Bagian 1

490 85 203
                                    

Langit terlihat mendung sejak dua jam yang lalu, tetapi tidak ada tanda-tanda hujan turun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit terlihat mendung sejak dua jam yang lalu, tetapi tidak ada tanda-tanda hujan turun. Menurut prediksi cuaca, nanti malam akan terjadi badai. Bahkan, jika dalam beberapa hari ke depan hujan tetap membasahi bumi, maka kemungkinan banjir sangat besar.

Suara dentingan jam memecah keheningan di kamar bernuansa biru muda dan putih, sementara sang pemilik sedang bergelut di ranjang queen size yang berada di tengah ruangan. Salsa menggulung dirinya dengan selimut bermotif doraemon, sehingga ia persis seperti kue rol gulung. Semenjak sepulang sekolah tadi, badannya tiba-tiba meriang dan sakit kepala. Untuk mengambil ponsel yang terletak di atas meja belajar saja ia tak mampu, padahal hanya membutuhkan lima langkah.

"Pusing banget," keluhnya sembari memijat pelipis.

Tangan Salsa pindah bergerak ke area mata untuk menguceknya karena terasa berat dan pedas, sedangkan ia sama sekali tidak mengantuk.

"Salsa!" Teriakan papanya saat masuk rumah terdengar hingga ke lantai dua, ia bisa menebak jika guru lesnya sudah menelepon orang tuanya karena kembali membolos.

Pintu kamar terbuka secara kasar hingga membuat kegaduhan, laki-laki setengah abad yang masih menggunakan kemeja putih dan celana hitam itu masuk tanpa permisi. Kedua tangannya diletakkan di sisi kiri dan kanan badan, ia berdecak melihat Salsa yang memejamkan mata.

"Salsa, bangun!" perintahnya sambil menggoyangkan tubuh Salsa.

Gadis yang berpura-pura tidur itu menguap sebentar, lalu menatap ayahnya yang berdiri di tepi ranjang. "Kenapa, Pa?" tanya Salsa.

"Kamu bolos les lagi? Kamu pikir les itu gratis? Seenaknya aja gak berangkat, malah enak-enak tiduran kayak gini. Ayah bayarin kamu masuk les mahal, uang yang dikeluarin gak sedikit. Kalau kamu malas-malasan, mau jadi apa? Percuma uang yang ayah bayar kalau kamu tetap bodoh," murka Bram.

Kepala gadis itu tertunduk mendengar papanya marah, ia menyesal tidak memaksakan diri mengambil ponsel untuk sekadar izin sakit. Setidaknya masih ada keringanan dan tak diadukan kepada orang tuanya, meskipun tetap saja Salsa harus ketinggalan penjelasan.

"Usahanya ditingkatkan lagi, dong! Ayah gak mau tahu, pokoknya di SMA ini kamu harus juara satu sampai tamat. Kalau mama kamu tahu, dia pasti ngomel semalaman. Sebagai gantinya, kamu harus ngerjain soal yang papa kasih!" perintah Bram tanpa tahu jika Salsa sedang sakit sekarang.

Namun, sekalipun Bram tahu tetap saja Salsa harus mengerjakan soal-soal tersebut. Ini bukan pertama kali gadis itu diperlakukan demikian, ia sudah paham dengan tabiat papanya yang keras. Tetapi menurut Salsa, setidaknya lebih baik begitu daripada mendengarkan omelan mamanya yang tiada habis.

Ketika menginjakkan kaki di lantai, dinginnya terasa hingga ke tulang-tulang. Salsa segera berlari ke dekat sofa yang berada di pojok kamar, sandal bulu dan bergambar doraemon miliknya ada di sana. Ia langsung mengikuti ayahnya menuju ruang kerja yang terletak di tengah rumah, di sana terdapat lemari yang berisi buku-buku nonfiksi. Dari autobiografi, ensiklopedia, kedokteran, pelajaran, ilmiah, antropologi, dan masih banyak lainnya yang melengkapi jajaran buku tersebut.

Little Things [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang