Bab 6

5 2 0
                                    

#DRC2021
#DomesticRomanceCompetition2021

***

Perempuan itu sedang beradu dengan panci dan penggorengan ketika terdengar suara bel. Ia terlambat untuk menyiapkan makan siang karena ketiduran setelah bersih-bersih rumah.

Memasak merupakan salah satu hobinya. Ia selalu dengan senang hati untuk masuk ke dapur. Tangan ajaibnya mampu mengolah berbagai bahan menjadi aneka menu istimewa.

Manik cokelat itu melirik jam dinding yang masih menunjuk ke angka satu. Mentari terlalu terik untuk menemani perjalanan seseorang.

'Tumben, ada tamu jam segini?'

Danisa segera melangkah menuju pintu depan, tak ingin membiarkan sang tamu menunggu terlalu lama.

"Ibu? Sama siapa? Kok, enggak ngabarin Danis? Ayo masuk, Bu!" Danisa terkejut sekaligus bahagia melihat Marni telah berdiri di depan pintu. Ia langsung mencium tangan dan memeluk wanita itu penuh haru.

"Tadi dijemput Dokter Ari, tapi langsung pergi, katanya lagi ada urusan."

"Dokter Ari? Kok, bisa?" tanya Danisa heran.

"Kan, surprise, Sayang. Makanya aku minta tolong Ari buat jemput Ibu." Arya tiba-tiba muncul dari arah belakang.

Danisa menatap suaminya dengan sorot kekaguman. Ternyata lelaki itu berjuang keras untuk mengembalikan binar keceriaan di matanya.

"Kamu pasti kangen Ibu, 'kan?" tanya Arya sembari mengusap pucuk kepala sang istri.

***

Danisa sedang menyandarkan kepala di pangkuan wanita yang begitu berharga dalam hidupnya. Ia ingin menumpahkan segala keluh kesah yang selama ini mendera. Pernikahan kedua yang sempat dianggapnya akan terasa lebih indah, ternyata tetap menggoreskan pedih dengan cara yang berbeda.

"Ketika sudah memutuskan menikah, itu berarti harus siap menerima suami kamu apa adanya, Nduk. Sepaket dengan keluarga besarnya. Jangan hanya mau sama Arya, sama orang tuanya juga harus mau." Wanita berwajah teduh itu menasihati sembari mengelus rambut sang putri yang tergerai.

"Tapi, Bu ... kan, orang tua Mas Arya udah enggak ada."

"Lho, piye to. Itu tantenya, kan, juga sama kayak orang tuanya," ucap Marni sambil menggeleng.

Perempuan yang rebah di pangkuan hanya terdiam sembari meresapi setiap kata yang terlontar. Ibunya memang selalu menjadi tempatnya berbagi dan bermanja, selalu mengerti apa yang dirasa tanpa harus merangkai banyak kata. Wanita yang memilih setia kepada almarhum sang suami itu selalu mampu memberikan ketenangan dalam setiap petuahnya.

"Anggap tantenya Arya sebagai ibu mertuamu, Nduk, meskipun suamimu tak terlahir dari rahimnya."

"Kenapa begitu, Bu?" tanya Danisa sambil mendongak dan menatap manik hitam sang ibu.

"Tantenya yang telah merawat suami kamu sejak orang tuanya meninggal. Arya bisa tetap bertahan sampai sekarang adalah bukti bahwa dia dijaga dengan baik. Kalau enggak, mungkin dia enggak bisa ketemu sama kamu."

Danisa mengangguk, mulai memahami maksud dari wejangan ibunya. Marni memang wanita yang bijak dan telah kenyang asam garam kehidupan. Dari ibunya, Danisa belajar caranya memaafkan dan melihat dari berbagai sudut pandang.

Memang benar apa kata sang ibu. Arya bisa tetap bertahan selama ini pasti tak luput dari peran keluarga yang telaten merawat dan mengingatkannya untuk minum obat setiap hari. Mengingat bahwa lelaki itu telah berteman dengan virus sejak dilahirkan. Itu artinya obat antiretroviral atau ARV tak boleh terlewatkan walau cuma sehari.

HIV atau human immunodeficiency virus merupakan suatu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Virus ini menyerang dan menghancurkan CD4. Makin banyak CD4 yang dihancurkan maka kekebalan tubuh akan makin menurun sehingga rentan terjangkit penyakit.

CD4 merupakan singkatan dari cluster of differentiation 4 atau kluster diferensiasi. Secara garis besar, CD4 berupa protein yang menjadi bagian dalam sel darah putih dalam menjaga imun tubuh.

Orang dengan HIV dan AIDS atau yang biasa disebut ODHA bisa hidup dengan normal jika mendapatkan terapi yang tepat. HIV memang belum ada obatnya, tetapi jumlah virus dalam tubuh dapat dikendalikan dengan ARV. Obat ini dapat mencegah virus HIV menggandakan diri. Selain dapat mengurangi potensi penularan, juga dapat mencegah agar tak sampai menjadi AIDS atau acquired immune deficiency syndrome.

AIDS merupakan stadium akhir dari infeksi virus HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya sehingga bisa membahayakan keselamatan jiwa penderita.

"Tapi, Tante Ranti enggak suka sama Danis, Bu," ucap Danisa sendu.

"Ibu doakan semoga kamu bisa meluluhkan hatinya, Nduk. Jangan berputus asa sebelum berusaha. Mintalah pada Sang Maha Pembolak-balik Hati."

Danisa mengangguk dan memeluk ibunya erat. Ia mengagumi kelembutan hati wanita itu. Segala keluh kesah sang putri mampu dihadapi dengan kepala dingin. Segala tutur katanya selalu tenang, bagai air yang mampu memberikan kesejukan.

"Nggih, Bu. Danis akan berusaha."

"Yakinlah bahwa Allah tak akan memberikan ujian melebihi kemampuan hamba-Nya."

***

"Mas, nanti bisa tolong anterin aku ke rumah Tante Ranti?" tanya Danisa ketika duduk di sebelah Arya yang sedang menatap layar laptop.

Lelaki itu tertegun dan menatap sang istri dengan sorot keheranan. "Buat apa, Sayang?"

"Mau main aja, biar kenal sama keluargamu, Mas."

"Aku takut kamu sakit hati karena perlakuan mereka."

Bibir merah jambu itu tersenyum dan menggenggam tangan lelaki yang telah mengikatnya di depan penghulu. Ia tahu bahwa Arya mengkhawatirkannya dan ingin melindungi dengan caranya sendiri.

"InsyaAllah aku siap dengan segala risikonya, Mas. Bagaimana mereka akan menerima jika aku malah menjauh? Setidaknya, izinkan aku untuk mencoba." Danisa menatap sang suami dengan sorot penuh keyakinan.

Arya mengusap pucuk kepala sang istri yang tertutup kerudung. Ia bangga pada tekad Danisa, ternyata sikap tantenya tempo hari tak membuatnya gentar, justru sebaliknya.

Kedatangan Marni dapat memberikan aura positif kepada Danisa. Istrinya menjadi tak murung lagi. Arya merengkuh perempuan itu dalam dekapannya yang hangat. Aroma musk menyeruak dan memenuhi indra penciuman sosok yang tak henti bersyukur.

Be HumanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang