05.| Kopi Pagi

236 49 10
                                    

Sebenarnya Soobin bukan tipe orang yang tergila-gila akan aroma kopi di pagi hari, atau ketergantungan pada pahitnya untuk produktivitasnya sepanjang hari, atau juga hanya sekadar ikut-ikutan gaya hidup orang modern masa kini. Tidak, sama sekali. Kadang mungkin dia minum, tapi bukan berarti dia suka. Tak jarang bosan menggoda lidahnya untuk mencoba-coba jenis minuman di tempat-tempat asing, apalagi kalau sudah yang namanya menu baru, dan semakin parah kalau gajinya cair.

Kopi tadinya cuma selingan dan keisengan, tidak terlalu penting sebelum aroma kopi dari dapur kantornya memancing Soobin untuk datang langsung ke sumber aroma. Kemudian ia mendapati denting sendok beradu dengan cangkir seputih susu, kepul uap tipis-tipis yang membawa pahit dan manis, sepiring macaroon, dan sebuah wajah yang belum pernah ia temui sebelumnya.

Pegawai magang, eh?

"Oh! Selamat pagi Direktur Choi."

Dan tambahan seulas senyum simpul semanis gula, dan sehangat secangkir kopi dalam genggaman jemari lentik pemuda itu.

"Apa anda juga ingin minum kopi?"

Soobin masih sibuk terpesona tidak sempat berpikir sebelum menjawab.

"Ya, jika kau bersedia membuatkannya untukku."

Suara kekehnya yang renyah menarik Soobin dari kedalaman pikiran. "Dengan senang hati." Cangkir di tangannya disimpan di atas meja, lantas ia beralih pada cangkir lain yang masih kosong, yang sebentar lagi akan terisi dengan kehangatan...

...yang kemudian akan menghangatkan sebuah hati yang telah lama sendirian.

"Eum..." Soobin melirik name tag yang tergantung di leher pemuda itu. "Choi Yeonjun..."

"Ya, direktur? Kau butuh sesuatu?"

Soobin tersenyum, "Tolong tambahkan susu."

Fokus pemuda itu jatuh seutuhnya pada sesendok kopi, menakarnya dengan penuh ketelitian. "Izin bertanya direktur, apa anda kurang menyukai rasa asli kopi?"

Soobin menyandarkan tubuh tegapnya ke meja, melipat tangan di depan dada lalu diam-diam memperhatikan wajah yang masih serius meracik kopi pesanannya. "Ya, begitulah."

Yeonjun mendongak, "Kalau begitu apakah anda suka manis?"

"Ya, tapi cukup tambahkan sedikit gula."

"Pencinta hidup sehat, ya?"

Bola mata berotasi malas. "Yang benar saja? Aku bahkan jarang olah raga dan selalu makan junk food."

"Ya tidak heran juga, sih, anda pasti sangat sibuk. Tapi serius direktur, anda perlu mengubah kebiasaan itu."

Secangkir kopi telah siap, aromanya khas, berwarna kecokelatan karena tambahan susu, uap tipis mengepul dari mulut cangkir, dan senyum manis dari pemuda yang membuatnya sendiri.

Soobin meraihnya dengan hati-hati, mencium aromanya sebelum menyesap kecil.

"Ya, aku berniat mengubahnya sekarang."

.

Soobin benar-benar telah mengubah kebiasaannya seperti yang Yeonjun sarankan. Tiap pagi ketika matanya baru saja terbuka, yang pertama kali diingat adalah kopi. Maka kemudian dia akan pergi ke dapur dengan tenang, menghirup aroma khas kopi ketika sampai, menunggu kopinya siap dengan duduk di meja makan atau kadang kalau sedang iseng akan berdiri di samping Yeonjun sambil mengamatinya. Kadang juga kalau sedang manja akan seperti hari ini, menempel di belakang kekasihnya sambil melingkarkan tangan di pinggang ramping favorit, lalu kepalanya akan mencari tempat ternyaman di ceruk leher Yeonjun.

"Sedikit saja, Yeonjun."

Yeonjun segera menghentikan gerakan tangannya yang hendak menumpahkan setengah sendok teh gula ke dalam cangkir kopi milik Soobin. "Ini sudah sedikit Bin-ah, kalau aku kurangi lagi kopinya akan benar-benar pahit."

"Ada kau, mengapa bisa jadi pahit?" Lalu tamparan pada tangan yang masih lengket melingkar di pinggang Yeonjun. Soobin mengaduh di awal tetapi tetap tidak memberinya sedikit kelonggaran.

"Jangan merengek saat meminumnya, ya. Awas saja kalau sampai tidak habis."

Soobin mengangguk kecil di bahu Yeonjun. "Sarapan apa kita hari ini?"

"Salad."

"Oh, yang benar saja, Yeonjun. Aku benar-benar akan berubah menjadi seekor sapi."

Bola mata berotasi malas, Yeonjun mencoba melepaskan diri dari jerat Soobin, berbalik ke hadapannya lalu mendecak kecil saat mendapati tubuh atas Soobin yang telanjang. "Pak direktur kau bukan anak kecil lagi. Sekarang lebih baik kau pergi ke kamar dan ambil pakaianmu."

"Aku begini karena kau menggunakan pakaianku lagi, Yeonjun."

"Aku buru-buru, oke? Seperti kau hanya punya satu pakaian saja."

"Aku bahkan bertanya-tanya tentang apa susahnya mencari pakaian bersih di lemari? Ya, aku hanya bercanda, oke? Tapi kalau memang begitu lain kali sebaiknya kau pakai celanaku juga."

"Aku--"

"Kau buru-buru. Oke, aku paham."

"Bodoh! Celanamu terlalu besar, itu akan kedodoran setiap waktu."

.
Selesai
...

Serpih ~5~

5 Juli 2021

Serpih || SoobjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang