09.| Sang Bintang

213 34 5
                                    

Bintang yang paling bersinar di langit malam adalah bintang yang paling mudah menarik perhatian. Soobin melihat itu pada diri Yeonjun. Dia bintang, sang idola, yang berkat talentanya bisa menjadi manusia paling disanjung di penjuru sekolah, bahkan juga menjadi pusat perhatian anak-anak sekolah lain yang jelas-jelas merasa iri sebab di tempat mereka tidak ada sosok-sosok seperti Yeonjun.

Dia pujaan hati banyak orang, tetapi dengan egoisnya hanya memuja satu orang dalam hidupnya. Dan Soobin adalah orang paling beruntung untuk mendapatkan kehormatan itu.

Namun hidup Yeonjun tidak sesempurna seperti yang terlihat, dia tidak selalu memiliki keberuntungan. Ketika pertama kali dalam hidupnya ia memberikan hati yang utuh pada seseorang, dia ditolak.

Tidak semua orang menyukai bintang, kan? Soobin adalah salah satunya, dia tidak menyukai bintang, apalagi yang paling bersinar.

Soobin tahu bintang, tetapi matanya yang cacat tidak mampu melihatnya di langit malam. Soobin tahu Yeonjun, tetapi dia tidak bisa menyamai posisinya dengan pemuda itu. Soobin hanya berusaha untuk tahu diri, dia tidak membenci Yeonjun, dia hanya tidak cukup menyukainya. Selama ini dia pikir begitu.

"Soobin-ah, kau tahu tidak, menjadi sangat populer itu ternyata tidak enak."

Pemuda dengan mata rubah itu terkekeh ringan di sebelahnya. Senyumnya lembut dan hangat di bawah warna jingga dan wajahnya memancarkan sinar dengan caranya sendiri.

"Begitukah? Ku rasa selama ini kau tampak baik-baik saja dengan kepopuleranmu."

"Kau hanya tidak tahu. Aku selalu berusaha menyenangkan hati banyak orang, tetapi kemudian aku menyadari bahwa mereka bahkan sama sekali tidak peduli pada kebahagiaanku."

Soobin melirik pada Yeonjun yang masih bersinar di matanya, menyadari bahwa sebenarnya selama ini senyum yang terpatri di wajah tampan itu tidak selalu berarti menyenangkan.

"Aku membiarkan banyak orang menyukaiku, tetapi mereka bahkan tak mengizinkanku untuk mencintai satu orang pun. Aku juga manusia, punya hati dan aku bisa merasa sedih."

Sepanjang jalan menuju gerbang sekolah yang lenggang, suara langkah kaki keduanya saling sahut-menyahut mengisi sepi. Daun-daun kering berguguran di sore hari, jatuh dia atas tanah lalu tersapu angin. Di tengah semua itu, diam-diam Soobin menyembunyikan detak jantungnya yang bertalu-talu.

"Dan ketika aku jatuh cinta, perasaanku itu bahkan hanya sepihak. Apakah aku sedang membayar sesuatu? Sepertinya aku tidak pernah membuat kesalahan pada siapapun..."

"Yeonjun..."

"Tidak, tidak, aku mudah dicintai dan aku juga mudah dibenci. Terkadang bahkan jika aku salah melangkah sedikit saja, orang-orang akan memelototi dan menyebutku bodoh."

"Yeonjun..."

"Hahahaa... aku memang tidak pintar tapi aku juga tidak bodoh, kan?"

Soobin menahan lengan Yeonjun untuk menghentikan langkah juga kata-katanya. "Kenapa kau bicara terus?"

"Soalnya kau tidak mau bicara." Jawabnya sambil mencebik.

"Kalau begitu aku akan bicara"

"Kau yakin? Jika yang kau maksud bicara itu hanya dua sampai tiga patah kata, lebih baik kau diam dan dengarkan aku saja."

Soobin menunjukkan gurat sesal di wajahnya. "Sayangnya aku hanya punya dua kata."

"Tuh, kan!"

"Aku menyukaimu."

Soobin serius memikirkannya sejak mengetahui perasaan Yeonjun padanya. Dia awalnya menolak, merasa Yeonjun tidak terlalu cocok bersanding dengannya, dan Soobin tidak menyukai kepopuleran Yeonjun selama ini. Hanya saja anak laki-laki itu keras kepala dan sulit menyerah, membuat Soobin semakin tidak bisa berhenti berpikir tentangnya setiap hari. Lalu ragu-ragu Soobin menemukan bahwa faktanya alasan dia tidak menyukai Yeonjun karena dia takut Yeonjun tidak akan nyaman bersamanya, Soobin takut akan kehilangan Yeonjun ketika sudah menjadi miliknya. Yeonjun terlalu mewah dan berharga, dia tidak akan rela melepasnya jika diminta. Soobin tidak menyukai kepopuleran Yeonjun karena dia khawatir, dari banyaknya orang, keberadaannya sangat tipis dan mungkin nyaris transparan, serta hatinya tidak terlalu berharga daripada milik orang lain, dia sama sekali tidak istimewa.

Serpih || SoobjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang