ini menerima pelukan dari ketua panitia. Sayup-sayup Yeonjun mendengar Soobin dengan senyum hangat yang tertuju pada orang lain, berkata:

"Ohoo... lihat siapa yang jadi pemenangnya? Tentu saja kau, kekasihku. Jadi, sayang, hadiah apa yang kau inginkan dariku, heum?"

Ribuan konfeti melayang jatuh ke atas panggung layaknya guguran bunga di penghujung musim semi. Di sisi lain ada hati yang tadinya terbakar akan adanya secuil kehangatan, kini mulai dingin dan membeku. Yeonjun tertawa pada diri sendiri sewaktu merasakan ada sensasi menggelitik di dadanya, lambat laun berubah gatal dan sakit. Yeonjun mundur beberapa langkah dan berbalik. Ia terbatuk kering, tetapi orang-orang tak cukup peduli.

Hari itu ada banyak hal yang menjadi pertama kali untuknya.

Pertama kali mengikuti kompetisi,

Pertama kali mengenal Soobin,

Pertama kali jatuh cinta,

Pertama kali memenangkan kompetisi,

Juga pertama kali memuntahkan kelopak bunga dari paru-parunya, menyatu bersama konfeti yang jatuh ke ujung-ujung sepatu.

Sudah terlanjur, hatinya sudah berguling sampai dasar jurang, ia tidak lagi bisa meraihnya dan meletakkannya pada posisi semula.

Yeonjun bergegas turun dari atas panggung, piala di satu tangan dan dua kelopak mawar semerah darah dalam genggaman tangan lainnya. Masih segar. Sesegar ingatan tentang senyum dari bibir pink kelinci putih yang mengunyah wortel.

Kalau,

... nanti kita bertemu lagi, Soobin...

Apa? Yeonjun tertawa lagi. Yang benar saja? mereka tidak akan bertemu lagi, kan.

.

Hanahaki Byou (花吐き病) atau yang biasa disebut Hanahaki Disease, merupakan sebuah penyakit yang menyerang saluran pernapasan manusia. Penyakit ini mengakibatkan tumbuhnya kebun bunga di paru-paru manusia. Bunga-bunga itu akan terus mekar dan bertumbuh hingga menyumbat sistem pernapasan, termasuk batang tenggorokan. Bila sudah parah, penderitanya dapat meninggal karena kekurangan oksigen! Korban akan selamat jika perasaannya dikembalikan atau bunga diangkat melalui pembedahan (tetapi ketika bunga diangkat perasaannya juga akan hilang.)

.
Selesai
...

Serpih ~1~

Rabu, 30 Juni 2021

(Sumber: https://jcnnsite-wordpress-com.cdn.ampproject.org/v/s/jcnnsite.wordpress.com/2017/01/16/hanahaki-disease/amp/?amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D%3D#aoh=16255434165287&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fjcnnsite.wordpress.com%2F2017%2F01%2F16%2Fhanahaki-disease%2F )


Buat si besok yang bakal jadi hari ini, please jangan buru-buru dateng yaa...

Minta dukungannya ya, vote komen dan save di perpustakaan kalian muahahah

Serpih || SoobjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang