#DRC2021
#DomesticRomanceCompetition2021***
"Tolong jaga perasaan istri Arya, Tante. Siapa pun yang menyakiti dia, akan berhadapan dengan Arya." Lelaki itu menatap dengan sorot yang tak biasa.
Ranti tersentak, tak menyangka bahwa sosok yang dikenal pendiam bisa menatapnya seperti itu, seakan-akan siap untuk mengibarkan bendera perang demi sang istri. Memang Arya bukan terlahir dari rahimnya, tetapi wanita itu menyayanginya dengan sepenuh hati.
'Nitip Arya, ya. Kamulah satu-satunya keluarga Mbak.' Itulah pesan Arimbi--kakak Ranti--sebelum mengembuskan napas terakhir.
Kedua orang tua Arya--Arimbi dan Bimo--meninggal dalam kecelakaan mobil. Bimo meninggal di tempat, sedangkan Arimbi masih sempat dilarikan ke rumah sakit. Sementara Arya, saat itu sedang sekolah, sehingga selamat dari tragedi maut.
"Baiklah, sepertinya Tante tak dibutuhkan di sini. Kamu jadi berani melawan Tante, orang yang selama ini membesarkan kamu." Ranti beranjak dan akan melangkah, tetapi ....
"Tante, maafkan Danis. Saya enggak bermaksud membuat Tante jauh dari Mas Arya," ucap Danisa. Ia mencegah Ranti pergi dan berusaha menggenggam tangan wanita itu.
Terpancar ketulusan dari manik cokelat itu. Namun, Ranti menggeleng dan tak mau terpengaruh. Baginya, Danisa tak pantas bersanding dengan Arya karena perbedaan mereka begitu jauh.
Wanita berblazer abu-abu itu melangkah keluar kamar dengan membawa amarah. Namun, terdengar langkah yang mengejarnya sampai ke pintu depan.
"Tunggu, Tante! Maafkan, Danis. Tolong jangan marah sama Mas Arya." Danisa masih berusaha untuk membujuk wanita itu.
Ranti menatap Danisa dengan raut tak suka. Tangannya siap melayang untuk memberikan jejak pada pipi putih di depannya. Namun, ada tangan kokoh yang mencegah hal itu.
"Tante, tolong jangan bikin keributan di sini! Arya masih sakit." Dokter Ari mengajak Ranti untuk keluar dan memberikan kode kepada Danisa agar tak mengikuti mereka. Saat ini Ranti butuh berpikir jernih agar tak terbawa emosi.
Selain sebagai dokter, lelaki berkacamata itu juga menjadi sahabat Arya sejak kecil. Ia cukup tahu cerita masa lalu sang sahabat. Bahkan, juga tahu tentang pernikahan Arya yang ditentang oleh Ranti. Ketika Arya menikah, ia tak dapat datang karena sedang ada dinas mendadak ke luar kota.
Danisa menghapus air mata yang perlahan menitik. Ia masih menatap ke arah mobil yang meninggalkan pekarangan, tak menyangka bahwa tante Arya membencinya sedemikian rupa. Danisa memang ceroboh sehingga membuat suaminya sakit, tetapi sepertinya bukan hanya itu alasan Ranti mengobarkan api permusuhan.
"Sudahlah, Sayang. Jangan dipikirin omongan Tante Ranti, ya." Suara bariton terdengar dari balik punggung perempuan yang masih dilanda sendu.
Arya memeluknya dari belakang dan menyandarkan kepala pada pundak sang istri. "I love you."
Danisa terdiam, meresapi ucapan dan pelukan itu dengan mata terpejam. Bukan hanya ini yang ia inginkan. Ia ingin diterima dan dianggap menantu dalam keluarga Arya, bukannya sebagai musuh. Perempuan berkerudung cokelat itu berbalik dan menatap suaminya.
"Mas, jujur sama aku. Apa keluargamu enggak setuju kita menikah?"
Lelaki itu hanya terdiam, tak mampu mengungkap kebenaran yang selama ini disimpan. Cepat atau lambat istrinya pasti akan mempertanyakan hal itu, apalagi tak satu pun keluarganya yang hadir pada pernikahan mereka.
Hanya anggukan yang mampu dilakukan oleh lelaki yang wajahnya masih pucat itu. Ia tertatih-tatih menyusul sang istri karena mengkhawatirkannya. Jawaban itu membuat bulir bening kian menderas dari manik yang menatapnya sendu.
"Kenapa Mas tetap nekat mau nikah sama aku?"
"Karena aku mencintaimu sejak kita kembali bertemu."
"Kembali bertemu?"
"Apa kamu ingat tentang rooftop rumah sakit?"
"Rooftop? Astaga, jangan bilang itu kamu, Mas?" Perempuan itu menggeleng dan menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan, pertanda tak menyangka akan hal itu.
***
"Assalamu'alaikum, Bu. Bisakah datang ke sini? Nanti biar teman Arya jemput, ya. Danis sedang kangen Ibu," ucap lelaki itu kepada seseorang di seberang sana.
Meskipun kondisinya belum pulih benar, ia ingin memberikan kejutan untuk istrinya yang sedang merajuk. Bahkan, terpaksa minta tolong Dokter Ari untuk menjemput sang ibu mertua karena tubuhnya belum kuat untuk mengemudi.
Setelah selesai menelepon, langkah panjang itu bergegas ke kamar, menghampiri Danisa yang masih memunggunginya. Perempuan itu pura-pura memejamkan mata sambil menghadap ke dinding.
"Sayang, maafin Mas, ya," ucap Arya sambil memeluk istrinya dari belakang.
Tak ada respons dari sosok yang masih dihinggapi kecewa. Namun, hatinya sedikit terusik dengan kegigihan sang suami yang berusaha membujuknya. Tak tahan lagi, perempuan itu berbalik dan melontarkan tanya.
"Kenapa Mas enggak pernah cerita kalau kita pernah ketemu?"
"Takut kamu malu dan menjauh kalau Mas cerita," jawab Arya serius.
"Kok, bisa inget sih? Kan, itu udah lama. Aku aja lupa."
"Gimana mau lupa coba, ada cewek jelek banget gitu. Udah muka kusut, nangis melulu. Wajahmu dulu lucu, tahu," jawab lelaki itu sambil terkekeh.
"Ih, ngeselin deh!" Jemari lentik perempuan itu mencubit gemas dada bidang lelaki di sebelahnya, membuat mereka berdua tertawa bersama.
Arya membenamkan kepala sang istri pada dadanya. "Satu hal yang perlu kamu tahu, kamu enggak sendiri. Mas di sini untuk menjagamu. Jangan ngelakuin hal bodoh kayak dulu, ya," ucap lelaki berkulit sawo matang itu sembari membelai rambut hitam sang istri.
"Kenapa Mas mencintaiku?"
"Cinta tak butuh alasan untuk hadir, karena aku tak ingin cinta pergi bersama penyebab ia datang."

KAMU SEDANG MEMBACA
Be Human
RomansaTentang perjuangan seorang perempuan yang menjadi inang virus mematikan dan melawan stigma di masyarakat.