B&HDB - Part 15 Surprising Response

64 2 0
                                    

Happy reading

Apa Eirine salah mengambil keputusan untuk meminta maaf pada Kakek Aeson? Pria itu benar-benar serius membawanya ke sini- ke rumah Kakeknya! Mobil yang pria itu kendarai sudah berhenti tepat di depan kediaman Johannes.

Apa Eirine salah mengambil keputusan untuk meminta maaf pada Kakek Aeson? Pria itu benar-benar serius membawanya ke sini- ke rumah Kakeknya! Mobil yang pria itu kendarai sudah berhenti tepat di depan kediaman Johannes

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seketika Eirine menyesali ucapannya, seharusnya ia tidak bilang ingin bertemu dengan Kakek pria pemaksa itu! Ah... kenapa ia harus menjalan hidup seperti ini?!! Niat ingin melarikan diri dari orang tua malah ia sekarang terjebak dengan pria pemaksa yang kerjaannya hanya memaksa dan menyuruhnya melakukan apa pun yang pria itu suka!

Sial!!

Aeson seketika langsung menoleh ke arah Eirine yang sedari tadi terus menatapi bangunan besar di depannya. "Kau tidak mau turun atau terus ingin mengumpatiku?"

Eirine yang mendengar itu langsung mengernyit, ia menoleh ke arah Aeson dengan pandangan heran yang tertuju pada pria itu. "Pak, kenapa kau selalu menuduhku yang tidak-tidak? Kapan aku mengumpatimu! Aku bahkan tidak berbicara sedari tadi. Menyebalkan sekali!" gumam Eirine di akhir ucapannya. Ia melipat tangan di depan dada dengan pandangan lurus ke depan. Perasaannya campur aduk sekarang, antara jengkel dan senang.

Senang karena sudah lolos dari orang tua Zain dan jengkel karena Aeson selalu menuduh dirinya. Kapan ia mengumpati pria itu?! Kepedean sekali, kalau pun Eirine ingin mengumpatinya itu tidak perlu sembunyi-sembunyi, ia akan langsung mengumpati pria itu tepat di depannya.

"Okay, kau tidak mengumpatiku. Lalu apa kau masih ingin di sini? Tidak mau turun?"

Eirine mengerjap, lalu menoleh ke arah Aeson yang menatapnya dengan sebelah alis yang naik.

"Pak, K-Kakekmu itu pemarah ya?"

Mendengar ucapan Eirine membuat Aeson menarik ujung bibirnya ke atas. "Kau takut dengan Kakekku ya?"

Eirine tidak menjawab, pertanyaan Aeson itu benar. Ia takut dengan Kakek Aeson. Pria tua itu tampak sangat marah kepadanya, jika ia masuk ke dalam dan pria itu kembali memarahinya bagaimana? Kalau pun ia bersama Aeson saat ini, pasti keberadaan pria itu tidak akan membantu. Aeson pasti berpihak pada Kakeknya.

Ah... aku takut

"Tidak perlu takut. Aku kan bersamamu, kalau Kakek memarahimu tenang... aku akan selalu membelamu,"

Dih!! Kenapa ucapannya membuatku geli? Itu tidak cocok untukmu, pria pemaksa!

Aeson mengusap-usap telinga, "aduh!! Telingaku terasa pengang. Sepertinya ada yang mengata-ngataiku."

Eirine menaikkan ke dua bahu.

Bisa-bisanya kau mengataiku dengan ekspresi datar seperti itu, Eirine

"Ayo, kita turun." Aeson turun mobil dan Eirine mengikutinya. Mereka melangkah bersama masuk ke dalam rumah Kakek Felix.

Eirine melangkah masuk ke dalam dengan kepala yang tertunduk. Aeson yang ada di depannya berteriak memanggil Kakek Felix.

Boss and His Dance Buddies (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang