"Daebak!"
Raut wajah Soobin berubah ganjil dari waktu ke waktu seiring dengan tatapan tajam pada pemuda yang bejongkok di bawahnya, tangan diikat erat oleh tali, juga selembar kain hitam sebagai penutup mata yang sama sekali tidak memberi celah cahaya untuk masuk. Soobin telah menyiapkan kain bersih lainnya untuk jaga-jaga kalau korbannya berani berteriak. Ia akan menggunakannya untuk menyumpal mulut korban dengan kejam, tak peduli korban menangis atau memohon sekalipun, Soobin akan tetap membawanya pergi dan menerima bayaran mahal yang sudah disepakati.
Namun pemuda bernama Choi Yeonjun yang telah ia seret jauh dari rumahnya itu kini justru berseru kagum alih-alih memohon putus asa ketika mengetahui dirinya sedang diculik. Entah apa yang salah dari pemuda itu. Soobin lambat laun berubah bingung dan melupakan kekejamannya sebagai seorang penjahat.
"Tunggu sebentar--"
"Wow, ini bukan prank, kan?"
"Ku bilang tunggu--"
"Ku rasa tidak. Ikatannya sangat kuat omong-omong."
"Tolong diam--"
"Jadi, setelah ini apa?"
"DIAM! Bicara lagi ku tembak kau."
Tubuh pemuda itu terlonjak ditempat, terkejut menerima bentakan Soobin yang masih meninggalkan gema, membeku beberapa saat sebelum mulutnya membentuk 'O' besar. Kedua alis tebal Soobin hampir menyatu sekarang, menunggu sambil bertanya-tanya omong kosong apa lagi yang akan pemuda itu katakan. Akan lebih baik jika pemuda itu mulai sadar situasi, dan akan lebih baik lagi jika ia mulai ketakutan sehingga Soobin bisa mendapatkan kembali kepercayaan dirinya sebagai seorang penjahat.
"Oh..."
Sebelah alis Soobin naik tajam.
"Daebak!"
Bloody hell!
"Kau bahkan punya pistol? Sulit dipercaya, aku benar-benar sedang diculik, sekarang."
Tidak ada kesabaran yang tersisa, Soobin berniat untuk segera memberinya pelajaran yang nyata. Maka ia tarik kasar kain penutup mata itu dengan tidak sabaran, hingga sepasang manik yang terbingkai dalam mata rubah itu mentapnya tanpa tedeng aling-aling, mengerjap-ngerjap menyesuaikan pengelihatannya dengan sekitar. Hening melanda dalam kurun waktu singkat. Soobin kembali masuk dalam peran penjahat, mengerasakan ekspresi wajahnya, mengintimidasi, dan hampir melayangkan sebuah tamparan ketika korbannya tampak akan buka suara lagi.
"Wah..," Mata rubahnya membulat, dua alis naik tinggi. Ekspresi wajahnya agak termangu. "penculiknya bahkan sangat tampan."
Tangan Soobin masih menggantung di udara, membeku.
.
Yeonjun meniupi kedua pergelangan tangannya yang masih dijerat tali sambil sesekali meringis kecil. Di sisi lain ruang kotor nan gelap ini, Soobin berdiri dengan punggung lebarnya menghadap Yeonjun. Cahaya matahari merembes dari celah-celah tembok, menyorot partikel debu yang berterbangan bebas di udara selayaknya peri-peri kecil.
Yeonjun benar-benar sudah tidak tahan akan sesasi perih. Dia merengek agak manja pada Soobin yang berdiri seperti patung. "Ini benar-benar sakit. Tuan penculik bisakah kau sedikit melonggarkannya? Ku rasa pergelanganku lecet."
Tidak ada jawaban, Yeonjun tahu dirinya tidak bisa berharap banyak pada orang yang menculiknya. Jadi ia kembali bersandar pasarah pada dinding lembap di belakang, lalu meniupi pergelangannya dengan lembut. Sampai bermenit-menit kemudian terdengar suara langkah kaki mendekat. Yeonjun mendongak polos, mendapati wajah beku Soobin yang berdiri menjulang, memblokir cahaya matahari untuknya. Dalam keheningan, Soobin berjongkok dan mulai mengurai simpul-simpul tali hingga lepas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpih || Soobjun
FanfictionAkan selalu ada kisah yang datang bersama dengan lembar angka yang tersobek, hitam maupun merah, 1 sampai 31. Angkanya terulang tetapi cerita akan berbeda dari waktu ke waktu. Serpihnya biarlah ku rangkum ke dalam sebuah wadah sehingga apabila nanti...