Happy reading
⏳
"jadi... keluarga Johannese akan mengadakan acara besar-besaran?" Dean menatap orang suruhannya yang berdiri di depannya kini.
"Iya, Pak dan kemungkinan anak Anda akan hadir di pesta itu,"
Mendengar itu, Dean seketika menyeringai. "Eirine, Eirine. Kau, anak yang memang hebat dan persis seperti Mommy-mu."
Pria suruhan Dean hanya mengernyit mendengar ucapan bossnya itu.
"Kapan acara itu akan terselenggara?"
"Besok, Pak. Sekitar pukul enam atau tujuh malam,"
Dean mengangguk-anggukkan kepala, "terus awasi anak itu dari jauh, kemungkinan aku akan datang ke pesta itu dan bisa di tebak, dia akan pura-pura tidak mengenaliku di sana nanti."
"Baik, Pak."
"Ya, sudah kau boleh keluar sekarang."
***
Suasana canggung amat terasa antara Aeson dan Eirine kini. Setelah adegan ciuman dan pelukan yang mereka lakukan beberapa saat yang lalu, mereka memilih duduk di sofa dengan jarak yang lumayan jauh. Tangan Eirine yang ada di atas paha saling meremas, jujur... ia tidak biasa dan benci dengan suasana canggung seperti ini. Apa yang harus ia lakukan? Apa ia mulai pembicaraan saja?
Eirine terus berpikir, sedangkan Aeson tersenyum melihat gelagat dan raut wajah gadis yang duduk di sampingnya itu. Sudah hampir dua hari ia tidak melihat gadis pemarah itu dan baru sekarang ia bisa menatap dan menyentuh gadis kecilnya kembali.
Aeson menggeser tubuhnya ke arah Eirine, sebelah tangannya bergerak mengusap pipi sebelah kiri gadis itu.
Eirine sontak langsung menoleh dan menatap Aeson. "Kenapa?" ujarnya dengan raut wajah bingung.
"Kau tidak marah?" Aeson bertanya balik.
"Marah? Kenapa aku harus seperti itu?"
"Biasanya kalau aku sentuh seperti ini kau akan marah," Aeson kembali melanjutkan aksinya-mengelus pipi Eirine dengan punggung tangannya.
Eirine tidak mencoba untuk menyingkirkan tangan itu, ia memilih membiarkan Aeson melakukan hal apa pun padanya. Tatapan mata mereka bertemu, gerakkan tangannya juga ikut berhenti. Wajah pria itu tampak mulai bergerak mendekat ke arah Eirine. Gadis itu tau apa yang ingin Aeson lakukan. Tangannya terkepal dengan kuat di atas paha ketika nafas Aeson menyentuh hangat wajahnya.
Apa ia harus menutup mata?
Eirine sibuk dengan pikirannya sedangkan Aeson, posisi wajahnya sudah sangat dekat dengan wajah Eirine.
Ia ingin mencium gadis kecil itu lagi. Sedikit lagi, bibir itu akan kembali menyatu di atas bibirnya. Posisi tubuh mereka sudah sangat dekat , bibir ke duanya hampir bertemu namun sayang, di waktu yang tidak tepat ponsel Aeson berdering dengan kencang di saku celananya.
Ah....
Aeson berusaha tidak memperdulikan.
"Pak, ponselmu berbunyi," ujar Eirine dengan tatapan yang tampak lugu. Ia menggigit bibirnya dan berusaha membuat jarak dari Aeson.
Aeson menghela nafas, siapa yang berani mengusik suasana romantisnya?!!
Aeson mengeluarkan ponselnya dari saku celana-menatap layar benda itu yang menampilkan nama Kakek Felix.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss and His Dance Buddies (On Going)
RomanceWarning!! 18+ Berawal dari Eirine yang tidak sengaja menumpahkan minuman ke kemeja Aeson yang membuatnya harus menanda tangani surat perjanjian dan menjadikan dirinya sebagai teman dansa pria itu. "Dasar pria tua!! Kau akan menyesal telah melakukan...