Appreciate my work with you vote and comment on this story
------
Happy reading
⏳
Pandangan kosong Eirine ter-arah keluar jendela mobil Aeason. Saat ini mereka berdua duduk diam di dalam mobil tanpa ada yang ingin membuka suara.
Aeson melirik Eirine yag terus diam di sampingnya. Sebelah hidungnya di sumpal tisu oleh gadis itu. Baru kali ini ia melihat Eirine menangis seperti itu, Aeson paham kenapa ia seperti itu.. pasti Eirine merasa bersalah kepada dirinya karena sudah memukul wajahnya dan tanpa sadar itu membuat perasaan menyesal timbul di dalam diri gadis itu.
Aeson membuka pintu mobil dan turun dari kendaraan roda empat itu. Lebih baik ia memberikan ruang untuk Eirine. Gadis itu pasti ingin menangis kembali dan berusaha untuk menahannya agar tidak di lihat oleh Aeson.
Ah... gadis itu benar-benar sangat menghargai dirinya sendiri, bahkan saat seperti ini pun bisa-bisanya ia masih memikirkan harga dirinya.
Sadar Aeson sudah tidak ada di sampingnya, Eirine memanfaatkan kondisi itu untuk menangis kembali sejadi-jadinya. Ia menatap tangannya yang tadi memukul wajah Aeason. Ia tidak sengaja melakukan itu, memang ia ingin memukulnya tapi tidak sampai berdarah seperti tadi.
Eirine terus merengek, ia menutup wajahnya menggunakan kedua tangan. Cukup lama seperti itu, hingga akhirnya tangisannya berhenti. Ia tidak tau bagaimana penampilannya sekarang, pasti make up yang ada di wajahnya sudah luntur sekarang dan dirinya tidak berniat untuk memperbaikki penampilan itu. Ia hanya ingin pulang dan tidak ingin melihat Aeson.
Suara pintu mobil terbuka membuat Eirine melirik Aeson yang masuk ke dalam melalui sudut matanya. Pria itu menyerahkan minuman mineral yang ia beli kepada Eirine. Gadis itu langsung menerima minuman itu tanpa menoleh ke arahnya.
"Terimakasih," ujar Eirine meminum minuman mineral itu.
Aeson tidak menanggapi, ia menghidupkan mesin mobilnya lalu menjalankan kendaraan roda empat itu. Setelah berlama-lama di perjalanan akhirnya mobil yang Aeson bawa berhenti tepat di depan rumah susun. Ya.. itu lah tempat tinggal Eirine. Aeson tidak bisa membayangkan jika dirinya tinggal di tempat kecil seperti hunian Eirine. Ia ingin bertanya kenapa gadis itu bisa tinggal di sana namun Aeson mengurungkan niatnya ketika melihat emosi Eirine yang meledak-ledak kepadanya.
Tak di sangka, ternyata tenaga gadis itu kuat juga. Di serang oleh seorang pria memang sudah biasa tapi... sekarang dirinya malah di serang oleh seorang gadis belasan tahun yang belum cukup seminggu ia kenal.
Mengingat itu saja sudah membuat Aeson malu. Ia malu, bisa-bisanya ia tidak marah karena pukulan Eirine. Ia malah senang apa lagi ketika melihat gadis itu menangis. Wajahnya sungguh lucu.
Eirine membuka seatbelt-nya dan mendorong pintu mobil. Ia turun dari sana dan menunggu apa yang ingin Aeson katakan lagi kepada dirinya.
Dari dalam mobil pria itu berbicara namun tidak menoleh ke arah Eirine.
"Besok lusa kau akan ku jemput di jam yang sama,"
Eirine yang mendengar perkataan Aeson itu, mengangguk-tak ada niat sekali pun untuknya membuka suara-sekedar membalas ucapan Aeson.
Aeson sendiri langsung menolehkan kepalanya ke arah kaca jendela mobil yang ia buka-lebih tepatnya ke arah Eirine yang sedang menatapnya. Mata gadis itu sembab dan juga maskara yang ia kenakan luntur, membuat area di sekitar matanya hitam. Aeson ingin tertawa melihat penampilan gadis itu tapi ia berusaha menahan diri, bisa mati dirinya kalau tertawa di depan gadis yang emosinya mudah naik itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss and His Dance Buddies (On Going)
RomanceWarning!! 18+ Berawal dari Eirine yang tidak sengaja menumpahkan minuman ke kemeja Aeson yang membuatnya harus menanda tangani surat perjanjian dan menjadikan dirinya sebagai teman dansa pria itu. "Dasar pria tua!! Kau akan menyesal telah melakukan...