04.| Minum

256 48 5
                                    

Soobin berjalan masuk ke dalam kelas dengan langkah berat. Ia berusaha menghindari sesuatu dengan menunduk sembari menggosok tengkuknya berkali-kali dengan lambat, lambat, baik langkah maupun gerakan tangannya, dan lambat ketika akhirnya ia tak mampu menahan keinginan untuk melirik ke tempat yang paling ingin ia hindari.

Lalu Soobin mendapati Yeonjun di sana, duduk dekat jendela yang ditembus sinar hangat mentari pagi. Wajah Yeonjun agak pucat sehingga bibir penuhnya semakin tampak merah merekah. Seperti bunga yang mekar di atas salju. Indah.

Soobin menghela napas berat, tidak bisa menghindar dari tatapan menelisik sepasang mata rubah Yeonjun. Ia juga sempat melihat bagaimana bibir mengilap Yeonjun yang mencebik. Dalam hati bertanya-tanya lip balm rasa apa lagi yang sekarang ia gunakan? Strowberry? Berry? Anggur? Apa pun itu yang digunakan di bibirnya, rasanya ketika di kecap pasti akan selalu manis.

Tatapan mereka terputus oleh Soobin yang mengambil posisi duduk di tempatnya dengan tak acuh. Yeonjun di bangku belakang membulatkan mata dan mendengus tak percaya. Jadi beginikah sikap Soobin setelah kekacauan semalam? Sungguh kejam.

"Oy! Bin-ah!"

Tak ada jawaban.

"Soobin!"

Soobin memejamkan mata.

"CHOI SOOBIN!!!"

"Ya, Yeonjun, tidak usah berteriak, aku belum tuli."

"Kalau begitu mengapa tidak menjawab panggilanku?"

Kalau boleh jujur, Soobin tidak sanggup lagi melihat wajah Yeonjun setelah kejadian semalam.

Dari sekian banyak manusia di bumi, mengapa harus berandalan seperti Yeonjun yang semalam bersamanya? Kenapa Yeonjun?

Secepat kilat Yeonjun telah berpindah posisi menjadi duduk di atas mejanya. Soobin menahan napas sesaat, lalu mulai mengedarkan pandangan ke penjuru kelas. Orang-orang tampak sudah tidak terkejut lagi melihat tingkah Yeonjun, jadi Soobin bisa sedikit bernapas lega.

"Bagaimana sekarang?"

Soobin tak serta merta menjawab, malah memilih bungkam sambil melayangkan tatapan dingin. Sampai Yeonjun bertanya sekali lagi.

"Bagaimana keadaanmu sekarang, Choi Soobin yang katanya tidak tuli?"

Soobin mendengus. "Lebih baik, sepertinya."

Mata Yeonjun memicing jadi segaris sebelum ia melompat turun dari atas meja. "Sepertinya? Ya, ya, ya tentu saja kau baik." Ada nada kesal yang cukup jelas pada lontaran katanya. Lalu sosoknya melenggang pergi ke tempat semula.

Sebenarnya ada begitu banyak kata yang tersangkut di tenggorokan Soobin, hanya saja ia tak tau harus mulai dari mana. Mulutnya membuka dan menutup sebelum akhirnya ia berkata, "Tunggu dulu, Yeonjun."

Yang namanya baru saja dipanggil menoleh santai. Sebelah alisnya terangkat, "Apa?"

Napas dihembuskan dalam satu kali dorongan cepat. "Terima kasih. Ucap Soobin.

Tadinya Yeonjun berencana merajuk tapi sayangnya ia tidak bisa tidak senang mendengar suara Soobin yang agak goyah, tidak lagi sepenuhnya mempertahankan kebekuan khas Choi Soobin yang terkenal dingin. Kemudian seulas senyum yang menyenangkan muncul di wajah Yeonjun, membawa serta rasa madu di dalamnya.

"Sama-sama." Balas Yeonjun. "Tapi Soobin, lain kali kalau minum secukupnya saja, ya?"

Dari leher sampai telinga Soobin, bahkan juga ke pipinya kini mulai dirambati rona merah tipis, tipis sekali, yang kalau bukan karena wajah pucatnya mungkin tidak akan ada yang menyadarinya. Yeonjun agak terkejut melihat pemandangan itu tetapi juga sekaligus merasa lucu dan senang. Dan entah mengapa ia mulai merasa ada panas di kedua sisi pipinya yang berisi.

Yeonjun tau dia juga ikut memerah. Ia berdehem sebentar sebelum menambahkan, "Kau minum terlalu banyak semalam, dan hari ini ku rasa aku terkena anemia." Senyum Yeonjun setengah jahil juga setengah malu.

Jika diperhatikan sebenarnya ada sebuah plester luka yang mengintip malu-malu dari kerah seragam Yeonjun. Hari ini anak itu mengancing rapat pakaiannya untuk menutupi jejak gigitan semalam tetapi sayangnya bekas yang Soobin tinggalkan masih terlalu ke atas, bagaimana pun caranya masih akan dengan keras kepala memamerkan diri.

Soobin menunduk dalam, diam-diam merutuki kecerobohannya sendiri.

Ia tak tau apa yang membuatnya begitu lupa diri semalam. Dirinya yang terlalu haus atau karena darah Yeonjun memang sangat manis sehingga membuatnya candu?

Ah... sudahlah, untuk apa dia bertanya.

.
Selesai
...

Serpih~4~

3 Juli 2021

Serpih || SoobjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang