Happy reading
⏳
Aeson, menurunkan tubuh Eirine perlahan ke atas ranjang dengan tubuhnya yang di atas tubuh gadis itu. Eirine meneguk ludahnya melihat posisi Aeson yang seperti itu. Apa yang akan pria itu lakukan padanya? Ia tidak akan macam-macamkan? Kini pikiran buruk mengisi benak Eirine. Aeson tidak boleh melewati batas, ia harus mengingatkan pria itu.
"Pak-"
"Eirine."
"Ya?"
Mata bulat Eirine bergerak menatap wajah Aeson yang tampak menawan. Jujur... lagi-lagi Eirine tidak bisa bohong, Aeson benar-benar tampan di tambah lagi matanya yang bewarna biru, menambah kesan mewah yang ada di diri pria itu. Tangannya bergerak mencengkram sprei ketika Aeson menurunkan perlahan tubuhnya.
Eirine meneguk ludah ketika bibir Aeson mengecup keningnya. Apa yang sebenarnya pria itu lakukan?!!
"P-Pak,"
"Tidak bisakah kau menghapus salah satu poin di surat perjanjian kita?" bisik Aeson tepat di depan bibir Eirine.
"M-menghapus?"
Bibir Aeson bergerak turun mengecup pipi kiri dan kanan Eirine dengan lembut. Eirine menikmati sentuhan bibir pria itu.
"Ya, hapus poin tidak ada skinship antara diriku dan kau,"
Eirine membuka matanya, ia tidak salah dengarkan? Mana bisa ia menghapus poin penting itu! Hanya itu yang bisa membuat jaraknya dan Aeson jauh dan pria itu memintanya menghapusnya?!!
Tidak mungkin!
"A-aku tidak bisa,"
"Kenapa?"
Eirine lagi-lagi meneguk ludah, "karena, hanya itu yang bisa membuatmu menahan diri untuk tidak menyentuhku."
Terhenyak mendengar ucapan Eirine, Aeson seketika membuat jarak dari tubuh gadis itu yang ikut bangun dan duduk di tepi ranjang. Ia terus memandangi wajah Eirine yang tampak gugup di depannya.
"Kau benar, hanya dengan poin yang ada di surat perjanjian itu membuatku tidak terlalu leluasa menyentuhmu. Tapi... bukan Aeson namanya kalau tidak bisa mendapatkan apa yang dia mau," Aeson melangkah mendekat ke arah Eirine-menundukkan sedikit tubuhnya lalu berbisik tepat di depan wajah gadis itu. "Apa pun caranya akan ku pastikan kau mengatakan kata 'iya' dan menghapus poin yang menghalangiku untuk tidak boleh menyentuhmu." setelah mengucapkan itu Aeson pergi begitu saja dari kamar Eirine-meninggalkannya dengan raut wajah yang seperti sudah marah dan siap mengumpati Aeson kapan saja.
"Dasar pria pemaksa!!" Eirine melemparkan bantalnya ke pintu sesaat setelah Aeson menutup pintu itu. "Kau pikir kau siapa!! Bisa memaksakan kehendakmu kepadaku!! Dasar breng-"
Getaran ponsel Eirine yang ada di dalam tasnya mengalihkan perhatian gadis itu. Ia membuka tasnya-mengambil ponselnya yang ada di dalam sana lalu melihat layar ponselnya. Lagi-lagi nama Daddy yang tertera di layar ponselnya. Ia hanya memandangi ponselnya itu tanpa berniat untuk mengangkat telpon dari Daddy-nya.
Sampai kapan kau akan terus menggangguku, Dad? Aku hanya ingin hidup tenang tanpa harus merasa khawatir setiap hari
^^^
"Dasar anak keras kepala! Bisa-bisanya dia mengabaikan orang tuanya seperti in!" Dean, terus mengomel di tempatnya. Ia berdecih setiap kali mencoba menghubungi anak perempuannya. "Apa yang ada di pikirannya itu?! Apa dia tidak pernah memikirkan perasaan Mommy-nya sekali pun!"
Ketukan pintu ruang kerjanya mengalihkan perhatian Dean, "masuk." dengan raut wajah yang sama, Dean menatap siapa yang masuk ke dalam ruangannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss and His Dance Buddies (On Going)
RomanceWarning!! 18+ Berawal dari Eirine yang tidak sengaja menumpahkan minuman ke kemeja Aeson yang membuatnya harus menanda tangani surat perjanjian dan menjadikan dirinya sebagai teman dansa pria itu. "Dasar pria tua!! Kau akan menyesal telah melakukan...