Appreciate my work with you vote and comment on this story
------
Happy reading
⏳
Eirine menolehkan kepalanya ke arah Aeason yang mengendarai mobilnya. Sejak kejadian Aeson mengetahui fakta bahwa ia masih sekolah, pria itu tidak membuka suaranya sama sekali.
Seperti sekarang, ia tetap diam dan membuat Eirine bingung. Ia bingung apa ia harus meminta maaf kepada pria itu? Tapi.. apa kesalahannya? Ia kan hanya berusaha untuk tidak memberitahukan siapa pun fakta tentang kalau dirinya ini masih anak sekolahan.
Ini semua salah Aeson. Seharusnya ia tidak membuka lemari pakaiannya selancang itu. Dan apa sekarang? Ia seperti yang membuat masalah, padahal ia hanya mencoba untuk membela dirinya.
Menyebalkan!
Aeson menambah laju kecepatan mobilnya dan membuat Eirine ketakutan.
"Pak-"
"Diam. Jangan bicara, jika kau tidak ingin aku bentak lagi."
Eirine reflek langsung menutup bibirnya kembali dan meremas kedua tangannya. Mobil yang di kendarai Aeson sungguh cepat-membuat Eirine takut.
Eirine mencoba untuk menoleh ke arah Aeson. Ia menatap wajah pria itu dari samping. "Aku takut," ujarnya yang mampu membuat Aeson menoleh ke arahnya. "Bisakah pelan-pelan saja kau bawa mobilnya?"
Aeson kembali menghadap depan, ia tidak mengacuhkan ucapan Eirine, ia semakin menancap gas dan membuat Eirine semakin ketakutan di tempatnya.
"Jika kau ingin mati!! Mati saja sendiri jangan bawa-bawa aku!!" teriak Eirine tapi Aeson tetap tidak mengacuhkannya. "Kau pria aneh yang baru aku temui!! Tanpa sebab apa pun kau marah kepadaku!! Apa masalahmu!! Kau merasa di bohongi olehku?!!"
Mobil Aeson mengerem mendadak-membuat tubuh Eirine terdorong ke depan dan kepalanya terbentur dasbor mobil. Eirine mengaduh dan Aeson tetap tidak mengacuhkannya, pria itu turun dari mobil-mengitarinya lalu membukakan pintu mobil untuk Eirine.
"Turunlah," ujar Aeson dingin kepadanya.
Eirine menoleh kiri kanan, ternyata ia sudah sampai di tempat tujuan. Lalu tatapannya tertuju ke arah Aeson yang tidak menatapnya sama sekali.
Kepalaku sakit. Gumam Eirine di dalam hati sembari menatap wajah Aeson yang tampak tidak peduli.
Eirine menghela nafas, mungkin apa yang ia pikirkan selama ini tidak benar, jika Aeson bisa mendengar suara hatinya. Sepertinya perkiraannya salah, Aeson masih tetap dingin dan tampak tak peduli kepadanya. Ia turun dari mobil-merapikan rambutnya dan gaun yang ia kenakan. Gaun berwarna merah membalut tubuh rampingnya. Gaun itu di belikan oleh Aeson untukknya.
Pria itu memberitahukannya lewat pesan singkat yang ia kirimkan sesaat setelah Aeson keluar dari hunian kecil milik Eirine. Dan sayangnya gaun yang di belikan untuk Eirine tidak sesuai dengan usianya. Gaun itu khusus di desain untuk wanita dewasa.
Pola dari gaun itu sungguh membukakan mata, bagian punggung yang terbuka di tambah lagi bagian depannya yang memiliki belahan hingga membuat paha Eirine kelihatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss and His Dance Buddies (On Going)
RomansaWarning!! 18+ Berawal dari Eirine yang tidak sengaja menumpahkan minuman ke kemeja Aeson yang membuatnya harus menanda tangani surat perjanjian dan menjadikan dirinya sebagai teman dansa pria itu. "Dasar pria tua!! Kau akan menyesal telah melakukan...