#DRC2021
#DomesticRomanceCompetition2021***
"Kenapa?"
"Aku takut kamu terluka kalau ketemu Tante Ranti."
"Apakah Tante Ranti enggak ...." Danisa belum menyelesaikan kalimatnya, terputus oleh kedatangan kurir yang mengantarkan pesanan.
Perempuan berjilbab marun itu pun beranjak menuju pagar dan membayar pesanan, kemudian berlalu ke dapur.
Danisa mulai menyiapkan semua bahan. Ia akan masak nasi goreng udang untuk makan siang. Perempuan yang sudah memakai celemek biru muda itu dengan telaten mengupas udang dan mencacahnya. Ia lebih suka seperti itu agar rasa khas dari udang lebih menyatu ke dalam cita rasa nasi goreng. Sebagian udang dibiarkan utuh untuk digoreng dengan tepung.
Setelah semua bahan telah selesai disiapkan, Danisa mulai bersiap beradu dengan penggorengan. Mulai menumis bawang putih dan bawang merah yang telah dicincang halus.
Bawang merah dan bawang putih itu ditumis hingga harum. Langkah selanjutnya, nasi dimasukkan ke penggorengan, ditambah saus tiram dan saus tomat, lalu mengaduknya menjadi satu. Udang pun tak ketinggalan. Dimasukkan belakangan karena udang gampang matang. Jika terlalu lama dimasak justru akan membuat udang menjadi alot. Terakhir, ia menambahkan garam, merica, kaldu bubuk, dan daun bawang. Nasi goreng ala Danisa telah jadi dan siap disantap. Tak lupa menggoreng telur mata sapi dan udang tepung sebagai pelengkap.
Danisa melangkah dengan mantap menuju ruang makan. Ia mulai menata meja, lalu membuat jus mangga. Setelah tadi membuat nasi goreng, ia sempat membuat pancake sebagai dessert. Makan siang yang sederhana, tetapi mampu menerbitkan senyum pada bibir merah jambu. Danisa puas dengan hasil kerja kerasnya, berharap sang suami akan suka dan semakin menyayanginya.
Perempuan berusia dua puluh tujuh tahun itu melepas celemek, lalu berjalan menuju teras. "Mas, makan siangnya udah siap. Makan, yuk!"
Senyum Arya terbit ketika melihat wajah sang istri menyembul dari balik pintu. Danisa telah berusaha keras untuknya. Lelaki itu bangkit dan mengikuti langkah perempuan yang dinikahinya seminggu yang lalu menuju ruang makan.
Arya terkesima dengan masakan yang telah disiapkan sang istri. "Wah, sepertinya enak ini. Terima kasih ya, Sayang," ucap Arya sembari mencium kening Danisa, lalu duduk di salah satu kursi.
"Aku suapin, ya, Mas?"
"Tentu saja boleh, Mas tambah seneng," jawab Arya sembari tersenyum.
Tanpa melihat dengan teliti apa yang telah dimasak Danisa, lelaki itu terus menatap wajah sang kekasih hati dan menerima suapan demi suapan.
"Hem ... enak banget ini, enggak nyangka kalau istri Mas pinter masak," puji Arya sambil terus menikmati nasi goreng buatan Danisa, tetapi ....
Tiba-tiba wajah lelaki itu memucat, perutnya didera sakit. Tubuhnya pun menjadi gatal luar biasa.
"Mas, kenapa? Minum dulu!" Danisa panik dan menyodorkan air putih.
"Ini nasi goreng apa, Dek?"
"Nasi goreng udang, kenapa?"
"Apaaa?" Lelaki itu langsung berlari menuju kamar mandi karena mual hebat tiba-tiba menyerang.
"Mas, ada apa?" Tangan Danisa bergerak lincah memijat punggung sang suami. Ia mengikuti Arya sampai kamar mandi.
Perempuan itu menuntun suaminya ke kamar untuk beristirahat. Kepala Arya terasa berdenyut nyeri, butuh untuk merebahkan diri.
"Tolong telepon Dokter Ari, ya. Bilang kalau Mas alerginya kambuh."
Danisa langsung mengambil ponsel Arya, lalu mencari nomor kontak dokter yang dimaksud.
Satu jam kemudian terdengar deru mobil berhenti di depan rumah. Danisa beranjak tergesa-gesa sehingga hampir terjatuh. Ia khawatir melihat keadaan sang suami yang muncul ruam pada sekujur tubuhnya.
"Bagaimana keadaan Arya?" Lelaki berjas dokter itu melenggang dengan langkah lebar. Ia juga terlihat panik.
"Ruamnya mulai bermunculan, Dok," jawab Danisa sambil terus berjalan menuju kamar.
Lelaki itu langsung menghampiri sang pasien sesampai di kamar. Ia memasang stetoskop dan mengecek detak jantung Arya. Setelah itu, ia memasang infus pada lengan kiri sosok yang sedang rebah tak berdaya.
"Tolong minumkan obat antialergi ini, ya. Arya harus minum secepatnya karena kondisinya terlalu lemah."
Danisa langsung membantu sang suami untuk bersandar dan minum obat. Ia merasa bersalah karena tak tahu bahwa Arya alergi terhadap udang. Manik indah itu menggenang karena terlalu khawatir.
"Hei, jangan nangis. Aku enggak apa-apa, kok." Arya menghapus bulir bening yang menitik dari manik indah istrinya.
"Maaf, ya. Aku enggak tahu," ucap Danisa sambil menunduk sendu.
Arya langsung mendekap sang istri yang masih dihinggapi rasa bersalah.
"Aryaaa!" Terdengar derap langkah mendekat bersama suara wanita.
"Tante?" Arya lalu menoleh ke arah Dokter Ari dengan tatapan tanya.
Dokter Ari mengangguk sebagai jawaban. Ia memang yang memberi tahu Ranti--tante Arya.
"Kok, bisa sih kamu makan udang? Atau jangan-jangan ...." Ranti menoleh ke arah Danisa yang berdiri di sebelah ranjang.
"Danisa enggak sengaja, Tante. Arya enggak apa-apa. Tolong jangan sudutkan dia," ucap lelaki itu dengan sorot tajam, seperti tahu apa yang akan dilakukan Ranti kepada sang istri.
Arya menggenggam tangan istrinya dengan erat, seakan-akan sebagai pertanda bahwa tak ada yang boleh menyakiti Danisa. Ia akan melindungi perempuan itu sekuat tenaga.
Ranti yang tahu arti sorot mata Arya hanya berdeham dan berusaha meredam amarahnya. Ada saatnya ia akan memberi pelajaran perempuan itu, tetapi bukan sekarang.
"Tante khawatir sama kamu, Ya. Kenapa kamu enggak tinggal sama Tante aja? Biar Tante bisa merawat kamu." Ranti menarik kasar tangan Danisa agar menjauh dari Arya. Wanita itu mengambil kursi dan menggesernya mendekati ranjang.
Danisa menunduk, ia merasa bahwa Ranti tak menyukainya. Perempuan itu akan melangkah keluar kamar, tetapi ada yang mencegahnya beranjak.
"Sayang, mau ke mana? Sini, duduk di sebelahku!" Arya menepuk-nepuk ruang kosong di sebelah kiri.
"Makasih, Tante, atas perhatiannya. Tapi, Arya telah menikah, ada Danisa yang akan merawat Arya."
"Dia ceroboh, Ya. Masak enggak tahu kalau suaminya punya alergi. Kan, bisa fatal akibatnya," ucap wanita sosialita itu sambil menatap sinis ke arah Danisa.
"Tolong jaga perasaan istri Arya, Tante. Siapa pun yang menyakiti dia, akan berhadapan dengan Arya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Be Human
RomanceTentang perjuangan seorang perempuan yang menjadi inang virus mematikan dan melawan stigma di masyarakat.